Gian menebak.Seperti dugaannya, begitu naik mobil, Andreas langsung berkata pada Owen, "Ke rumah sakit, punya Keluarga Nadine."Owen mengangkat alisnya.Namun, saat Andreas menuju ke rumah sakit Keluarga Nadine, Celine sedang menuju ke rumah sakit Keluarga Jayadi.Di dalam kantor polisi.Inez masih membuat keributan."Kalian tahu nggak siapa aku? Tahu nggak siapa anakku itu? Kalian nggak mau melepas anakku? Kalian bakal tahu rasa."Saat ini, Inez sudah kehilangan akal sehatnya.Dia sudah tidak bisa mempertahankan keanggunan dan martabatnya sebagai nyonya Keluarga Jayadi.Timothy adalah hidupnya!Begitu teringat Timothy dipukul sampai seperti itu, terus dikurung di dalam, hati Inez sangat sakit.Dia terus menggila di kantor polisi.Para polisi masih tetap takut dengan identitasnya sebagai anggota Keluarga Jayadi, jadi mereka tidak berani mengusirnya.Sampai akhirnya ketika Renald tiba, dia melihat Inez sedang menunjuk muka seorang polisi dengan sombong.Wajah Renald yang tadinya gusar
Di kaca spion terlihat penampilan Inez yang menyedihkan."Nyonya Keluarga Jayadi seperti apa kamu ini? Kamu pulang sekarang juga, tanpa izin dariku, nggak boleh keluar mempermalukanku!"Renald bahkan malas melihat Inez lagi.Setelah itu, Renald turun dan berkata, "Baim, kamu ikut aku!"Dia memanggil Baim seperti seorang bawahan. Meski merasa kesal, Baim tetap menurutinya.Mereka berdua kembali masuk ke kantor polisi.Sambil berjalan, Renald bertanya, "Apa yang terjadi?"Dari nada suaranya, terdengar kalau Baim berani menyembunyikan satu kata saja, Renald bakal membunuhnya.Baim memberi tahu semua yang dia tahu dan apa yang terjadi sejak semalam dia datang dan saat pagi ini Inez datang."Awalnya Pak Seto yang kami mintai tolong sudah mau melepaskan Timothy, tapi tiba-tiba kepala kantor polisi tiba-tiba mengambil alih kasus ini dan berpesan kalau kebenaran kasus ini sudah ada. Takutnya Timothy nggak hanya harus dikurung di sini, bahkan mungkin bakal didakwa."Tiba-tiba mengambil alih?Re
"Pak Fendi, aku Renald Jayadi." Renald memperkenalkan diri sambil tersenyum.Fendi mengernyit, jelas terlihat sedang berpikir sejenak. "Jayadi?"Dia tetap tidak ingat."Kasus yang kamu terima hari ini, kasus Timothy Jayadi ...." Jarang-jarang Renald merendahkan diri untuk menjelaskan siapa dirinya.Fendi baru akhirnya ingat. "Oh, anggota keluarga. Ada yang bisa kubantu?"Fendi terlihat sangat sopan.Renald kembali mengundang Fendi makan malam, tapi Fendi langsung menolak. Karena tidak ada cara lain lagi, Renald terpaksa berdiri di luar kantor polisi dan langsung berdiskusi dengannya."Kasus Timothy memang harusnya diperiksa dengan teliti. Tapi selama ini dia selalu menjaga sikap, nggak mungkin melakukan kejahatan seperti itu. Dia juga terluka, coba kamu lihat bisa melepaskannya dengan jaminan atau nggak. Biar dia mengobati lukanya dulu, nantinya ...."Untuk masalah nanti, dia baru urus baik-baik.Masalah besar diperkecil, masalah kecil dihilangkan, semuanya pun selesai.Fendi menghela
Jantung Celine berdetak kencang.Dia sengaja tidak memikirkan hal ini, lalu tersenyum canggung dan berjalan ke kamar Dylan.Ketika membuka pintu, Celine mengira akan melihat Dylan yang berbaring di kasur.Namun, kasur di dalam kamar kosong.Celine membeku sejenak lalu segera sadar kembali. Tepat ketika dia mau memanggil pengawal, dia mendengar suara di dekat jendela.Celine berjalan maju dan melihat Dylan yang berbaring di lantai.Dia jatuh dari kasur?Celine langsung menghampirinya dengan sedikit gugup, ingin membantunya berdiri. Untungnya Dylan sangat bekerja sama, Celine pun membantunya duduk.Namun, dia yang sudah duduk tidak mau berdiri.Dylan berbalik lalu bersandar ke kasur. Dia menatap kening Celine, tapi poni Celine menutupi tempat yang ingin dia lihat, dia pun mengangkat tangannya.Celine tidak sempat menghindar, poninya sudah disingkirkan.Bekas luka yang tertutup poni pun terlihat.Mata Dylan bergetar lalu dia menunduk. "Maaf."Celine tertegun sejenak, lalu mengerti apa mak
Celine kembali terdiam.Apa dia salah dengar?Dylan bilang Andreas kasihan sekali?Seorang kepala Keluarga Jayadi yang dihormati dan ditakuti semua orang mana mungkin ada kaitannya dengan kata "kasihan"?Pasti dia salah dengar.Tidak hanya Celine, pria yang entah sejak kapan sudah berdiri di pintu juga mengernyit.Dia ... kenapa kasihan?"Memangnya dia nggak kasihan?" Dylan melihat reaksi Celine dan matanya yang bagaikan penuh dengan bintang tersenyum."Wanita yang dia cintai cuma suka mukanya doang. Kalau nggak ada muka itu, bukannya kamu nggak bakal menyukainya lagi?"Celine kembali tertegun.Kata-kata ini sepertinya masuk akal juga.Namun, tak lama kemudian, fokus Celine tertuju pada "Wanita yang dia cintai", tapi dia seakan-akan takut menyentuhnya, jadi sengaja mengabaikan kata-kata ini.Namun, apa maksudnya cuma suka wajahnya?Kata-kata ini jelas salah.Celine tidak berpikir panjang dan langsung menyangkal. "Siapa bilang aku cuma suka mukanya itu?"Dylan mengangkat alisnya. "Meman
Gian dan Owen membelalak."Apa wajahku ini terlalu tajam? Kelihatan nggak ramah."Owen dan Gian terlihat seperti orang yang melihat setan.Tuan baik-baik sajakah?"Apa aku pergi cari dokter operasi plastik yang hebat ....""Tuan!""Tuan!"Gian dan Owen langsung menyela Andreas di saat yang bersamaan.Kalau begini terus, jantung mereka tidak akan tahan."Tuan, wajahmu sudah cukup sempurna, nggak perlu operasi plastik.""Benar Tuan. Wajahmu bahkan lebih unggul dari Tuan Muda Dylan, nggak perlu diapa-apain lagi."Gian dan Owen berteriak dalam hati.Apa sebenarnya yang dialami Tuan sampai-sampai punya pemikiran semenakutkan itu?"Oh iya?" Andreas mengernyit lalu melihat wajah yang terpantul di kaca seakan-akan tetap merasa kurang puas.Gian dan Owen langsung mengangguk. "Iya, iya.""Tapi ...."Andreas mengernyit, masih ingin mengatakan sesuatu. Namun, Gian langsung mengeluarkan jurus andalannya untuk menyela Andreas."Tuan, Nyonya sangat suka dengan wajahmu ini. Kalau sampai berubah sediki
Malam itu.Di sebuah bar di Mastika.Albert minum-minum sendirian.Baru saja dia selesai telepon, dia menerima sebuah pesan kalau ayahnya Timothy Jayadi sedang sibuk menggunakan koneksinya, apakah tetap bersikeras mau mengeluarkan Timothy?Ketika mendapatkan informasi ini, dia langsung menyatakan keputusannya.Timothy tidak boleh dibiarkan keluar.Semakin pihak mereka memberontak, Timothy akan semakin menderita.Mungkin karena dia berpikir terlalu serius, dia tidak menyadari ada banyak tatapan kagum yang tertuju padanya.Dengan bentuk tubuh, wajah dan juga karismanya, dia sudah pasti adalah orang yang paling mencolok di bar ini.Awal-awal, para wanita hanya melihat.Akhirnya ada satu wanita yang memulai, dia menghampiri Albert. "Tuan, boleh minum bersama?"Albert mendongak.Senyuman di wajahnya yang tampan membuat wanita itu semakin terpesona, tapi bibirnya yang menggoda itu malah mengatakan kata-kata yang tidak berperasaan."Nggak boleh!"Wanita itu seakan-akan bisa mendengar suara ha
Sikapnya ini membuat para wanita yang mengaguminya tadi langsung heboh.Ternyata ... seperti yang diduga ....Dia tidak hanya suka pria, dia juga jelas menyukai pria tampan yang menyapanya itu!Kalau tidak, mana mungkin sampai sepanik itu.Apakah ini ... cinta pada pandangan pertama?Meski mereka berdua sama-sama pria, kedua pria tampan ini benar-benar sangat cocok!Para wanita langsung menyingkirkan kekecewaan mereka dan malah mulai mendukung pasangan ini.Sementara Andreas dan Albert sama sekali tidak tahu kalau orang-orang di sekitar mereka salah paham.Seorang pelayan mengantarkan sebuah gelas kosong. Albert pun menuangkan segelas arak untuk Andreas. Melihat Andreas berdiri, dia segera berkata, "Ayo duduk, kita teman lama, nggak usah sungkan."Andreas pernah melihat Albert, dia selalu melihat orang dengan angkuh, mana pernah seramah ini?Untuk sesaat, Andreas tidak terbiasa dengan sikap Albert ini.Awalnya dia datang untuk membicarakan sesuatu dengan Albert, jadi dia tentu saja tid
Hilangnya Andreas adalah sebuah rahasia.Namun, Nicholas adalah salah satu dari sedikit orang yang tahu tentang hal ini.Senyuman Celine berubah kaku sejenak, lalu sebuah senyuman pahit muncul. Dia tidak perlu berpura-pura kuat di depan Nicholas."Belum, tapi dia ... ada di Binara.""Kalau ada di Binara, harusnya sedikit lagi bakal ketemu."Celine menoleh lalu bertatapan dengan Nicholas. "Kak Nicholas, nggak usah khawatir, aku nggak apa-apa. Bagaimana denganmu? Belakangan bagaimana kabarnya? Terus Winny, belakangan ... aku nggak sempat memperhatikan dia."Dia sepertinya sudah sangat lama tidak berinisiatif menghubungi Winny. Setiap kali Winny mencarinya, dia juga tidak pernah menanyakan kondisi Winny.Celine merasa sedikit bersalah.Nicholas menyadari perasaan Celine dan segera menjawab, "Winny sangat baik, dia terapi setiap hari, membaik dengan sangat cepat. Sebelum aku pulang ke Binara kali ini, dia berpesan padaku minta fotomu terus kirim ke dia, dia sangat merindukanmu."Celine mer
Benar, asalkan bisa menemukan Andreas, semuanya terbayarkan.Mereka saling menyemangati lewat telepon.Setelah mengakhiri panggilan, Celine melihat jam dan langsung teringat hari ini hari apa.Hari ini babak final Kompetisi Desain Perhiasan Nasional.Beberapa hari ini, dia fokus mencari Andreas, melupakan soal kompetisi ini.Noni juga tidak mengingatkannya.Celine tahu, pasti Hansen yang ada di Mastika yang berpesan pada Noni jangan mengganggu Celine dengan permasalahan kompetisi.Namun hari ini, dia harus hadir.Celine pun menyemangati dirinya.Setelah selesai mandi dan berpakaian, sebelum dia keluar, dia memakai cincin yang diberikan Andreas padanya.Lokasi babak final Kompetisi Desain Perhiasan Nasional ditentukan di tempat yang sama dengan tahun lalu.Pagi-pagi sekali, sudah ada banyak wartawan yang datang.Selain peserta, orang-orang yang boleh masuk adalah para orang berpengaruh di Binara.Sheryn berhasil masuk dan berbaur dengan kerumunan orang.Kalau bukan karena pria yang dia
Seakan-akan dia tidak tertarik sama sekali dengan cincin itu.Sementara kata "bagus" itu juga hanya komentar objektif, atau mungkin diucapkan hanya untuk membuat Lala senang.Lala sangat senang dengan reaksi Andreas ini.Beberapa hari ini, dia terus mengamati Andreas.Kelihatannya cuci otak Gion kali ini sangat sempurna. Andreas tidak jadi gila, juga sepertinya melupakan semua hal yang berhubungan dengan Celine.Bagus sekali!"Kalau begitu, aku mau yang ini. Boleh, 'kan, Kak Tuvin?" Mata Lala dipenuhi dengan cinta.Seperti yang sudah dia duga, Andreas menjawab, "Boleh.""Kalau begitu, aku bungkus cincin pasangan ini," ujar penjaga toko.Namun, baru saja dia selesai bicara, Lala malah berkata, "Nggak mau sepasang, aku cuma mau yang model wanita, yang pria nggak usah.""Tapi ...." Bukannya mereka sepasang kekasih?Cincin ini bukan untuk tunangan atau cincin nikah? Jadi cincin kekasih juga bagus.Lala menyadari reaksi penjaga toko itu.Dia pun terkekeh."Cincin ini memang bagus, tapi ini
Lala sangat puas dengan hadiah yang akan dia berikan ke Celine.Juga sangat puas melihat tampang Andreas yang sempurna di depannya. Melihat jarak mereka yang sangat dekat, dia akhirnya tidak bisa menyembunyikan kesenangan di hatinya."Kak Tuvin ...." Lala tiba-tiba mendekati Andreas.Namun, Andreas malah mundur selangkah.Reaksinya ini jelas adalah refleks.Sejak Andreas sadarkan diri, berapa kali pun Gion mencuci otaknya dan terus memberitahunya kalau Lala adalah tunangannya,bahwa hubungan mereka sangat dekat,setiap kali Lala mau mendekat, Andreas selalu menghindar.Senyuman di wajah Lala jadi kaku, tapi dia segera kembali normal."Kak Tuvin, besok kita sudah mau pergi. Mulai besok, di sanalah rumah kita. Nanti waktu sudah sampai, kamu teruskan sekolahmu, aku bakal menemanimu.""Kak Tuvin, kamu boleh kasih aku sebuah hadiah?"Lala mendongak melihat Andreas, matanya penuh dengan harapan, sama sekali tidak ada hal lain."Boleh." Andreas tidak ada alasan untuk menolak.Lala tahu dia ti
Manajer hotel itu pun menceritakan semua yang terjadi hari itu dengan sangat mendetail.Mendengar ceritanya, hati Celine sangat bergejolak."Berarti benar!"Malam itu bukan mimpi, melainkan Andreas yang asli!"Aku sudah pernah menemuinya."Celine bergumam, bibirnya membentuk sebuah senyuman yang paling tulus dalam dua bulan ini.Dia juga perlahan-lahan semakin bersemangat. Dia melihat ke Albert dan Dylan sambil berkata, "Hari itu aku bertemu dengannya!"Albert dan Dylan saling bertatapan.Meski mereka tidak tahu sebenarnya apa yang terjadi malam itu, mereka percaya dengan Celine.Atau mungkin, Celine dan Andreas tidak hanya pernah bertemu.Andreas bahkan sedang melindungi Celine.Melihat Celine tersenyum, Albert juga ikut tersenyum.Dylan juga menghela napas lega.Dari informasi-informasi ini, mereka sudah bisa membuktikan kalau Andreas baik-baik saja. Hanya masalah waktu ... sampai dia kembali.Sementara hal yang harus dia lakukan sebelum Andreas pulang adalah mengurus Grup Jayadi dan
Selama dua bulan ini, Celine sangat sering memimpikan Andreas.Namun, kebanyakan di mimpinya, sosok Andreas hanya terlihat bagian punggungnya secara samar-samar. Bagaimanapun Celine memanggil dan mengejar Andreas, dia tetap tidak bisa menyentuhnya.Kecuali satu kali itu.Dia memimpikan Albert, melihat wajahnya dengan jelas.Celine bisa merasakan sentuhan Andreas, bahkan detak jantung dan juga napasnya. Semuanya terasa sangat nyata, seakan-akan dia tidak sedang bermimpi, melainkan benar-benar terjadi.Bukan mimpi ....Celine terkejut dengan tebakannya ini.Saat ini, dia seakan-akan menangkap sesuatu, seperti tadi waktu dia berharap Tuvin adalah Andreas.Meski panggilan tadi sudah membuktikan kalau Tuvin bukan Andreas,Celine tetap ingin mencoba menangkap harapan dan petunjuk sekecil apa pun.Sementara mimpi dan juga tempat di mimpinya ada di Hotel Binara."Ke hotel, Hotel Binara." Celine tiba-tiba berdiri.Dia bahkan mau langsung keluar tanpa memakai sepatu.Albert dan Dylan tahu Celine
Semuanya tergantung pada kata-kata Lala.Lala sangat suka dengan rasa di mana semuanya ada di dalam kendalinya."Oh ... oh begitu?" Celine merasa hatinya terasa berat.Seakan-akan ditimpa oleh sesuatu.Sementara wanita di seberang telepon malah terdengar semakin senang. "Iya, kami sudah mau menikah, kamu bakal mendoakan kami, 'kan?"Mendoakan?Celine tidak pernah bertemu "Tuvin", juga tidak pernah bertemu tunangannya.Sepasang orang tidak dikenal akan segera menikah, dia seharusnya mengucapkan selamat.Namun, saat ini, begitu memikirkan mau "mendoakan" mereka, hatinya seakan-akan ditusuk-tusuk, membuatnya kesusahan bernapas."Nona, kamu masih mendengar?"Lala kembali berkata.Dia seakan-akan tidak akan menyerah kalau belum mendapatkan ucapan selamat dari Celine.Terdengar suara napas yang kurang stabil di seberang, Lala pun tersenyum semakin lebar. Dia semakin bertekad mau mendengar ucapan selamat dari Celine.Celine menghirup napas dalam-dalam, dia ingin mengucapkan selamat, tapi mulu
Melihat nomor telepon itu, Celine merasa sangat tegang.Dia tahu jelas apa yang dia nantikan.Namun, semakin dia menginginkannya, hatinya semakin gelisah.Pertanyaan di hatinya juga semakin banyak, dia ingin mendapatkan jawaban.Setelah menghirup napas dalam, Celine akhirnya menelepon "Tuvin Sarwen".Ketika sedang menunggu panggilan terhubung, jantung Celine berdetak sangat kencang, seolah-olah akan segera melompat keluar.Setelah panggilan terhubung, apa yang harus dia katakan?Kalau "Tuvin" bukan dia ....Berbagai macam pikiran melintas di benak Celine.Akhirnya, suara dering telepon berhenti, lalu terdengar suara napas."Halo?"Kemudian, terdengar suara seorang wanita.Celine tertegun sejenak, semua pikiran dan juga ketegangan tadi seakan-akan membeku."Halo, siapa ini?"Suara wanita itu membuat Celine seketika tersadar.Dia memastikan sekali lagi kalau ini nomor yang diberi Noni. Setelah itu, dia mencoba bertanya, "Apakah ini nomornya Tuvin Sarwen?"Orang di seberang telepon terdia
Owen mendongak melihat ke salah satu rumah.Ketika dia melihat Celine, dia menyadari Celine juga sedang melihat ke rumah itu.Hanya orang rumah ini yang belum mereka temui orangnya.Yang lainnya juga melihat tatapan Celine.Saat ini, fokus mereka semua tertuju pada satu-satunya rumah yang terkunci dan tidak ada orang ini.Mereka masih ingat jelas kata-kata tetangga tadi.Tetangga itu bilang orang yang tinggal di rumah ini adalah keluarga bermarga Sarwen. Cucu orang tua di rumah ini meski bentuk tubuhnya agak mirip dengan Andreas, wajahnya tidak mirip.Yang namanya tetangga tidak mungkin tidak kenal.Tetangga itu bilang bukan, harusnya benar bukan Andreas.Melihat mereka semua tidak berhasil menemukan orang yang ingin dicari, tetangga itu pun berkata, "Kalian lagi mencari orang yang sangat penting untuk kalian, ya? Pasti bakal ketemu, harus tetap berharap, pasti bisa ketemu. Seperti cucunya Gion ....""Tiga tahun lalu, kecelakaan itu parah sekali. Kami mengira Tuvin sudah pasti mati, ta