Namun, waktu Yuni muda, dia ikut mengurus bisnis Keluarga Jayadi bersama suaminya, dia punya fondasi yang kuat di perusahaan. Bahkan sekarang saja di perusahaan masih ada mata-matanya.Dia tidak ikut campur bisnis Grup Jayadi, tapi ada hal-hal yang harus dia ketahui.Yuni mengambil ponsel itu lalu menaruhnya ke telinga.Orang-orang di samping tidak bisa mendengar apa yang orang di seberang telepon katakan. Sampai ketika panggilan ini selesai, Yuni sama sekali tidak mengatakan apa-apa.Namun, ekspresinya yang suram membuat suasana di sekitar sangat menegangkan.Kemudian, dia mengurus bunga-bunga yang dia gunting sampai bunga yang tersisa sudah digunting, Yuni baru melihat Renald.Renald sudah berkeringat dingin karena tebakan dalam hatinya.Begitu Yuni melihatnya, Renald langsung gemetar."Kenapa kamu tegang begitu?" ujar Yuni sambil tersenyum.Wibawanya seakan-akan memang sudah ada sejak lahir."Ibu ...."Begitu dia bersuara, Yuni langsung menyela, "Daripada kamu tegang begini di sini,
Gian menebak.Seperti dugaannya, begitu naik mobil, Andreas langsung berkata pada Owen, "Ke rumah sakit, punya Keluarga Nadine."Owen mengangkat alisnya.Namun, saat Andreas menuju ke rumah sakit Keluarga Nadine, Celine sedang menuju ke rumah sakit Keluarga Jayadi.Di dalam kantor polisi.Inez masih membuat keributan."Kalian tahu nggak siapa aku? Tahu nggak siapa anakku itu? Kalian nggak mau melepas anakku? Kalian bakal tahu rasa."Saat ini, Inez sudah kehilangan akal sehatnya.Dia sudah tidak bisa mempertahankan keanggunan dan martabatnya sebagai nyonya Keluarga Jayadi.Timothy adalah hidupnya!Begitu teringat Timothy dipukul sampai seperti itu, terus dikurung di dalam, hati Inez sangat sakit.Dia terus menggila di kantor polisi.Para polisi masih tetap takut dengan identitasnya sebagai anggota Keluarga Jayadi, jadi mereka tidak berani mengusirnya.Sampai akhirnya ketika Renald tiba, dia melihat Inez sedang menunjuk muka seorang polisi dengan sombong.Wajah Renald yang tadinya gusar
Di kaca spion terlihat penampilan Inez yang menyedihkan."Nyonya Keluarga Jayadi seperti apa kamu ini? Kamu pulang sekarang juga, tanpa izin dariku, nggak boleh keluar mempermalukanku!"Renald bahkan malas melihat Inez lagi.Setelah itu, Renald turun dan berkata, "Baim, kamu ikut aku!"Dia memanggil Baim seperti seorang bawahan. Meski merasa kesal, Baim tetap menurutinya.Mereka berdua kembali masuk ke kantor polisi.Sambil berjalan, Renald bertanya, "Apa yang terjadi?"Dari nada suaranya, terdengar kalau Baim berani menyembunyikan satu kata saja, Renald bakal membunuhnya.Baim memberi tahu semua yang dia tahu dan apa yang terjadi sejak semalam dia datang dan saat pagi ini Inez datang."Awalnya Pak Seto yang kami mintai tolong sudah mau melepaskan Timothy, tapi tiba-tiba kepala kantor polisi tiba-tiba mengambil alih kasus ini dan berpesan kalau kebenaran kasus ini sudah ada. Takutnya Timothy nggak hanya harus dikurung di sini, bahkan mungkin bakal didakwa."Tiba-tiba mengambil alih?Re
"Pak Fendi, aku Renald Jayadi." Renald memperkenalkan diri sambil tersenyum.Fendi mengernyit, jelas terlihat sedang berpikir sejenak. "Jayadi?"Dia tetap tidak ingat."Kasus yang kamu terima hari ini, kasus Timothy Jayadi ...." Jarang-jarang Renald merendahkan diri untuk menjelaskan siapa dirinya.Fendi baru akhirnya ingat. "Oh, anggota keluarga. Ada yang bisa kubantu?"Fendi terlihat sangat sopan.Renald kembali mengundang Fendi makan malam, tapi Fendi langsung menolak. Karena tidak ada cara lain lagi, Renald terpaksa berdiri di luar kantor polisi dan langsung berdiskusi dengannya."Kasus Timothy memang harusnya diperiksa dengan teliti. Tapi selama ini dia selalu menjaga sikap, nggak mungkin melakukan kejahatan seperti itu. Dia juga terluka, coba kamu lihat bisa melepaskannya dengan jaminan atau nggak. Biar dia mengobati lukanya dulu, nantinya ...."Untuk masalah nanti, dia baru urus baik-baik.Masalah besar diperkecil, masalah kecil dihilangkan, semuanya pun selesai.Fendi menghela
Jantung Celine berdetak kencang.Dia sengaja tidak memikirkan hal ini, lalu tersenyum canggung dan berjalan ke kamar Dylan.Ketika membuka pintu, Celine mengira akan melihat Dylan yang berbaring di kasur.Namun, kasur di dalam kamar kosong.Celine membeku sejenak lalu segera sadar kembali. Tepat ketika dia mau memanggil pengawal, dia mendengar suara di dekat jendela.Celine berjalan maju dan melihat Dylan yang berbaring di lantai.Dia jatuh dari kasur?Celine langsung menghampirinya dengan sedikit gugup, ingin membantunya berdiri. Untungnya Dylan sangat bekerja sama, Celine pun membantunya duduk.Namun, dia yang sudah duduk tidak mau berdiri.Dylan berbalik lalu bersandar ke kasur. Dia menatap kening Celine, tapi poni Celine menutupi tempat yang ingin dia lihat, dia pun mengangkat tangannya.Celine tidak sempat menghindar, poninya sudah disingkirkan.Bekas luka yang tertutup poni pun terlihat.Mata Dylan bergetar lalu dia menunduk. "Maaf."Celine tertegun sejenak, lalu mengerti apa mak
Celine kembali terdiam.Apa dia salah dengar?Dylan bilang Andreas kasihan sekali?Seorang kepala Keluarga Jayadi yang dihormati dan ditakuti semua orang mana mungkin ada kaitannya dengan kata "kasihan"?Pasti dia salah dengar.Tidak hanya Celine, pria yang entah sejak kapan sudah berdiri di pintu juga mengernyit.Dia ... kenapa kasihan?"Memangnya dia nggak kasihan?" Dylan melihat reaksi Celine dan matanya yang bagaikan penuh dengan bintang tersenyum."Wanita yang dia cintai cuma suka mukanya doang. Kalau nggak ada muka itu, bukannya kamu nggak bakal menyukainya lagi?"Celine kembali tertegun.Kata-kata ini sepertinya masuk akal juga.Namun, tak lama kemudian, fokus Celine tertuju pada "Wanita yang dia cintai", tapi dia seakan-akan takut menyentuhnya, jadi sengaja mengabaikan kata-kata ini.Namun, apa maksudnya cuma suka wajahnya?Kata-kata ini jelas salah.Celine tidak berpikir panjang dan langsung menyangkal. "Siapa bilang aku cuma suka mukanya itu?"Dylan mengangkat alisnya. "Meman
Gian dan Owen membelalak."Apa wajahku ini terlalu tajam? Kelihatan nggak ramah."Owen dan Gian terlihat seperti orang yang melihat setan.Tuan baik-baik sajakah?"Apa aku pergi cari dokter operasi plastik yang hebat ....""Tuan!""Tuan!"Gian dan Owen langsung menyela Andreas di saat yang bersamaan.Kalau begini terus, jantung mereka tidak akan tahan."Tuan, wajahmu sudah cukup sempurna, nggak perlu operasi plastik.""Benar Tuan. Wajahmu bahkan lebih unggul dari Tuan Muda Dylan, nggak perlu diapa-apain lagi."Gian dan Owen berteriak dalam hati.Apa sebenarnya yang dialami Tuan sampai-sampai punya pemikiran semenakutkan itu?"Oh iya?" Andreas mengernyit lalu melihat wajah yang terpantul di kaca seakan-akan tetap merasa kurang puas.Gian dan Owen langsung mengangguk. "Iya, iya.""Tapi ...."Andreas mengernyit, masih ingin mengatakan sesuatu. Namun, Gian langsung mengeluarkan jurus andalannya untuk menyela Andreas."Tuan, Nyonya sangat suka dengan wajahmu ini. Kalau sampai berubah sediki
Malam itu.Di sebuah bar di Mastika.Albert minum-minum sendirian.Baru saja dia selesai telepon, dia menerima sebuah pesan kalau ayahnya Timothy Jayadi sedang sibuk menggunakan koneksinya, apakah tetap bersikeras mau mengeluarkan Timothy?Ketika mendapatkan informasi ini, dia langsung menyatakan keputusannya.Timothy tidak boleh dibiarkan keluar.Semakin pihak mereka memberontak, Timothy akan semakin menderita.Mungkin karena dia berpikir terlalu serius, dia tidak menyadari ada banyak tatapan kagum yang tertuju padanya.Dengan bentuk tubuh, wajah dan juga karismanya, dia sudah pasti adalah orang yang paling mencolok di bar ini.Awal-awal, para wanita hanya melihat.Akhirnya ada satu wanita yang memulai, dia menghampiri Albert. "Tuan, boleh minum bersama?"Albert mendongak.Senyuman di wajahnya yang tampan membuat wanita itu semakin terpesona, tapi bibirnya yang menggoda itu malah mengatakan kata-kata yang tidak berperasaan."Nggak boleh!"Wanita itu seakan-akan bisa mendengar suara ha
Di pesta malam, nona-nona yang datang tidak berani mendekati Celine lagi selain untuk menyapanya. Mereka takut tidak sengaja melakukan sesuatu dan menyakiti Nyonya Jayadi ini.Mereka pun semakin kagum dengan Nyonya Jayadi dan semakin berusaha menyanjung Nyonya Yuni.Semua orang sibuk mengelilingi Nyonya Yuni, Gisela bahkan tidak bisa berbaur.Bertha juga berada di luar kerumunan itu, dia sama sekali tidak ada niat untuk menyanjung Nyonya Yuni.Di benaknya masih terus ada bayangan adegan yang terjadi di taman tadi, dia bahkan masih ingat jelas tekstur bibir pria itu.Bertha merasa otaknya sangat berantakan.Ada apa dengannya?Menyadari kondisinya yang aneh, Bertha berusaha untuk menyingkirkan pikiran-pikiran itu. Namun, ingatan itu seperti kutukan yang tertanam di benaknya.Semakin dia pikirkan, wajahnya semakin merah.Dia pun memutuskan untuk diam-diam pergi. Dia ingin mencari tempat yang lebih sepi untuk meredakan panas di wajahnya.Karena terlalu buru-buru, dia menabrak dada seseoran
Gisela mengalihkan pandangannya dan kebetulan melihat Bertha dan Alvin berdiri bersama, sedang membicarakan sesuatu.Bertha mau mendekati Alvin?Muncul tebakan ini di benak Gisela.Kalau Bertha berhasil mendekati Alvin ....Waktu dia sedang berpikir, Evan menghampirinya dengan terburu-buru, terdengar maksud menyalahkan di suaranya. "Tadi kamu kenapa? Kenapa kamu sampai melewatkan kesempatan sebagus itu?""Kamu tahu, nggak? Dia bukan hanya istri Tuan Andreas, dia itu pemegang saham terbesar di Grup Nadine, juga putri Keluarga Tjangnaka ....""Kalau bisa berteman dengannya, Keluarga Wisma pasti bakal sukses, tapi ...."Evan sangat kecewa. Semakin dia memikirkan manfaat yang bisa didapatkan kalau bisa membangun koneksi dengan Nyonya Jayadi, dia semakin merasa kalau Gisela telah melewatkan kesempatan yang sangat bagus."Kenapa kamu ...."Gisela memutar bola matanya di dalam hati.Kalau dia menunjukkan bakatnya di depan Nyonya Jayadi dan disukai Nyonya Jayadi, manfaatnya tentu saja jadi mil
Celine tersenyum ke Yuni untuk menenangkannya. "Nenek, aku benar-benar nggak apa-apa.""Nggak apa-apa juga harus diperiksa."Yuni sangat teguh.Namun, Celine tidak mungkin tenang membiarkan wanita licik seperti ini menyentuhnya. Dia akhirnya terpaksa melihat Gisela."Kamu profesional?""Iya, benar."Gisela segera mengangguk. Entah kenapa, Nyonya Jayadi di depannya ini jelas-jelas terlihat sangat lembut, tapi dia merasa tekanan yang membuatnya susah bernapas.Gisela tersenyum lembut, berusaha sekuat tenaga untuk menunjukkan niat baiknya pada Nyonya Jayadi.Sementara Celine juga bisa melihat "niat baik" Gisela.Dia hanyalah berpura-pura.Celine melihatnya dan berkata secara perlahan, "Kamu dokter?"Gisela tertegun sejenak lalu menggeleng. "Bukan."Celine bertanya lagi, "Perawat?"Gisela terdiam sejenak."Bukan, tapi aku ...."Sebelum Gisela selesai bicara, Celine tidak memberinya kesempatan lagi. "Kamu bukan dokter, juga bukan perawat, mananya yang profesional?"Celine berkata penuh makn
Yuni segera menyuruh orang memanggil dokter pribadi.Saat ini, Gisela juga langsung sadar kembali dan segera mengajukan diri. "Aku ... aku pernah belajar keperawatan ...."Hal yang terjadi tadi ....Gisela merasa dia sudah mau meledak saking kesalnya.Jelas-jelas dia melihat Bertha sudah mau menabrak Nyonya Jayadi, tapi di luar dugaannya .... Teringat dengan kejadian tadi, Gisela tidak hanya merasa kecewa karena rencananya gagal.Pria yang ditimpa Bertha tadi adalah tuan muda pertama Keluarga Sugito.Mereka ... berciuman.Namun, Bertha mana layak?Gisela tidak pernah menyangka akan jadi seperti ini. Mendengar Yuni meminta orang memanggil dokter pribadi, Gisela langsung sadar kembali.Rencananya mencelakai Bertha sudah gagal, dia tidak boleh melewatkan kesempatan untuk menunjukkan kehebatannya.Oleh karena itu, dia pun segera menawarkan diri.Baru saja dia selesai bicara, semua orang pun melihatnya.Termasuk Nyonya Yuni dan juga Nyonya Jayadi itu."Kamu bisa ilmu keperawatan?" Yuni meli
Melihat gadis baju hitam itu sudah mau menabraknya, Celine refleks berteriak, "Andreas ...."Saat ini, di bandara Kota Binara.Seorang pria memegang dadanya, keningnya juga berkerut. Kegelisahan yang tiba-tiba muncul di hatinya membuat kepalanya pusing."Tuan, kamu kenapa?"Orang yang lewat menyadari keanehannya dan segera bertanya.Pria itu berusaha untuk menenangkan dirinya, tapi hatinya seperti diremas oleh sebuah tangan. Dia tidak pernah merasakan rasa sakit seperti itu.Di hatinya bahkan muncul ketakutan, lalu perlahan-lahan ketakutan itu menyelimutinya.Dia bahkan bisa mendengar suara detak jantungnya."Tuan, kamu kenapa?"Melihat kondisinya, orang yang lewat tadi bertanya lagi.Pria itu menghirup napas dalam-dalam lalu mengibaskan tangannya, tapi ketakutan itu masih mengikutinya.Sebenarnya ... ada apa dengannya?Sementara saat ini, Celine menutup matanya, suasana sekitarnya seakan-akan menjadi hening. Dia berusaha melindungi perutnya, berdoa hal yang dia takutkan tidak akan ter
Semakin Evan menyukai rasa puas ini, dia semakin tidak menyukai Bertha yang angkuh."Kalau begitu, aku ke sana?"Gisela memasuki area dansa dengan hati-hati tapi semangat seakan-akan sudah mendapat dukungan.Dia mengikuti tempo dan irama lalu mulai membaur dengan orang-orang.Di tempat yang tidak diperhatikan orang, Gisela diam-diam mengamati sekelilingnya, mencari kesempatan. Akhirnya, dia melihat Bertha sedang berputar mendekati Celine.Gisela tahu kalau kesempatannya sudah datang."Siapa gadis baju hitam itu? Tariannya lumayan bagus ...."Yuni juga memerhatikan Bertha.Nada pujiannya kebetulan didengar oleh Gisela, Gisela pun semakin yakin dengan rencananya.Nyonya Yuni sedang memuji Bertha? Nanti, takutnya dia baru akan puas setelah membunuh Bertha!Gisela berpikir sambil menunggu waktu yang pas, kemudian dia diam-diam mendorong gadis yang sedang menari membelakanginya ...."Aduh ...."Seiring dengan seruan kaget, gadis itu menabrak orang di depannya."Ah ....""Aduh ...."Suara te
Alvin kenal dengan Nyonya Jayadi ini?Gisela melihat Alvin berjalan kemari bersama Celine, jarak di antara mereka seperti sengaja untuk menghindari rumor.Apakah hubungan mereka tidak biasa?Gisela memutar matanya, otaknya juga ikut berputar.Waktu melihat Nyonya Jayadi sudah mendekati kerumunan orang, Alvin berhenti mengikutinya, tapi matanya tetap tertuju pada Nyonya Jayadi.Gisela pun melihat wanita yang meski sedang hamil, tetap sangat cantik itu. Dalam hati muncul perasaan yang aneh, bahkan dia juga tidak bisa membedakan apakah itu kagum atau iri.Nyonya Jayadi ini benar-benar beruntung.Sedangkan dia ....Gisela mencari Bertha di sekitar, lalu segera menemukannya yang terlihat sangat mencolok di antara kerumunan.Bertha ada di antara kerumunan orang yang menari, sepertinya dia terbawa suasana, terlihat sangat gembira, sama sekali tidak sedih karena Evan mau membatalkan pernikahan mereka.Kenapa dia tidak sedih?Gisela merasa kesal.Bertha harusnya sedih, karena bagaimanapun juga
Celine terus menunggu Andreas, merindukannya setiap hari. Sejak babak final Kompetisi Desain Perhiasan Nasional di mana dia menerima cincin "Penantian", dia tidak menemukan petunjuk apa pun lagi tentang Andreas.Dia terjebak dalam penantian yang tidak terlihat ujungnya, seakan-akan mengerti maksud dari orang yang mengirim cincin itu.Penantian ....Orang itu memberi tahu dia kalau dia akan terus menunggu.Alvin bisa melihat kepahitan di mata Celine. Di kalangan para orang kaya di Binara ada sangat banyak rumor tentang Celine dan Andreas.Ada yang bilang Celine sedang hamil, tapi Tuan Andreas tidak pernah muncul di sisinya sekalipun, hubungan mereka sudah renggang.Ada yang bilang Celine hanya diakui karena hamil dengan keturunan Keluarga Jayadi, Yuni juga hanya mementingkan cicitnya yang ada di kandungan Celine.Di luar ada banyak rumor seperti ini, tapi karena identitas Celine yang merupakan pewaris Grup Nadine dan juga putri Keluarga Tjangnaka, tidak ada yang berani meremehkannya.Al
Di bawah tatapan semua orang, seorang wanita berpakaian putih memegang wajahnya, jelas terlihat dia baru saja ditampar.Wanita itu memasang ekspresi bingung, lalu sibuk meminta maaf pada orang yang menamparnya seakan-akan tidak peduli dengan rasa sakit di wajahnya. "Maaf, Kak, aku ...."Sebelum dia selesai, seorang pria maju dan melindungi wanita baju putih itu di belakangnya sambil memelototi wanita baju hitam di depan wanita baju putih itu. "Kenapa kamu memukulnya?""Kak Evan, jangan salahkan Kakak, aku yang salah, membuatnya marah."Wanita baju putih itu terlihat sangat lemah seperti bunga yang mudah rusak.Alasan dia terlihat lemah,adalah karena kekejaman "Kakak" yang disebut olehnya itu. Semakin dia terlihat lemah, semakin bisa merangsang keinginan pria untuk melindunginya.Namun, di mata wanita baju hitam itu ....Celine melihat wanita baju hitam itu dengan tatapan penasaran. Wanita itu terlihat sangat tenang, seakan-akan sudah biasa dengan kelemahan wanita baju putih dan juga s