Kata-kata Karin masuk akal."Kalau begitu, maaf merepotkan, Kak Vicky." Kemudian, Celine teringat sesuatu, "Terus bagaimana dengan Karin?"Semua gadis dari tim tari semalam sudah dibawa pergi ke kantor polisi.Timothy dan yang lain tahu kalau semalam Karin juga ada di sana, kalau Timothy tidak menemukannya, takutnya bakal mencari Karin.Celine mengernyit, tapi Vicky malah tertawa sambil berkata, "Kamu nggak usah mengkhawatirkan dia, dia tinggal di sini, sangat aman. Cuma kamu ...."Vicky menggenggam tangan Celine dan berkata, "Aku tahu kamu ada urusan di luar, tapi kamu nggak usah terlalu khawatir soal ini, mereka nggak akan mencarimu!"Atau lebih tepatnya tidak ada kesempatan, atau ... mereka tidak berani!Celine tahu kalau Albert sudah turun tangan.Dia tidak tahu kekuasaan Keluarga Tjangnaka di luar negeri, tapi dilihat dari sikap Albert terhadap Andreas, dia tahu kalau Karin dan para gadis itu akan terlindungi dengan baik."Terima kasih, Kak Vicky," ujar Celine dengan penuh terima
Inez merasa kepalanya seakan-akan meledak. "Apa yang kamu bicarakan?""Apanya yang jelas? Apanya nggak bisa dijamin?""Apanya dalam waktu dekat nggak bisa keluar?"Inez berteriak keras ke polisi itu, seketika menarik perhatian orang-orang di sekitar.Seto baru saja keluar dari kantornya dengan ekspresi serius. Begitu mendengar suara keributan ini, dia segera bergegas kemari.Kebetulan Inez juga melihatnya. "Pak Seto, kamu kasih tahu dia kalau aku sudah boleh membawa Timothy pergi!"Inez melipat tangannya di depan dada, menunggu Seto mengurus hal ini.Namun, Seto malah berdiri diam di tempat, tatapannya ke Inez juga penuh dengan maksud meminta maaf."Pak Seto ...."Karena takut Inez membuat keributan lagi, Seto menariknya sambil berkata, "Nyonya, ayo duduk sebentar di kantorku, aku jelaskan tentang situasi Tuan Muda Timothy."Inez melihat Seto sejenak lalu mengikutinya.Begitu masuk kantor dan pintu tertutup, Inez langsung melempar tasnya ke sofa dan bertanya marah, "Apa yang terjadi?"
Tanpa menunggu balasan Owen, Andreas kembali berkata, "Lindungi diam-diam, jangan sampai dia tahu, supaya dia nggak merasa nggak bebas.""Baik, Tuan."Owen dan Gian saling bertatapan.Tuan selalu memikirkan sampai ke detail kecil seperti ini kalau menyangkut Nyonya.Sementara saat ini, Pak Lionel yang dibicarakan Gian tadi sedang duduk di sebuah restoran. Orang yang duduk di depannya tidak lain adalah Albert.Mereka berdua janjian sarapan di sini dan sudah duduk selama beberapa jam.Lionel sangat mengenal keluarga di balik Albert."Terakhir aku bertemu pamanmu sudah dua puluhan tahun yang lalu. Sudah lama begini, takutnya dia sudah lupa tampangku." Hubungan Lionel dan Keluarga Tjangnaka berasal dari pamannya Albert ini.Dulu, pamannya pernah menyelamatkan nyawa Lionel!Oleh karena itu, waktu Albert pagi-pagi meneleponnya dan mengajaknya makan, dia langsung membatalkan rapat dan juga semua jadwalnya pagi ini untuk sarapan bersama Albert.Mereka makan dengan sangat santai.Sampai sekaran
Selama ini, Andreas selalu malas memedulikan Renald.Namun, hari ini dia malah berbicara panjang lebar, apalagi terdengar "menenangkan" dan "penuh perhatian".Renald tertegun sejenak.Setelah menyadari makna di balik kata-kata Andreas, ekspresi Renald langsung berubah drastis."Apanya melakukan kejahatan besar? Andreas, Timothy itu orangnya selalu menjaga diri, di perusahaan juga selalu rajin kerja. Kamu jangan asal menuduh."Renald tahu jelas.Timothy benar-benar biasa saja dalam berbisnis, tapi di depan Yuni, Timothy mewakili dia.Dia selalu menjaga kesannya di depan Yuni, mana mungkin diam saja melihat Andreas memfitnahnya?Ekspresi Andreas yang penuh perhatian tadi tiba-tiba berubah jadi terkejut dan bingung. "Paman, ternyata kamu masih belum tahu?"Belum tahu?Belum tahu apa?Renald melihat Andreas, di hatinya muncul firasat buruk.Apa bocah ini mau menyerangnya menggunakan Timothy?Renald tidak meneruskannya, dia ingin mengalihkan topik. Dia pun tersenyum dan berkata, "Andreas, k
Namun, waktu Yuni muda, dia ikut mengurus bisnis Keluarga Jayadi bersama suaminya, dia punya fondasi yang kuat di perusahaan. Bahkan sekarang saja di perusahaan masih ada mata-matanya.Dia tidak ikut campur bisnis Grup Jayadi, tapi ada hal-hal yang harus dia ketahui.Yuni mengambil ponsel itu lalu menaruhnya ke telinga.Orang-orang di samping tidak bisa mendengar apa yang orang di seberang telepon katakan. Sampai ketika panggilan ini selesai, Yuni sama sekali tidak mengatakan apa-apa.Namun, ekspresinya yang suram membuat suasana di sekitar sangat menegangkan.Kemudian, dia mengurus bunga-bunga yang dia gunting sampai bunga yang tersisa sudah digunting, Yuni baru melihat Renald.Renald sudah berkeringat dingin karena tebakan dalam hatinya.Begitu Yuni melihatnya, Renald langsung gemetar."Kenapa kamu tegang begitu?" ujar Yuni sambil tersenyum.Wibawanya seakan-akan memang sudah ada sejak lahir."Ibu ...."Begitu dia bersuara, Yuni langsung menyela, "Daripada kamu tegang begini di sini,
Gian menebak.Seperti dugaannya, begitu naik mobil, Andreas langsung berkata pada Owen, "Ke rumah sakit, punya Keluarga Nadine."Owen mengangkat alisnya.Namun, saat Andreas menuju ke rumah sakit Keluarga Nadine, Celine sedang menuju ke rumah sakit Keluarga Jayadi.Di dalam kantor polisi.Inez masih membuat keributan."Kalian tahu nggak siapa aku? Tahu nggak siapa anakku itu? Kalian nggak mau melepas anakku? Kalian bakal tahu rasa."Saat ini, Inez sudah kehilangan akal sehatnya.Dia sudah tidak bisa mempertahankan keanggunan dan martabatnya sebagai nyonya Keluarga Jayadi.Timothy adalah hidupnya!Begitu teringat Timothy dipukul sampai seperti itu, terus dikurung di dalam, hati Inez sangat sakit.Dia terus menggila di kantor polisi.Para polisi masih tetap takut dengan identitasnya sebagai anggota Keluarga Jayadi, jadi mereka tidak berani mengusirnya.Sampai akhirnya ketika Renald tiba, dia melihat Inez sedang menunjuk muka seorang polisi dengan sombong.Wajah Renald yang tadinya gusar
Di kaca spion terlihat penampilan Inez yang menyedihkan."Nyonya Keluarga Jayadi seperti apa kamu ini? Kamu pulang sekarang juga, tanpa izin dariku, nggak boleh keluar mempermalukanku!"Renald bahkan malas melihat Inez lagi.Setelah itu, Renald turun dan berkata, "Baim, kamu ikut aku!"Dia memanggil Baim seperti seorang bawahan. Meski merasa kesal, Baim tetap menurutinya.Mereka berdua kembali masuk ke kantor polisi.Sambil berjalan, Renald bertanya, "Apa yang terjadi?"Dari nada suaranya, terdengar kalau Baim berani menyembunyikan satu kata saja, Renald bakal membunuhnya.Baim memberi tahu semua yang dia tahu dan apa yang terjadi sejak semalam dia datang dan saat pagi ini Inez datang."Awalnya Pak Seto yang kami mintai tolong sudah mau melepaskan Timothy, tapi tiba-tiba kepala kantor polisi tiba-tiba mengambil alih kasus ini dan berpesan kalau kebenaran kasus ini sudah ada. Takutnya Timothy nggak hanya harus dikurung di sini, bahkan mungkin bakal didakwa."Tiba-tiba mengambil alih?Re
"Pak Fendi, aku Renald Jayadi." Renald memperkenalkan diri sambil tersenyum.Fendi mengernyit, jelas terlihat sedang berpikir sejenak. "Jayadi?"Dia tetap tidak ingat."Kasus yang kamu terima hari ini, kasus Timothy Jayadi ...." Jarang-jarang Renald merendahkan diri untuk menjelaskan siapa dirinya.Fendi baru akhirnya ingat. "Oh, anggota keluarga. Ada yang bisa kubantu?"Fendi terlihat sangat sopan.Renald kembali mengundang Fendi makan malam, tapi Fendi langsung menolak. Karena tidak ada cara lain lagi, Renald terpaksa berdiri di luar kantor polisi dan langsung berdiskusi dengannya."Kasus Timothy memang harusnya diperiksa dengan teliti. Tapi selama ini dia selalu menjaga sikap, nggak mungkin melakukan kejahatan seperti itu. Dia juga terluka, coba kamu lihat bisa melepaskannya dengan jaminan atau nggak. Biar dia mengobati lukanya dulu, nantinya ...."Untuk masalah nanti, dia baru urus baik-baik.Masalah besar diperkecil, masalah kecil dihilangkan, semuanya pun selesai.Fendi menghela