Tanpa menunggu balasan Owen, Andreas kembali berkata, "Lindungi diam-diam, jangan sampai dia tahu, supaya dia nggak merasa nggak bebas.""Baik, Tuan."Owen dan Gian saling bertatapan.Tuan selalu memikirkan sampai ke detail kecil seperti ini kalau menyangkut Nyonya.Sementara saat ini, Pak Lionel yang dibicarakan Gian tadi sedang duduk di sebuah restoran. Orang yang duduk di depannya tidak lain adalah Albert.Mereka berdua janjian sarapan di sini dan sudah duduk selama beberapa jam.Lionel sangat mengenal keluarga di balik Albert."Terakhir aku bertemu pamanmu sudah dua puluhan tahun yang lalu. Sudah lama begini, takutnya dia sudah lupa tampangku." Hubungan Lionel dan Keluarga Tjangnaka berasal dari pamannya Albert ini.Dulu, pamannya pernah menyelamatkan nyawa Lionel!Oleh karena itu, waktu Albert pagi-pagi meneleponnya dan mengajaknya makan, dia langsung membatalkan rapat dan juga semua jadwalnya pagi ini untuk sarapan bersama Albert.Mereka makan dengan sangat santai.Sampai sekaran
Selama ini, Andreas selalu malas memedulikan Renald.Namun, hari ini dia malah berbicara panjang lebar, apalagi terdengar "menenangkan" dan "penuh perhatian".Renald tertegun sejenak.Setelah menyadari makna di balik kata-kata Andreas, ekspresi Renald langsung berubah drastis."Apanya melakukan kejahatan besar? Andreas, Timothy itu orangnya selalu menjaga diri, di perusahaan juga selalu rajin kerja. Kamu jangan asal menuduh."Renald tahu jelas.Timothy benar-benar biasa saja dalam berbisnis, tapi di depan Yuni, Timothy mewakili dia.Dia selalu menjaga kesannya di depan Yuni, mana mungkin diam saja melihat Andreas memfitnahnya?Ekspresi Andreas yang penuh perhatian tadi tiba-tiba berubah jadi terkejut dan bingung. "Paman, ternyata kamu masih belum tahu?"Belum tahu?Belum tahu apa?Renald melihat Andreas, di hatinya muncul firasat buruk.Apa bocah ini mau menyerangnya menggunakan Timothy?Renald tidak meneruskannya, dia ingin mengalihkan topik. Dia pun tersenyum dan berkata, "Andreas, k
Namun, waktu Yuni muda, dia ikut mengurus bisnis Keluarga Jayadi bersama suaminya, dia punya fondasi yang kuat di perusahaan. Bahkan sekarang saja di perusahaan masih ada mata-matanya.Dia tidak ikut campur bisnis Grup Jayadi, tapi ada hal-hal yang harus dia ketahui.Yuni mengambil ponsel itu lalu menaruhnya ke telinga.Orang-orang di samping tidak bisa mendengar apa yang orang di seberang telepon katakan. Sampai ketika panggilan ini selesai, Yuni sama sekali tidak mengatakan apa-apa.Namun, ekspresinya yang suram membuat suasana di sekitar sangat menegangkan.Kemudian, dia mengurus bunga-bunga yang dia gunting sampai bunga yang tersisa sudah digunting, Yuni baru melihat Renald.Renald sudah berkeringat dingin karena tebakan dalam hatinya.Begitu Yuni melihatnya, Renald langsung gemetar."Kenapa kamu tegang begitu?" ujar Yuni sambil tersenyum.Wibawanya seakan-akan memang sudah ada sejak lahir."Ibu ...."Begitu dia bersuara, Yuni langsung menyela, "Daripada kamu tegang begini di sini,
Gian menebak.Seperti dugaannya, begitu naik mobil, Andreas langsung berkata pada Owen, "Ke rumah sakit, punya Keluarga Nadine."Owen mengangkat alisnya.Namun, saat Andreas menuju ke rumah sakit Keluarga Nadine, Celine sedang menuju ke rumah sakit Keluarga Jayadi.Di dalam kantor polisi.Inez masih membuat keributan."Kalian tahu nggak siapa aku? Tahu nggak siapa anakku itu? Kalian nggak mau melepas anakku? Kalian bakal tahu rasa."Saat ini, Inez sudah kehilangan akal sehatnya.Dia sudah tidak bisa mempertahankan keanggunan dan martabatnya sebagai nyonya Keluarga Jayadi.Timothy adalah hidupnya!Begitu teringat Timothy dipukul sampai seperti itu, terus dikurung di dalam, hati Inez sangat sakit.Dia terus menggila di kantor polisi.Para polisi masih tetap takut dengan identitasnya sebagai anggota Keluarga Jayadi, jadi mereka tidak berani mengusirnya.Sampai akhirnya ketika Renald tiba, dia melihat Inez sedang menunjuk muka seorang polisi dengan sombong.Wajah Renald yang tadinya gusar
Di kaca spion terlihat penampilan Inez yang menyedihkan."Nyonya Keluarga Jayadi seperti apa kamu ini? Kamu pulang sekarang juga, tanpa izin dariku, nggak boleh keluar mempermalukanku!"Renald bahkan malas melihat Inez lagi.Setelah itu, Renald turun dan berkata, "Baim, kamu ikut aku!"Dia memanggil Baim seperti seorang bawahan. Meski merasa kesal, Baim tetap menurutinya.Mereka berdua kembali masuk ke kantor polisi.Sambil berjalan, Renald bertanya, "Apa yang terjadi?"Dari nada suaranya, terdengar kalau Baim berani menyembunyikan satu kata saja, Renald bakal membunuhnya.Baim memberi tahu semua yang dia tahu dan apa yang terjadi sejak semalam dia datang dan saat pagi ini Inez datang."Awalnya Pak Seto yang kami mintai tolong sudah mau melepaskan Timothy, tapi tiba-tiba kepala kantor polisi tiba-tiba mengambil alih kasus ini dan berpesan kalau kebenaran kasus ini sudah ada. Takutnya Timothy nggak hanya harus dikurung di sini, bahkan mungkin bakal didakwa."Tiba-tiba mengambil alih?Re
"Pak Fendi, aku Renald Jayadi." Renald memperkenalkan diri sambil tersenyum.Fendi mengernyit, jelas terlihat sedang berpikir sejenak. "Jayadi?"Dia tetap tidak ingat."Kasus yang kamu terima hari ini, kasus Timothy Jayadi ...." Jarang-jarang Renald merendahkan diri untuk menjelaskan siapa dirinya.Fendi baru akhirnya ingat. "Oh, anggota keluarga. Ada yang bisa kubantu?"Fendi terlihat sangat sopan.Renald kembali mengundang Fendi makan malam, tapi Fendi langsung menolak. Karena tidak ada cara lain lagi, Renald terpaksa berdiri di luar kantor polisi dan langsung berdiskusi dengannya."Kasus Timothy memang harusnya diperiksa dengan teliti. Tapi selama ini dia selalu menjaga sikap, nggak mungkin melakukan kejahatan seperti itu. Dia juga terluka, coba kamu lihat bisa melepaskannya dengan jaminan atau nggak. Biar dia mengobati lukanya dulu, nantinya ...."Untuk masalah nanti, dia baru urus baik-baik.Masalah besar diperkecil, masalah kecil dihilangkan, semuanya pun selesai.Fendi menghela
Jantung Celine berdetak kencang.Dia sengaja tidak memikirkan hal ini, lalu tersenyum canggung dan berjalan ke kamar Dylan.Ketika membuka pintu, Celine mengira akan melihat Dylan yang berbaring di kasur.Namun, kasur di dalam kamar kosong.Celine membeku sejenak lalu segera sadar kembali. Tepat ketika dia mau memanggil pengawal, dia mendengar suara di dekat jendela.Celine berjalan maju dan melihat Dylan yang berbaring di lantai.Dia jatuh dari kasur?Celine langsung menghampirinya dengan sedikit gugup, ingin membantunya berdiri. Untungnya Dylan sangat bekerja sama, Celine pun membantunya duduk.Namun, dia yang sudah duduk tidak mau berdiri.Dylan berbalik lalu bersandar ke kasur. Dia menatap kening Celine, tapi poni Celine menutupi tempat yang ingin dia lihat, dia pun mengangkat tangannya.Celine tidak sempat menghindar, poninya sudah disingkirkan.Bekas luka yang tertutup poni pun terlihat.Mata Dylan bergetar lalu dia menunduk. "Maaf."Celine tertegun sejenak, lalu mengerti apa mak
Celine kembali terdiam.Apa dia salah dengar?Dylan bilang Andreas kasihan sekali?Seorang kepala Keluarga Jayadi yang dihormati dan ditakuti semua orang mana mungkin ada kaitannya dengan kata "kasihan"?Pasti dia salah dengar.Tidak hanya Celine, pria yang entah sejak kapan sudah berdiri di pintu juga mengernyit.Dia ... kenapa kasihan?"Memangnya dia nggak kasihan?" Dylan melihat reaksi Celine dan matanya yang bagaikan penuh dengan bintang tersenyum."Wanita yang dia cintai cuma suka mukanya doang. Kalau nggak ada muka itu, bukannya kamu nggak bakal menyukainya lagi?"Celine kembali tertegun.Kata-kata ini sepertinya masuk akal juga.Namun, tak lama kemudian, fokus Celine tertuju pada "Wanita yang dia cintai", tapi dia seakan-akan takut menyentuhnya, jadi sengaja mengabaikan kata-kata ini.Namun, apa maksudnya cuma suka wajahnya?Kata-kata ini jelas salah.Celine tidak berpikir panjang dan langsung menyangkal. "Siapa bilang aku cuma suka mukanya itu?"Dylan mengangkat alisnya. "Meman
Seakan-akan dia tidak tertarik sama sekali dengan cincin itu.Sementara kata "bagus" itu juga hanya komentar objektif, atau mungkin diucapkan hanya untuk membuat Lala senang.Lala sangat senang dengan reaksi Andreas ini.Beberapa hari ini, dia terus mengamati Andreas.Kelihatannya cuci otak Gion kali ini sangat sempurna. Andreas tidak jadi gila, juga sepertinya melupakan semua hal yang berhubungan dengan Celine.Bagus sekali!"Kalau begitu, aku mau yang ini. Boleh, 'kan, Kak Tuvin?" Mata Lala dipenuhi dengan cinta.Seperti yang sudah dia duga, Andreas menjawab, "Boleh.""Kalau begitu, aku bungkus cincin pasangan ini," ujar penjaga toko.Namun, baru saja dia selesai bicara, Lala malah berkata, "Nggak mau sepasang, aku cuma mau yang model wanita, yang pria nggak usah.""Tapi ...." Bukannya mereka sepasang kekasih?Cincin ini bukan untuk tunangan atau cincin nikah? Jadi cincin kekasih juga bagus.Lala menyadari reaksi penjaga toko itu.Dia pun terkekeh."Cincin ini memang bagus, tapi ini
Lala sangat puas dengan hadiah yang akan dia berikan ke Celine.Juga sangat puas melihat tampang Andreas yang sempurna di depannya. Melihat jarak mereka yang sangat dekat, dia akhirnya tidak bisa menyembunyikan kesenangan di hatinya."Kak Tuvin ...." Lala tiba-tiba mendekati Andreas.Namun, Andreas malah mundur selangkah.Reaksinya ini jelas adalah refleks.Sejak Andreas sadarkan diri, berapa kali pun Gion mencuci otaknya dan terus memberitahunya kalau Lala adalah tunangannya,bahwa hubungan mereka sangat dekat,setiap kali Lala mau mendekat, Andreas selalu menghindar.Senyuman di wajah Lala jadi kaku, tapi dia segera kembali normal."Kak Tuvin, besok kita sudah mau pergi. Mulai besok, di sanalah rumah kita. Nanti waktu sudah sampai, kamu teruskan sekolahmu, aku bakal menemanimu.""Kak Tuvin, kamu boleh kasih aku sebuah hadiah?"Lala mendongak melihat Andreas, matanya penuh dengan harapan, sama sekali tidak ada hal lain."Boleh." Andreas tidak ada alasan untuk menolak.Lala tahu dia ti
Manajer hotel itu pun menceritakan semua yang terjadi hari itu dengan sangat mendetail.Mendengar ceritanya, hati Celine sangat bergejolak."Berarti benar!"Malam itu bukan mimpi, melainkan Andreas yang asli!"Aku sudah pernah menemuinya."Celine bergumam, bibirnya membentuk sebuah senyuman yang paling tulus dalam dua bulan ini.Dia juga perlahan-lahan semakin bersemangat. Dia melihat ke Albert dan Dylan sambil berkata, "Hari itu aku bertemu dengannya!"Albert dan Dylan saling bertatapan.Meski mereka tidak tahu sebenarnya apa yang terjadi malam itu, mereka percaya dengan Celine.Atau mungkin, Celine dan Andreas tidak hanya pernah bertemu.Andreas bahkan sedang melindungi Celine.Melihat Celine tersenyum, Albert juga ikut tersenyum.Dylan juga menghela napas lega.Dari informasi-informasi ini, mereka sudah bisa membuktikan kalau Andreas baik-baik saja. Hanya masalah waktu ... sampai dia kembali.Sementara hal yang harus dia lakukan sebelum Andreas pulang adalah mengurus Grup Jayadi dan
Selama dua bulan ini, Celine sangat sering memimpikan Andreas.Namun, kebanyakan di mimpinya, sosok Andreas hanya terlihat bagian punggungnya secara samar-samar. Bagaimanapun Celine memanggil dan mengejar Andreas, dia tetap tidak bisa menyentuhnya.Kecuali satu kali itu.Dia memimpikan Albert, melihat wajahnya dengan jelas.Celine bisa merasakan sentuhan Andreas, bahkan detak jantung dan juga napasnya. Semuanya terasa sangat nyata, seakan-akan dia tidak sedang bermimpi, melainkan benar-benar terjadi.Bukan mimpi ....Celine terkejut dengan tebakannya ini.Saat ini, dia seakan-akan menangkap sesuatu, seperti tadi waktu dia berharap Tuvin adalah Andreas.Meski panggilan tadi sudah membuktikan kalau Tuvin bukan Andreas,Celine tetap ingin mencoba menangkap harapan dan petunjuk sekecil apa pun.Sementara mimpi dan juga tempat di mimpinya ada di Hotel Binara."Ke hotel, Hotel Binara." Celine tiba-tiba berdiri.Dia bahkan mau langsung keluar tanpa memakai sepatu.Albert dan Dylan tahu Celine
Semuanya tergantung pada kata-kata Lala.Lala sangat suka dengan rasa di mana semuanya ada di dalam kendalinya."Oh ... oh begitu?" Celine merasa hatinya terasa berat.Seakan-akan ditimpa oleh sesuatu.Sementara wanita di seberang telepon malah terdengar semakin senang. "Iya, kami sudah mau menikah, kamu bakal mendoakan kami, 'kan?"Mendoakan?Celine tidak pernah bertemu "Tuvin", juga tidak pernah bertemu tunangannya.Sepasang orang tidak dikenal akan segera menikah, dia seharusnya mengucapkan selamat.Namun, saat ini, begitu memikirkan mau "mendoakan" mereka, hatinya seakan-akan ditusuk-tusuk, membuatnya kesusahan bernapas."Nona, kamu masih mendengar?"Lala kembali berkata.Dia seakan-akan tidak akan menyerah kalau belum mendapatkan ucapan selamat dari Celine.Terdengar suara napas yang kurang stabil di seberang, Lala pun tersenyum semakin lebar. Dia semakin bertekad mau mendengar ucapan selamat dari Celine.Celine menghirup napas dalam-dalam, dia ingin mengucapkan selamat, tapi mulu
Melihat nomor telepon itu, Celine merasa sangat tegang.Dia tahu jelas apa yang dia nantikan.Namun, semakin dia menginginkannya, hatinya semakin gelisah.Pertanyaan di hatinya juga semakin banyak, dia ingin mendapatkan jawaban.Setelah menghirup napas dalam, Celine akhirnya menelepon "Tuvin Sarwen".Ketika sedang menunggu panggilan terhubung, jantung Celine berdetak sangat kencang, seolah-olah akan segera melompat keluar.Setelah panggilan terhubung, apa yang harus dia katakan?Kalau "Tuvin" bukan dia ....Berbagai macam pikiran melintas di benak Celine.Akhirnya, suara dering telepon berhenti, lalu terdengar suara napas."Halo?"Kemudian, terdengar suara seorang wanita.Celine tertegun sejenak, semua pikiran dan juga ketegangan tadi seakan-akan membeku."Halo, siapa ini?"Suara wanita itu membuat Celine seketika tersadar.Dia memastikan sekali lagi kalau ini nomor yang diberi Noni. Setelah itu, dia mencoba bertanya, "Apakah ini nomornya Tuvin Sarwen?"Orang di seberang telepon terdia
Owen mendongak melihat ke salah satu rumah.Ketika dia melihat Celine, dia menyadari Celine juga sedang melihat ke rumah itu.Hanya orang rumah ini yang belum mereka temui orangnya.Yang lainnya juga melihat tatapan Celine.Saat ini, fokus mereka semua tertuju pada satu-satunya rumah yang terkunci dan tidak ada orang ini.Mereka masih ingat jelas kata-kata tetangga tadi.Tetangga itu bilang orang yang tinggal di rumah ini adalah keluarga bermarga Sarwen. Cucu orang tua di rumah ini meski bentuk tubuhnya agak mirip dengan Andreas, wajahnya tidak mirip.Yang namanya tetangga tidak mungkin tidak kenal.Tetangga itu bilang bukan, harusnya benar bukan Andreas.Melihat mereka semua tidak berhasil menemukan orang yang ingin dicari, tetangga itu pun berkata, "Kalian lagi mencari orang yang sangat penting untuk kalian, ya? Pasti bakal ketemu, harus tetap berharap, pasti bisa ketemu. Seperti cucunya Gion ....""Tiga tahun lalu, kecelakaan itu parah sekali. Kami mengira Tuvin sudah pasti mati, ta
Di area yang ditentukan Owen ada banyak rumah kecil.Di sekitar tidak ada CCTV, jadi mereka hanya bisa bertanya ke satu-satu rumah.Begitu turun mobil, Celine langsung mengikuti nalurinya berjalan ke sebuah rumah lalu tidak bisa bergerak lagi."Celly, ada apa?" Albert mengikuti dia dari belakang.Dylan yang sedang menanyakan proses pencarian ke Owen juga segera menghampiri mereka waktu menyadari keadaan Celine."Kak Celine, ada apa?"Mereka berdua jelas terlihat khawatir.Celine melihat rumah di depannya dan berkata, "Dia ... ada di sini."Celine terdengar sangat yakin.Albert dan Dylan saling menatap lalu mengikuti arah pandang Celine.Mereka percaya dengan naluri Celine.Dylan langsung memanggil Owen dan berkata, "Kalian sudah cek rumah ini?""Waktu pagi-pagi tadi sudah ke sini, tapi pintunya tertutup. Jadi kita cuma coba panggil, seorang wanita bilang nggak bisa buka pintu. Kita juga nggak punya alasan untuk masuk.""Tadi waktu ke sini lagi, di dalam kayaknya nggak ada orang."Owen
...Di Kompleks Tiara.Sejak semalam datang, Albert dan Dylan tetap di sini.Mereka terus melihat rekaman CCTV berulang kali.Celine sudah tidak tidur semalaman, mereka berdua juga sama.Setiap setengah jam, Owen menyampaikan informasi terbaru.Mereka menemukan sopir taksi yang dinaiki Andreas dari plat mobil yang tertangkap di CCTV.Menurut informasi yang diberikan sopir taksi, penumpangnya turun di depan jalan area perumahan di pinggiran kota.Waktu menyusuri jalan itu, mereka tiba di sebuah perumahan pribadi dengan halaman.Bawahan Owen hanya memeriksa setiap rumah secara kasar, tapi mereka tidak menemukan Andreas.Waktu Celine mendapat informasi ini, detak jantung Celine bertambah cepat."Di sana, dia pasti di sana." Celine tidak percaya orang sebesar itu bisa tiba-tiba hilang.Hanya ada satu kemungkinan, yaitu pencariannya tidak cukup teliti."Aku mau ke sana, aku mau mencarinya."Waktu Celine menyampaikan keputusannya ini pada Dylan dan Albert, tatapannya sangat penuh tekad.Seja