Dia bernapas terengah-engah lalu menggenggam tangan kakaknya dengan senang.Kali ini, dia harus menggenggam tangan kakaknya dengan erat, supaya tidak dilepas.Mereka berdua terus berjalan dalam kegelapan malam. Dia menyadari kalau kakaknya sepertinya juga sudah lelah, langkah kakinya jelas jadi jauh lebih pelan, dia bisa mengikuti kakaknya tanpa harus mengeluarkan tenaga lebih.Setelah berjalan entah berapa lama, dia bertemu dengan dua orang bersaudara dari Keluarga Nadine.Setelah itu, dia selalu mengikuti kakaknya.Meski kakaknya tetap bersikap dingin padanya, sangat jarang berbicara dengannya dan bahkan sangat jarang tersenyum, tapi dia bisa merasakan kalau kakaknya melindunginya dan menyayanginya.Dia selalu menuruti pesan kakaknya, sengaja menghindari anggota Keluarga Jayadi.Namun hari itu, Nona Fera datang dan bilang mau membawanya bertemu ibunya, dia akhirnya ikut.Dia terlalu merindukan ibunya.Dia juga bisa merasakan kalau ibunya juga mengkhawatirkan ibunya karena sudah beber
Hari-hari seperti itu entah bertahan berapa lama sampai suatu hari, dia melihat di makanan yang diantar ada sebuah pisau kecil dan tipis.Malam itu, di luar lagi-lagi hujan deras.Petir terus berderu, suara yang keras seakan-akan memukul kepalanya. Dia meringkuk ketakutan di sudut kamar, tapi waktu dia mendongak, dia seakan-akan melihat ibunya berbaring di genangan darah dan terus memanggil namanya dengan suara lemah ....Dia merindukan ibunya, dia ingin mencari ibunya.Dia teringat pisau yang dia sembunyikan itu. Dia menyayat tangannya dengan pisau itu, dia sama sekali tidak merasakan sakit. Darah pun terus mengalir keluar dari luka itu.Setelah itu, kesadarannya perlahan-lahan menghilang.Dia mengira dia akan segera bertemu dengan ibunya.Namun, ketika dia membuka matanya, yang dia lihat adalah kakaknya.Setelah itu, dia dan kakaknya tidak tinggal di kediaman Keluarga Jayadi lagi, melainkan tinggal di sebuah rumah sakit. Kakaknya terus menemaninya setiap saat.Dia mendengar temannya
Nada suara Andreas sangat menyindir.Celine bisa merasakan amarah dan keputusasaan Andreas saat itu, tapi dia tidak tahu bagaimana menghiburnya, jadi dia hanya bisa menggenggam tangan Andreas.Kehangatan tangannya seakan-akan memberi sedikit kehangatan di hati Andreas yang dingin.Andreas menoleh melihat Celine, lalu secara refleks menggenggam erat tangan Celine, lalu dalam hati mengulangi kembali sumpah yang sudah dia buat dari dulu.Sementara hal-hal di masa lalu ....Andreas mengalihkan pandangannya, tapi kali ini, suhu tangan Celine membuat kebencian di nada suaranya berkurang banyak saat menceritakan masa lalu."Setelah Dylan bunuh diri menggunakan pisau itu, aku menemukan kalau pisau itu diberikan oleh seorang pelayan di kediaman sana. Tapi waktu aku menginterogasi alasannya, dia tetap tutup mulut. Aku tetap curiga kalau itu perintah Fera ...."Fera ....Celine teringat dengan nyonya Keluarga Jayadi yang lembut dan ramah itu."Apa dia wanita yang dicintai Tuan Omar saat ibumu mel
Celine tahu dia seharusnya mendorong Andreas.Namun, di hatinya ada satu suara yang berkata jangan menolaknya di saat seperti ini!Angin sepoi-sepoi berembus, Celine tidak tahu sejak kapan dia sudah memeluk balik Andreas.Sampai ketika ponsel Andreas berbunyi.Nada dering itu bunyi sekian lama, tapi Andreas sama sekali tidak bermaksud menerima panggilan. Dia tidak ingin melepaskan Celine sampai akhirnya Celine yang memberontak."Cepat angkat, mungkin ada masalah darurat."Andreas menatap Celine lekat-lekat sampai Celine akhirnya memunggunginya, Andreas baru mengeluarkan ponselnya.Telepon itu dari Gian.Begitu panggilan tersambung, terdengar suara Gian berkata, "Tuan, Tuan Omar ... meminta Tuan pulang ke kediaman."Omar?"Oke!" Andreas setuju tanpa ragu-ragu.Gian jelas terkejut.Tuan selalu bermusuhan dengan Tuan Omar. Meski mereka ayah dan anak, tapi mereka seperti musuh bebuyutan. Posisi kepala keluarga Tuan sekarang juga dia rampas dari Tuan Omar.Dia pikir Tuan tidak akan memeduli
Senyuman di wajah Andreas jelas membeku sejenak.Ketika turun ke bawah, mereka bertemu dengan Hansen yang bersandar di dinding, sepertinya sedang menunggu seseorang.Hanya dengan satu tatapan, Andreas tahu kalau Hansen tahu dia dan Celine ada di atap. Namun, Hansen ... tidak mengganggu mereka!"Kak, aku mau pergi ke kediaman Keluarga Jayadi sebentar." Celine memberi tahu rencananya ke Hansen.Andreas mengira Hansen akan melarang Celine.Namun, Hansen hanya mengeluarkan sebuah jaket wanita dan menyerahkannya ke Celine."Malam begini agak dingin, pakai jaket ini.""Terima kasih, Kak."Sampai setelah mereka berdua naik ke mobil, Andreas masih memikirkan adegan tadi. Dia samar-samar merasa hubungan antara Celine dan Hansen sudah berubah.Kakak?Dia ingat Hansen dulunya punya perasaan pria ke wanita terhadap Celine.Namun, tadi waktu Celine memanggilnya "kakak", tatapan Hansen seakan-akan seperti seorang kakak kandung....Di kediaman Keluarga Jayadi.Hari ini ulang tahun Omar, tapi hari in
Setiap bagian rumah memberi kesan penuh aturan.Seakan-akan selalu mengingatkan orang kalau mereka tidak boleh melanggar aturan."Tuan, Tuan Omar menunggu Anda di ruang baca." Asisten Omar menunggu di depan pintu.Sepertinya karena tidak ingin diketahui orang lain yang ada di kediaman, asisten itu berbicara dengan suara kecil.Andreas bahkan tidak melihat asisten itu sama sekali, dia langsung naik ke lantai dua dengan menggandeng Celine.Ruangan bagian timur paling ujung di lantai dua adalah ruang baca Omar. Namun, Andreas membawa Celine ke salah satu kamar di bagian paling barat lalu berhenti."Kamu istirahat di kamarku dulu." Andreas menepuk bahu Celine.Kelelahan di mata Andreas membuat Celine mengernyit karena khawatir.Dia tahu, Andreas akan segera menghadapi ayahnya. Untuk kejadian hari ini, baik Omar maupun Andreas mungkin ingin mendapatkan jawaban dari satu sama lain."Baik."Celine menurutinya.Andreas membukakan pintu kamar untuk Celine lalu setelah melihat Celine masuk ke ka
Di atas meja, ada sebuah album foto yang tebal.Celine membuka halaman pertama dan langsung melihat Andreas saat masih remaja.Dia terlihat tinggi dan tampan, wajahnya sama seperti sekarang tapi ekspresinya tidak sedingin sekarang.Celine membalik halaman album itu, di setiap foto, terkadang terlihat sudut bibir Andreas yang terangkat.Di dalam album foto itu, selain Andreas, ada Hansen dan juga seorang gadis.Celine pernah melihat gadis itu.Dia adalah gadis yang dia lihat fotonya di gedung kecil di dalam kediaman Keluarga Nadine di Binara.Namanya "Lala"!Celine mengamati Lala di foto dengan saksama. Gadis itu terlihat sangat ceria dan bersinar.Dia tahu, semua cucu angkat Kakek punya mata yang mirip dengan Linda.Namun, dibandingkan dengan Carla, mata Lala seakan-akan bisa tersenyum. Senyuman di matanya bahkan terlihat sangat akrab bagi Celine.Andreas ... pernah suka dengan gadis ini, 'kan?Saat ini, Celine yakin kalau di foto yang dia lihat di Binara itu, orang yang dicoret mukany
Namun, baru saja dia selesai berbicara, Andreas langsung berkata dengan ketus, "Ternyata kamu tahu kamu itu ayahnya?"Tahun itu, Dylan melukai dirinya sendiri di kediaman ini. Selama ini, Andreas selalu mempermasalahkan asal pisau itu.Dia terus bersikeras meminta Omar mencari tahu, tapi waktu itu, bagaimana sikap Omar?Motif pembantu itu sangat dipaksakan, bahkan dia saja tidak percaya. Jelas-jelas ada orang lain yang menjadikan pembantu itu kambing hitam, tapi Omar malah percaya.Andreas melirik Fera lalu berkata dengan nada meremehkan, "Aku pikir di hatimu cuma ada istri barumu.""Andreas Jayadi!" Omar langsung berdiri lalu mengambil sebuah pena di sampingnya dan melemparnya ke arah Andreas.Pena itu terbang melewati Andreas.Lalu mengenai dinding di belakang, suaranya terdengar sangat jelas di tengah-tengah keheningan malam ini.Omar sampai gemetar saking marahnya. Fera segera maju dan mengelus dada Omar untuk menenangkannya. "Kak Omar, Andreas cuma bilang begitu karena marah, kamu