Ganti cara lain ....Dari nada bicara Andreas saja, hati Celine seakan-akan bergetar.Melihat kenakalan di mata Andreas, Celine langsung bisa menebak apa maksud dari kata-kata Andreas tadi.Melihat wajah tampan Andreas mendekat, Celine refleks mengelak ke belakang.Namun, tangan Andreas yang besar menahan bagian belakang kepalanya, menghalanginya untuk kabur.Napas Andreas berembus di wajah Celine, seolah-olah Andreas akan segera menggigit leher Celine lagi. Di saat-saat terakhir, Celine berkata, "Mengerti, aku mengerti."Andreas pun berhenti.Namun, dia masih belum puas.Wanita kejam ini mengatakan hal sekejam itu, dia harus memberinya sedikit hukuman untuk mengobati luka di hatinya."Mengerti apa?" Napas Andreas berembus di leher Celine.Suara yang menggoda itu tepat di depan telinga Celine, membuat Celine merasa seakan-akan tersengat listrik.Ketika Celine masih tertegun, suara di samping telinganya berubah sedikit. "Hmm?"Jelas terlihat, Andreas sedang mendesak Celine untuk menjawa
Owen seketika membatalkan keinginannya tadi.Dia terpaksa mulai mengemudi tanpa memikirkan hal-hal ini.Setelah melaju lumayan jauh, dari spion mobil terlihat Celine masih berdiri di tempat, sosoknya semakin lama semakin kecil. Sampai ketika mobil Andreas sudah belok, sosok itu baru menghilang dari kaca spion.Celine kembali ke kediaman Keluarga Nadine.Di dalam ruang leluhur, hanya ada Hansen yang berjaga.Melihat Celine masuk, dia langsung mengenali jaket yang dipakai Celine.Jaket itu milik Andreas!Celine akhirnya pergi menemui dia?Hansen melihat ke bawah, dia menyadari perasaan aneh di hatinya, tapi akhirnya dia memutuskan untuk menekannya....Saat ini, Andreas pulang ke tempat tinggalnya di pusat kota.Sebelum dia sempat beristirahat, begitu langit sudah cerah, Andreas mandi dan mengganti pakaiannya. Setelah setengah jam, mobilnya kembali berhenti di luar kediaman Keluarga Nadine."Tuan, Anda ...."Di dalam mobil, Owen melihat tuannya lewat kaca spion.Baru saja pergi selama du
Di luar kediaman Keluarga Nadine.Pagi-pagi tadi, Bella sudah mencari tahu tentang jadwal Andreas hari ini. Dia langsung buru-buru berangkat menuju kediaman Keluarga Nadine.Dia sama sekali tidak tertarik memberi penghormatan pada orang mati.Namun, dia tidak keberatan menggunakan cara ini untuk mendekati Andreas.Di dalam mobil mewah,Bella memakai gaun panjang berwarna hitam. Setelah memeriksa riasan wajahnya yang cantik dan memastikan penampilannya, Bella turun dari mobil memakai kacamata hitam.Dia melihat sekeliling lalu muncul kekecewaan di matanya. Dia pun mengoceh ke asistennya dengan suara kecil, "Bisa-bisanya nggak ada reporter."Bella mengira dengan identitas Richard, seharusnya akan ada reporter yang menunggu di depan kediaman Keluarga Nadine.Kalau tahu tidak akan ada reporter, dia pasti bakal meminta beberapa reporter ke sini.Namun sekarang, sudah pasti tidak sempat lagi."Sudahlah, lain kali setiap kali aku mau keluar, ingat kasih tahu reporter." Bella melihat asistenny
Andreas baru berjalan keluar dari kediaman Keluarga Nadine ketika Owen datang terburu-buru sambil membawa ponsel. "Tuan, Nyonya Besar ....""Nyonya Besar menyuruh Anda lihat ponsel Anda, juga berpesan Anda harus menerima panggilan ini ...." Owen memasang ekspresi yang seakan berkata tangani sendiri masalah ini.Andreas mengeluarkan ponselnya dan melihat ada beberapa panggilan tak terjawab dari kediaman Keluarga Jayadi."Oke." Andreas mengangguk lalu mengambil ponsel Owen."Nenek ...."Begitu dia memanggil neneknya, neneknya yang ada di seberang telepon langsung mendengus dingin. "Kamu masih tahu aku itu nenekmu? Aku pikir kamu bahkan sudah melupakanku.""Mana mungkin? Tadi aku pergi memberi penghormatan pada Tuan Richard, jadi nggak bisa menerima panggilan."Begitu mendengar penjelasan Andreas, kekesalan di hati Yuni pun menghilang seketika. "Oh, aku cuma ada satu hal yang mau kusampaikan. Kamu cepat pergi ke Estelle, penanggung jawab mereka mengundurkan diri, jadi untuk sementara kamu
Bella mengulurkan tangannya ke Andreas.Dia masuk ke dunia hiburan dengan identitasnya sebagai nona dari keluarga kaya. Dari awal, dia selalu disanjung oleh orang-orang.Bahkan waktu dia di luar negeri, dia juga tetap bisa menarik perhatian orang-orang di mana pun dengan wajahnya yang cantik.Pesonanya sudah tidak perlu diragukan lagi.Setiap orang yang pernah melihatnya pasti tidak akan bisa mengalihkan tatapan mereka.Andreas juga tidak terkecuali.Bella sangat percaya diri, tapi setelah sekian lama, orang di depannya tidak menyalaminya.Bella mengambil kesimpulan sendiri kalau Andreas mungkin tertegun karena melihat kecantikannya, jadi lupa menyalaminya.Bella mendongak dengan mata menggoda.Namun, dia langsung bertatapan dengan mata Andreas yang terlihat kesal.Bella tertegun lalu sengaja mengabaikan kening Andreas yang berkerut. Dia tersenyum dan berkata lagi, "Aku Bella Bakri ...."Ketika berbicara, Bella sengaja melangkah maju.Namun, tiba-tiba kakinya terkilir dan tubuhnya pun
Andreas kebetulan menghalangi pandangannya, tapi suaranya terdengar oleh Celine.Muncul adegan wanita itu bersandar di tubuh Andreas di benak Celine. Celine tiba-tiba menertawai dirinya sendiri lalu menyingkirkan semua pikirannya dan berjalan maju.Melihat Celine berjalan ke arahnya, Andreas semakin bersemangat, dia mulai bahkan berlari kecil.Sebelum mendekati Celine, dia sudah membentangkan satu lengannya untuk memeluk Celine.Begitu memikirkan akan segera memeluk Celine, Andreas bahkan sudah bisa mencium wangi aroma tubuh Celine.Namun tiba-tiba, Celine melangkah ke samping satu langkah lalu lanjut berjalan maju.Andreas terdiam.Otaknya terasa seperti meledak, seakan-akan ada satu ember air dingin yang disiram ke kepalanya.Andreas berdiri di tempat, kakinya terasa sangat berat, tidak bisa diangkat lagi.Sementara Celine tetap berjalan ke depan Owen lalu tersenyum sopan. Kemudian, dia menyerahkan jas yang di tangannya ke Owen. "Tolong kamu serahkan."Owen terdiam.Ada apa ini?Dia
Celine tersenyum datar.Senyumannya itu membuat Owen menghela napas lega.Sekarang dia sudah aman, selanjutnya, Nyonya menyerahkan jasnya sendiri. Tuan akhirnya merasa puas.Namun, dia melihat Celine berbalik tapi tidak berjalan ke arah Andreas.Owen tertegun.Senyuman kemenangan di wajah Andreas langsung mengeras.Dia melihat Celine berjalan ke arah Bella.Celine mau ... menitipkan jas itu ke wanita itu?Seketika, wajah Andreas langsung berubah sangat jelek.Kalau itu jas yang lain, disentuh orang lain, dia tinggal buang.Namun, jas ini pernah dipakai oleh Celine, jadi Andreas merasa sedikit tidak rela membuangnya. Akhirnya, Andreas tidak tahan lagi.Celine baru saja berjalan sampai setengah ketika pergelangan tangannya digenggam dari belakang.Genggaman Andreas tidak kuat, kebetulan Celine bisa melepaskan diri."Celine!"Andreas tidak senang dengan Celine yang menghindarinya. Dia langsung berjalan maju selangkah, tapi Celine malah mundur selangkah. Jelas terlihat, Celine tidak ingin
"Baik, Tuan." Owen membatalkan niatnya untuk menyuruh Andreas mempertimbangkan perintahnya lagi.Ketika Bella datang, mobil Andreas sudah melaju pergi.Melihat mobil itu menghilang dari penglihatannya, Bella ingin menyuruh asistennya mengemudi mobilnya ke sini, tapi sudah telat.Bella mengentakkan kakinya dengan kesal lalu kembali melampiaskan emosinya ke asisten di sampingnya. "Kamu kenapa sebodoh ini? Kamu nggak lihat tadi aku jatuh? Kalau kamu tadi membantuku berdiri, aku pasti sudah berhasil mengejarnya!""Gara-gara itu, aku jadi kehilangan kesempatan ini begitu saja.""Tadi Tuan Andreas sudah tersenyum padaku!"Ekspresi Bella sangat gusar.Asisten yang barusan datang mendengar dengan kepala menunduk, tapi dalam hatinya dia mendecakkan lidah.Dia melihat semua yang terjadi tadi.Sebagai orang ketiga, dia tidak melihat Tuan Andreas menunjukkan ketertarikan sedikit pun ke Bella.Orang yang diperhatikan Tuan Andreas jelas-jelas adalah nona yang tadi.Mata Tuan Andreas selalu tertuju p
Manajer hotel itu pun menceritakan semua yang terjadi hari itu dengan sangat mendetail.Mendengar ceritanya, hati Celine sangat bergejolak."Berarti benar!"Malam itu bukan mimpi, melainkan Andreas yang asli!"Aku sudah pernah menemuinya."Celine bergumam, bibirnya membentuk sebuah senyuman yang paling tulus dalam dua bulan ini.Dia juga perlahan-lahan semakin bersemangat. Dia melihat ke Albert dan Dylan sambil berkata, "Hari itu aku bertemu dengannya!"Albert dan Dylan saling bertatapan.Meski mereka tidak tahu sebenarnya apa yang terjadi malam itu, mereka percaya dengan Celine.Atau mungkin, Celine dan Andreas tidak hanya pernah bertemu.Andreas bahkan sedang melindungi Celine.Melihat Celine tersenyum, Albert juga ikut tersenyum.Dylan juga menghela napas lega.Dari informasi-informasi ini, mereka sudah bisa membuktikan kalau Andreas baik-baik saja. Hanya masalah waktu ... sampai dia kembali.Sementara hal yang harus dia lakukan sebelum Andreas pulang adalah mengurus Grup Jayadi dan
Selama dua bulan ini, Celine sangat sering memimpikan Andreas.Namun, kebanyakan di mimpinya, sosok Andreas hanya terlihat bagian punggungnya secara samar-samar. Bagaimanapun Celine memanggil dan mengejar Andreas, dia tetap tidak bisa menyentuhnya.Kecuali satu kali itu.Dia memimpikan Albert, melihat wajahnya dengan jelas.Celine bisa merasakan sentuhan Andreas, bahkan detak jantung dan juga napasnya. Semuanya terasa sangat nyata, seakan-akan dia tidak sedang bermimpi, melainkan benar-benar terjadi.Bukan mimpi ....Celine terkejut dengan tebakannya ini.Saat ini, dia seakan-akan menangkap sesuatu, seperti tadi waktu dia berharap Tuvin adalah Andreas.Meski panggilan tadi sudah membuktikan kalau Tuvin bukan Andreas,Celine tetap ingin mencoba menangkap harapan dan petunjuk sekecil apa pun.Sementara mimpi dan juga tempat di mimpinya ada di Hotel Binara."Ke hotel, Hotel Binara." Celine tiba-tiba berdiri.Dia bahkan mau langsung keluar tanpa memakai sepatu.Albert dan Dylan tahu Celine
Semuanya tergantung pada kata-kata Lala.Lala sangat suka dengan rasa di mana semuanya ada di dalam kendalinya."Oh ... oh begitu?" Celine merasa hatinya terasa berat.Seakan-akan ditimpa oleh sesuatu.Sementara wanita di seberang telepon malah terdengar semakin senang. "Iya, kami sudah mau menikah, kamu bakal mendoakan kami, 'kan?"Mendoakan?Celine tidak pernah bertemu "Tuvin", juga tidak pernah bertemu tunangannya.Sepasang orang tidak dikenal akan segera menikah, dia seharusnya mengucapkan selamat.Namun, saat ini, begitu memikirkan mau "mendoakan" mereka, hatinya seakan-akan ditusuk-tusuk, membuatnya kesusahan bernapas."Nona, kamu masih mendengar?"Lala kembali berkata.Dia seakan-akan tidak akan menyerah kalau belum mendapatkan ucapan selamat dari Celine.Terdengar suara napas yang kurang stabil di seberang, Lala pun tersenyum semakin lebar. Dia semakin bertekad mau mendengar ucapan selamat dari Celine.Celine menghirup napas dalam-dalam, dia ingin mengucapkan selamat, tapi mulu
Melihat nomor telepon itu, Celine merasa sangat tegang.Dia tahu jelas apa yang dia nantikan.Namun, semakin dia menginginkannya, hatinya semakin gelisah.Pertanyaan di hatinya juga semakin banyak, dia ingin mendapatkan jawaban.Setelah menghirup napas dalam, Celine akhirnya menelepon "Tuvin Sarwen".Ketika sedang menunggu panggilan terhubung, jantung Celine berdetak sangat kencang, seolah-olah akan segera melompat keluar.Setelah panggilan terhubung, apa yang harus dia katakan?Kalau "Tuvin" bukan dia ....Berbagai macam pikiran melintas di benak Celine.Akhirnya, suara dering telepon berhenti, lalu terdengar suara napas."Halo?"Kemudian, terdengar suara seorang wanita.Celine tertegun sejenak, semua pikiran dan juga ketegangan tadi seakan-akan membeku."Halo, siapa ini?"Suara wanita itu membuat Celine seketika tersadar.Dia memastikan sekali lagi kalau ini nomor yang diberi Noni. Setelah itu, dia mencoba bertanya, "Apakah ini nomornya Tuvin Sarwen?"Orang di seberang telepon terdia
Owen mendongak melihat ke salah satu rumah.Ketika dia melihat Celine, dia menyadari Celine juga sedang melihat ke rumah itu.Hanya orang rumah ini yang belum mereka temui orangnya.Yang lainnya juga melihat tatapan Celine.Saat ini, fokus mereka semua tertuju pada satu-satunya rumah yang terkunci dan tidak ada orang ini.Mereka masih ingat jelas kata-kata tetangga tadi.Tetangga itu bilang orang yang tinggal di rumah ini adalah keluarga bermarga Sarwen. Cucu orang tua di rumah ini meski bentuk tubuhnya agak mirip dengan Andreas, wajahnya tidak mirip.Yang namanya tetangga tidak mungkin tidak kenal.Tetangga itu bilang bukan, harusnya benar bukan Andreas.Melihat mereka semua tidak berhasil menemukan orang yang ingin dicari, tetangga itu pun berkata, "Kalian lagi mencari orang yang sangat penting untuk kalian, ya? Pasti bakal ketemu, harus tetap berharap, pasti bisa ketemu. Seperti cucunya Gion ....""Tiga tahun lalu, kecelakaan itu parah sekali. Kami mengira Tuvin sudah pasti mati, ta
Di area yang ditentukan Owen ada banyak rumah kecil.Di sekitar tidak ada CCTV, jadi mereka hanya bisa bertanya ke satu-satu rumah.Begitu turun mobil, Celine langsung mengikuti nalurinya berjalan ke sebuah rumah lalu tidak bisa bergerak lagi."Celly, ada apa?" Albert mengikuti dia dari belakang.Dylan yang sedang menanyakan proses pencarian ke Owen juga segera menghampiri mereka waktu menyadari keadaan Celine."Kak Celine, ada apa?"Mereka berdua jelas terlihat khawatir.Celine melihat rumah di depannya dan berkata, "Dia ... ada di sini."Celine terdengar sangat yakin.Albert dan Dylan saling menatap lalu mengikuti arah pandang Celine.Mereka percaya dengan naluri Celine.Dylan langsung memanggil Owen dan berkata, "Kalian sudah cek rumah ini?""Waktu pagi-pagi tadi sudah ke sini, tapi pintunya tertutup. Jadi kita cuma coba panggil, seorang wanita bilang nggak bisa buka pintu. Kita juga nggak punya alasan untuk masuk.""Tadi waktu ke sini lagi, di dalam kayaknya nggak ada orang."Owen
...Di Kompleks Tiara.Sejak semalam datang, Albert dan Dylan tetap di sini.Mereka terus melihat rekaman CCTV berulang kali.Celine sudah tidak tidur semalaman, mereka berdua juga sama.Setiap setengah jam, Owen menyampaikan informasi terbaru.Mereka menemukan sopir taksi yang dinaiki Andreas dari plat mobil yang tertangkap di CCTV.Menurut informasi yang diberikan sopir taksi, penumpangnya turun di depan jalan area perumahan di pinggiran kota.Waktu menyusuri jalan itu, mereka tiba di sebuah perumahan pribadi dengan halaman.Bawahan Owen hanya memeriksa setiap rumah secara kasar, tapi mereka tidak menemukan Andreas.Waktu Celine mendapat informasi ini, detak jantung Celine bertambah cepat."Di sana, dia pasti di sana." Celine tidak percaya orang sebesar itu bisa tiba-tiba hilang.Hanya ada satu kemungkinan, yaitu pencariannya tidak cukup teliti."Aku mau ke sana, aku mau mencarinya."Waktu Celine menyampaikan keputusannya ini pada Dylan dan Albert, tatapannya sangat penuh tekad.Seja
"Kamu masih ingat hal-hal aneh lainnya, nggak?"Hal-hal aneh?Andreas mengernyit, lalu berpikir sejenak dan akhirnya bertanya dengan ekspresi bingung, "Hal aneh apa?"Berarti dia sudah lupa!Bagus sekali!Lala sangat puas.Lala pun mencari alasan untuk menjawab kebingungan Andreas. "Nggak apa, cuma semalam pas demam, kamu mengatakan hal-hal nggak jelas. Kayaknya kamu mimpi buruk.""Tapi sekarang kamu sudah sembuh."Lala akhirnya lega.Namun tiba-tiba, Andreas menemukan sesuatu di sakunya.Waktu Lala melihat Andreas mengeluarkan kalung itu, ekspresinya langsung mengeras. Dia juga pernah belajar desain perhiasan.Selama ini, dia juga selalu mengawasi Grup Nadine dan juga Perusahaan Perhiasan Nadine.Hanya lihat sekilas saja dia sudah tahu kalau ini adalah karya jadi dari desain yang Andreas gambar kemarin.Ternyata kemarin Andreas buru-buru keluar untuk membuat kalung ini?Namun ....Lala melihat ukiran di liontin kalung itu. Bagaimana Andreas bisa tahu pola itu?Lala pernah melihat pola
Dalam beberapa saat, orang di atas kasur itu perlahan-lahan tidak memberontak lagi.Suara Gion bergema di dalam kamar dan masuk ke telinga Andreas."Tuvin, kamu itu Tuvin. Setelah bangun, kamu hanya Tuvin Sarwen. Orang yang kamu cintai adalah Lala, kamu bergantung padanya dan mencintainya. Tujuan hidupmu adalah membahagiakannya.""Di hidupmu hanya ada satu wanita, yaitu dia. Nggak ada orang lain."Orang di atas kasur sudah tidak memberontak, seperti sudah tertidur.Juga seperti sudah menerima setiap kata-kata.Gion mengulang kata-katanya berkali-kali sampai akhirnya berhenti.Lala tidak sabar ingin tahu hasilnya. "Begini saja ... sudah bisa?""Iya," jawab Gion datar.Lala pun tersenyum puas. Dia tahu kemampuan Gion, Gion bilang sudah, berarti sudah.Tiba-tiba, dia teringat sesuatu. "Dia ... bakal jadi gila?"Waktu menanyakan pertanyaan ini, di matanya terlihat kekhawatiran. Melihat ini, Gion pun mencibir di dalam hati.Sangat rendahan.Dia bukannya tidak peduli Andreas jadi gila atau t