Bagaimana kalau Loli sampai salah paham?Tuan Richard pun memeriksa Celine yang ada di sebelahnya. Wajahnya terlihat sangat tegas ketika memberikan penjelasan."Kamu jangan salah paham! Aku hanya memiliki seorang putri. Kamu satu-satunya keluargaku."Dia takut putrinya salah paham bahwa dirinya sudah memberikan kasih sayang sebagai ayah kepada orang lain.Reaksi Tuan Richard membuat Celine tertegun. Setelah itu, hatinya pun merasa pedih.Selama beberapa tahun ini, Tuan Richard pasti sudah merasakan begitu banyak penyesalan dan rasa bersalah. Peristiwa putrinya yang baru kembali, lalu meninggalkan rumah telah menjadi momok untuknya.Melihat Celine tidak berbicara, Tuan Richard kembali mengerutkan dahinya dan melihat ke arah Lily. Sorot matanya seperti menyalahkan ketika mengatakan, "Nona, kenapa kamu bisa bicara sembarangan seperti itu? Kamu sudah membuat putriku salah paham. Kamu jelaskan sendiri saja padanya!"Lily, "..."Ada apa ini?Setiap perkataan pria tua itu terdengar jelas di t
Celine mengerutkan kening.Hampir tanpa disadari, Celine sudah memeluk Richard lebih erat.Lily sepertinya melihat peluang, segera melangkah ke arah Richard sambil menatapnya dengan penuh semangat. "Kakek, dia bukan putrimu. Ibuku sudah meninggal. Jangan tertipu oleh orang jahat sepertinya."Richard semakin mengerutkan kening.Raut wajah Celine terlihat tenang, satu-satunya hal yang dia pedulikan saat ini adalah tubuh Richard.Adapun apa yang Lily katakan tentang orang jahat ....Celine duduk tegak dan tidak takut akan dituduh.Lily, sebaliknya, benar-benar tidak takut dengan konsekuensinya jika membuat jengkel Kakek."Kakek, biarkan aku membantumu duduk dulu baru." Celine khawatir Richard tidak tahan karena selalu goyah saat berdiri seperti ini.Celine membantu Richard dan ingin kembali ke bangsal, tapi Richard tidak mau bergerak."Kakek?"Celine memanggil dengan ragu-ragu.Richard mengangkat sudut mulutnya dan memandang Celine. "Putriku ada tepat di depanku. Semuanya baik-baik saja.
Dalam perjalanan pulang, dia sudah siap secara mental, tapi saat mendengar kata-kata ini, dia masih berhenti.Putri paling bahagia dari Keluarga Nadine?Bukankah Lily?Bagaimana mungkin Celine!Lily menekan rasa cemburu dan rasa tidak rela, menatap Celine lalu menurunkan alisnya dengan patuh sejenak.Dia harus tinggal di Vila Keluarga Nadine untuk mendapat kesempatan!"Kakek ...."Lily tersenyum dan memanggil dengan lembut.Richard melihatnya, seolah mengenalinya sebagai orang yang memarahi putrinya di rumah sakit. Wajah yang penuh cinta dan kasih sayang saat menghadapi Celine beberapa saat yang lalu tiba-tiba berubah muram.Richard berkata dengan sikap yang dingin."Untuk apa kamu di sini?"Suasana sempat tegang untuk beberapa saat.Lily sudah memikirkan kata-katanya. Lily berlutut di tanah dan mengakui kesalahannya. "Aku salah, aku yang terlalu emosi. Mohon maafkan Lily.""Aku bukan kakekmu."Richard tidak mengampuninya.Lily diam-diam menggigit bibirnya dan terus menurunkan postur t
Lily agak malu, tapi segera menahan emosi di wajahnya. Saat bertemu dengan tatapan Carla, wajahnya sudah dipenuhi dengan senyuman yang sama seperti Carla."Kak Carla bahagia sekali?"Kakek hanya menatap Celine sekarang. Siapa di antara mereka yang bisa bahagia?Melihat senyuman di wajah Carla sedikit membeku, Lily sepertinya sudah sadar kembali. "Kak Carla, sekarang kita berada dalam situasi yang sama. Kakek sudah melupakan kita, lupa bahwa aku adalah cucunya, juga sudah melupakan kisah selama bertahun-tahun. Kamu yang selama ini menemaninya, aku yang menggantikan ibuku. Kakek sebenarnya menganggap orang lain sebagai dia, bagaimana denganmu? Kamu nggak akan rela, 'kan?"Jika bukan karena merasa tidak rela, mana mungkin malam itu meneleponnya?Perkataan Lily menyentuh hati Carla.Selama bertahun-tahun, dia sudah berada di sisi Kakek.Dia tahu bahwa matanya terlihat seperti Linda.Justru karena matanya inilah dia dipilih oleh kakeknya.Dia rela membiarkan kakeknya merindukan putrinya yan
Saat itulah Carla mengingat Lily, meraih pergelangan tangan Jeremy dan melangkah maju untuk saling memperkenalkan mereka,"Jeremy, ini Lily ... oh, bukan, Kakek sudah mengganti nama Lily Maira, seharusnya sekarang menjadi Lily Nadine.""Lily? Bunga Lily?" kata Jeremy dengan bercanda.Jeremy bahkan tidak menganggap wanita di depannya sebagai putri sebenarnya dari Keluarga Nadine.Namun, begitu selesai berbicara, Carla menamparnya dengan keras dan berkata dengan nada mencela, "Jeremy, serius dong, dia bukanlah wanita seperti yang kamu temui di luar."Setelah selesai berbicara, Carla meraih tangan Lily dan berkata, "Lily, ini putra satu-satunya Bibi Jessy, Jeremy."Bibi Jessy?Lily sesaat pun tidak menyadari siapa Jessy ini.Sampai Carla berkata, "Saat ibumu meninggalkan Keluarga Nadine, Bibi Jessy juga sangat menyalahkan dirinya sendiri. Itu semua adalah dendam generasi sebelumnya. Sampai di generasi kita lebih baik jangan membahasnya lagi."Bilang tidak perlu membahasnya, tapi tetap saj
"Jeremy berhubungan dengan putri asli Keluarga Nadine segera setelah datang ke sini. Aku pikir Bibi memintanya datang ke Kota Binara untuk menghadapi musuh bersama kita. Sepertinya Bibi punya rencana lain!"Jessy mungkin mengerti maksudnya.Jessy tentu saja mengetahui sifat Jeremy. Jeremy ini romantis dan penuh nafsu, tapi tidak menyangka akan langsung menyerang cucu kandung Kakek Richard begitu tiba di Kota Binara.Jessy seharusnya marah, tapi setelah dipikir-pikir, ini adalah hal yang baik.Jika Jeremy benar-benar bisa menangkap hati putri Linda, itu berarti dia akan menang!Hehe!Setelah memikirkan hal ini, Jessy merasa sedikit bersemangat di dalam hatinya."Carla, kamu juga tahu sifat Jeremy. Aku pasti akan memberinya pelajaran. Aku tahu musuh kita sekarang adalah Nona Celine.""Jangan khawatir, Jeremy pasti akan mendengar perkataanmu."Setelah mengatakan beberapa patah kata, Carla terdiam.Tidak ada kebohongan dan hanya bisa memercayai Jessy.Setelah menutup telepon, Jessy menelep
Sangat lucu dan menawan ....Ketika Jeremy mengatakan ini, tatapan matanya terus menerus menatap Lily hingga membuat Lily tiba-tiba terasa panas dan bulu matanya sedikit bergetar. Tampak jelas bahwa kata-kata itu menembus ke dalam hatinya hingga menimbulkan gairah yang cukup besar.Senyuman tipis muncul di bibir Lily.Jeremy juga tersenyum.Jeremy menutup telepon dengan mengabaikan reaksi kaget Jessy.Di dalam mobil, suasana terasa sangat sunyi.Seolah-olah suhunya telah meningkat tanpa disadari.Jeremy tahu cara menangani wanita, terutama Lily. Jeremy hanya menatapnya dengan saksama, seolah terpesona olehnya dan sesekali memujinya. "Lily, kamu sangat cantik."Lily sangat gembira saat mendengar ini, hampir dipenuhi rasa bangga.Namun, raut wajahnya masih terlihat tenang.Seolah-olah sengaja tidak memahami "obsesi" dari Jeremy, karena identitasnya hanyalah seorang sepupunya.Anak konglomerat ini ....Entah apa tujuan kedatangannya ke Kota Binara atau apa rencana dia dan Carla, Lily suda
Lily sedikit mengerutkan kening.Lily mengeluarkan ponselnya untuk menutup telepon, tapi nomor asing di ponselnya membuatnya merasa seolah-olah seluruh darah di tubuhnya sudah membeku."Kenapa? Kenapa nggak angkat teleponnya?"Jeremy memperhatikan reaksinya yang tidak biasa, menghentikan apa yang dirinya lakukan dan berdiri.Lily sepertinya takut orang lain akan melihat nomor itu, jadi sengaja membalikkan ponselnya ke samping dan terpaksa untuk tersenyum. "Ini nomor asing, mungkin nomor penjual.""Benarkah?"Jeremy tidak mempercayainya.Benar saja, saat Lily menutup telepon, dalam waktu setengah menit dan telepon berdering lagi.Masih nomor yang sama.Ada kepanikan di mata Lily.Seolah-olah khawatir jika menutup telepon lagi, pihak lain akan merasa tidak puas. Lily memandang Jeremy dan ingin menjelaskan kepadanya. Begitu bertemu dengan mata Jeremy, Jeremy berkata dengan lembut, "Angkat saja."Jeremy berjalan jauh ke arah lain dengan sangat sopan.Memberi Lily cukup ruang untuk menjawab
Owen mendongak melihat ke salah satu rumah.Ketika dia melihat Celine, dia menyadari Celine juga sedang melihat ke rumah itu.Hanya orang rumah ini yang belum mereka temui orangnya.Yang lainnya juga melihat tatapan Celine.Saat ini, fokus mereka semua tertuju pada satu-satunya rumah yang terkunci dan tidak ada orang ini.Mereka masih ingat jelas kata-kata tetangga tadi.Tetangga itu bilang orang yang tinggal di rumah ini adalah keluarga bermarga Sarwen. Cucu orang tua di rumah ini meski bentuk tubuhnya agak mirip dengan Andreas, wajahnya tidak mirip.Yang namanya tetangga tidak mungkin tidak kenal.Tetangga itu bilang bukan, harusnya benar bukan Andreas.Melihat mereka semua tidak berhasil menemukan orang yang ingin dicari, tetangga itu pun berkata, "Kalian lagi mencari orang yang sangat penting untuk kalian, ya? Pasti bakal ketemu, harus tetap berharap, pasti bisa ketemu. Seperti cucunya Gion ....""Tiga tahun lalu, kecelakaan itu parah sekali. Kami mengira Tuvin sudah pasti mati, ta
Di area yang ditentukan Owen ada banyak rumah kecil.Di sekitar tidak ada CCTV, jadi mereka hanya bisa bertanya ke satu-satu rumah.Begitu turun mobil, Celine langsung mengikuti nalurinya berjalan ke sebuah rumah lalu tidak bisa bergerak lagi."Celly, ada apa?" Albert mengikuti dia dari belakang.Dylan yang sedang menanyakan proses pencarian ke Owen juga segera menghampiri mereka waktu menyadari keadaan Celine."Kak Celine, ada apa?"Mereka berdua jelas terlihat khawatir.Celine melihat rumah di depannya dan berkata, "Dia ... ada di sini."Celine terdengar sangat yakin.Albert dan Dylan saling menatap lalu mengikuti arah pandang Celine.Mereka percaya dengan naluri Celine.Dylan langsung memanggil Owen dan berkata, "Kalian sudah cek rumah ini?""Waktu pagi-pagi tadi sudah ke sini, tapi pintunya tertutup. Jadi kita cuma coba panggil, seorang wanita bilang nggak bisa buka pintu. Kita juga nggak punya alasan untuk masuk.""Tadi waktu ke sini lagi, di dalam kayaknya nggak ada orang."Owen
...Di Kompleks Tiara.Sejak semalam datang, Albert dan Dylan tetap di sini.Mereka terus melihat rekaman CCTV berulang kali.Celine sudah tidak tidur semalaman, mereka berdua juga sama.Setiap setengah jam, Owen menyampaikan informasi terbaru.Mereka menemukan sopir taksi yang dinaiki Andreas dari plat mobil yang tertangkap di CCTV.Menurut informasi yang diberikan sopir taksi, penumpangnya turun di depan jalan area perumahan di pinggiran kota.Waktu menyusuri jalan itu, mereka tiba di sebuah perumahan pribadi dengan halaman.Bawahan Owen hanya memeriksa setiap rumah secara kasar, tapi mereka tidak menemukan Andreas.Waktu Celine mendapat informasi ini, detak jantung Celine bertambah cepat."Di sana, dia pasti di sana." Celine tidak percaya orang sebesar itu bisa tiba-tiba hilang.Hanya ada satu kemungkinan, yaitu pencariannya tidak cukup teliti."Aku mau ke sana, aku mau mencarinya."Waktu Celine menyampaikan keputusannya ini pada Dylan dan Albert, tatapannya sangat penuh tekad.Seja
"Kamu masih ingat hal-hal aneh lainnya, nggak?"Hal-hal aneh?Andreas mengernyit, lalu berpikir sejenak dan akhirnya bertanya dengan ekspresi bingung, "Hal aneh apa?"Berarti dia sudah lupa!Bagus sekali!Lala sangat puas.Lala pun mencari alasan untuk menjawab kebingungan Andreas. "Nggak apa, cuma semalam pas demam, kamu mengatakan hal-hal nggak jelas. Kayaknya kamu mimpi buruk.""Tapi sekarang kamu sudah sembuh."Lala akhirnya lega.Namun tiba-tiba, Andreas menemukan sesuatu di sakunya.Waktu Lala melihat Andreas mengeluarkan kalung itu, ekspresinya langsung mengeras. Dia juga pernah belajar desain perhiasan.Selama ini, dia juga selalu mengawasi Grup Nadine dan juga Perusahaan Perhiasan Nadine.Hanya lihat sekilas saja dia sudah tahu kalau ini adalah karya jadi dari desain yang Andreas gambar kemarin.Ternyata kemarin Andreas buru-buru keluar untuk membuat kalung ini?Namun ....Lala melihat ukiran di liontin kalung itu. Bagaimana Andreas bisa tahu pola itu?Lala pernah melihat pola
Dalam beberapa saat, orang di atas kasur itu perlahan-lahan tidak memberontak lagi.Suara Gion bergema di dalam kamar dan masuk ke telinga Andreas."Tuvin, kamu itu Tuvin. Setelah bangun, kamu hanya Tuvin Sarwen. Orang yang kamu cintai adalah Lala, kamu bergantung padanya dan mencintainya. Tujuan hidupmu adalah membahagiakannya.""Di hidupmu hanya ada satu wanita, yaitu dia. Nggak ada orang lain."Orang di atas kasur sudah tidak memberontak, seperti sudah tertidur.Juga seperti sudah menerima setiap kata-kata.Gion mengulang kata-katanya berkali-kali sampai akhirnya berhenti.Lala tidak sabar ingin tahu hasilnya. "Begini saja ... sudah bisa?""Iya," jawab Gion datar.Lala pun tersenyum puas. Dia tahu kemampuan Gion, Gion bilang sudah, berarti sudah.Tiba-tiba, dia teringat sesuatu. "Dia ... bakal jadi gila?"Waktu menanyakan pertanyaan ini, di matanya terlihat kekhawatiran. Melihat ini, Gion pun mencibir di dalam hati.Sangat rendahan.Dia bukannya tidak peduli Andreas jadi gila atau t
Kemudian, Andreas mulai merasa pusing.Sebelum kesadarannya hilang, dia mendengar suara Gion yang penuh dengan rasa bersalah. "Maaf, Tuvin ...."Tuvin ....Bukan, namanya bukan Tuvin!Namun, kalau bukan Tuvin, siapa namanya?Dia berusaha mengingat, tapi seakan-akan ada sebuah rantai yang melilitnya, membuatnya tidak bisa bergerak.Tiba-tiba, di benaknya ada suara seseorang.Suara seorang wanita.Suara itu terus memanggil sebuah nama, awalnya terdengar tidak nyata, tapi dia berusaha mendengar dan akhirnya mendengar nama itu dengan jelas."Andreas ...."Suara wanita itu terus memanggil "Andreas" berulang kali.Siapa itu Andreas?"Tuvin, Tuvin, namamu Tuvin. Kamu itu teman sejak kecilnya Lala, Lala sangat mencintaimu, kamu juga mencintai Lala.""Kalian segera keluar negeri bersama lalu menikah dan hidup bersama selamanya.""Hal lain yang ada di ingatanmu hanyalah mimpi. Setelah kamu bangun, mimpimu akan berakhir, nggak akan meninggalkan jejak apa pun ...."Suara orang tua terdengar di ata
Setelah mengakhiri panggilan, dia menyuruh sopir taksi untuk mengemudi lebih cepat ke rumah."Nggak tahu, dia masih pingsan, aku hanya bisa membawanya ke kasur. Kakek ...."Sebelum Lala selesai bicara, Andreas sudah berlari kecil ke kamar Gion.Di dalam kamar, Gion berbaring di kasur seperti orang yang sedang tidur.Lala yang ikut di belakang tiba-tiba mendengar Andreas berkata,"Cepat telepon ambulans, bawa dia ke rumah sakit."Muncul kepanikan di mata Lala yang seketika langsung menghilang.Dia mana mungkin membawa Gion ke rumah sakit?Gion "pingsan" hanya sebagai alasan untuk menyuruh Andreas pulang.Hari ini, setelah Andreas keluar, Lala awalnya tidak takut. Namun, seiring dengan berlalunya waktu dan langit yang menggelap, Andreas yang belum pulang juga membuatnya tidak tahan lagi.Rencana malam ini harus dijalankan.Dia tidak mau menunggu lagi, jadi dia pun membuat pertunjukan ini.Melihat Andreas mengeluarkan ponsel, Lala langsung berkata, "Aku saja yang telepon, kamu awasi Kakek
"Iya aku yakin."Melvin mengangguk yakin.Setelah itu, dia memanggil satpam yang tadi untuk membuktikan kalau dia tidak salah lihat.Celine mengeluarkan ponselnya untuk menunjukkan foto Andreas. Ketika melihat fotonya, satpam itu langsung mengangguk. "Benar, dia orangnya!"Celine pun menghela napas panjang.Benar itu Andreas!Dia ada di Binara! Dia masih hidup!Asalkan dia masih hidup, Celine sudah lega.Tiba-tiba, Celine terpikirkan sesuatu. "CCTV! Aku mau lihat apa yang dia lakukan tadi!"Melvin pun langsung pergi menyiapkan.Tidak lama kemudian, mereka pun sampai di ruang pengawasan CCTV.Satpam tadi pun menjelaskan semua dari awal tuan itu datang sampai dia pergi lagi. "Dia bilang mau buat perhiasan, oh, mau buat kalung. Aku pun membawanya masuk .... Di sini, ini dia."Celine melihat ke arah yang ditunjuk satpam itu ke sebuah layar.Melvin mengatur waktu rekaman CCTV dan akhirnya terlihat sebuah sosok di layar."Di sini, Bu Celine. Itu Tuan Andreas!"Celine melihat rekaman CCTV itu
Tidak, dia juga tidak terlalu yakin.Melihat ekspresi Celine yang semakin menggebu-gebu dan tubuhnya yang gemetar, Cindy menyadari pentingnya hal ini. "Bu Celine, aku telepon Melvin sekarang juga, minta lokasinya.""Oke, oke ...."Celine berusaha untuk menahan diri lalu melepaskan Cindy.Ini pertama kalinya dia mendapatkan kabar Andreas.Dia akhirnya tetap tidak bisa tetap tenang. Saat ini, dia buru-buru ingin memastikan kalau yang Melvin lihat memang benar Andreas.Dia berharap yang Melvin lihat itu Andreas!Andreas ....Ketika menunggu Cindy menelepon, Celine terus memanggil nama Andreas di dalam hati.Sementara saat ini, di dalam taksi,entah kenapa Andreas merasa hatinya seperti diremas, seketika merasa kesulitan bernapas."Tuan, kamu nggak enak badan?" Sopir taksi menyadari keanehan Andreas."Nggak, aku nggak apa ...."Tidak enak badan?Tidak, itu bukan tidak enak badan, tapi suatu perasaan yang aneh.Tadi untuk sesaat, dia seakan-akan mendengar ada yang sedang memanggilnya.Dia t