Dalam perjalanan pulang, dia sudah siap secara mental, tapi saat mendengar kata-kata ini, dia masih berhenti.Putri paling bahagia dari Keluarga Nadine?Bukankah Lily?Bagaimana mungkin Celine!Lily menekan rasa cemburu dan rasa tidak rela, menatap Celine lalu menurunkan alisnya dengan patuh sejenak.Dia harus tinggal di Vila Keluarga Nadine untuk mendapat kesempatan!"Kakek ...."Lily tersenyum dan memanggil dengan lembut.Richard melihatnya, seolah mengenalinya sebagai orang yang memarahi putrinya di rumah sakit. Wajah yang penuh cinta dan kasih sayang saat menghadapi Celine beberapa saat yang lalu tiba-tiba berubah muram.Richard berkata dengan sikap yang dingin."Untuk apa kamu di sini?"Suasana sempat tegang untuk beberapa saat.Lily sudah memikirkan kata-katanya. Lily berlutut di tanah dan mengakui kesalahannya. "Aku salah, aku yang terlalu emosi. Mohon maafkan Lily.""Aku bukan kakekmu."Richard tidak mengampuninya.Lily diam-diam menggigit bibirnya dan terus menurunkan postur t
Lily agak malu, tapi segera menahan emosi di wajahnya. Saat bertemu dengan tatapan Carla, wajahnya sudah dipenuhi dengan senyuman yang sama seperti Carla."Kak Carla bahagia sekali?"Kakek hanya menatap Celine sekarang. Siapa di antara mereka yang bisa bahagia?Melihat senyuman di wajah Carla sedikit membeku, Lily sepertinya sudah sadar kembali. "Kak Carla, sekarang kita berada dalam situasi yang sama. Kakek sudah melupakan kita, lupa bahwa aku adalah cucunya, juga sudah melupakan kisah selama bertahun-tahun. Kamu yang selama ini menemaninya, aku yang menggantikan ibuku. Kakek sebenarnya menganggap orang lain sebagai dia, bagaimana denganmu? Kamu nggak akan rela, 'kan?"Jika bukan karena merasa tidak rela, mana mungkin malam itu meneleponnya?Perkataan Lily menyentuh hati Carla.Selama bertahun-tahun, dia sudah berada di sisi Kakek.Dia tahu bahwa matanya terlihat seperti Linda.Justru karena matanya inilah dia dipilih oleh kakeknya.Dia rela membiarkan kakeknya merindukan putrinya yan
Saat itulah Carla mengingat Lily, meraih pergelangan tangan Jeremy dan melangkah maju untuk saling memperkenalkan mereka,"Jeremy, ini Lily ... oh, bukan, Kakek sudah mengganti nama Lily Maira, seharusnya sekarang menjadi Lily Nadine.""Lily? Bunga Lily?" kata Jeremy dengan bercanda.Jeremy bahkan tidak menganggap wanita di depannya sebagai putri sebenarnya dari Keluarga Nadine.Namun, begitu selesai berbicara, Carla menamparnya dengan keras dan berkata dengan nada mencela, "Jeremy, serius dong, dia bukanlah wanita seperti yang kamu temui di luar."Setelah selesai berbicara, Carla meraih tangan Lily dan berkata, "Lily, ini putra satu-satunya Bibi Jessy, Jeremy."Bibi Jessy?Lily sesaat pun tidak menyadari siapa Jessy ini.Sampai Carla berkata, "Saat ibumu meninggalkan Keluarga Nadine, Bibi Jessy juga sangat menyalahkan dirinya sendiri. Itu semua adalah dendam generasi sebelumnya. Sampai di generasi kita lebih baik jangan membahasnya lagi."Bilang tidak perlu membahasnya, tapi tetap saj
"Jeremy berhubungan dengan putri asli Keluarga Nadine segera setelah datang ke sini. Aku pikir Bibi memintanya datang ke Kota Binara untuk menghadapi musuh bersama kita. Sepertinya Bibi punya rencana lain!"Jessy mungkin mengerti maksudnya.Jessy tentu saja mengetahui sifat Jeremy. Jeremy ini romantis dan penuh nafsu, tapi tidak menyangka akan langsung menyerang cucu kandung Kakek Richard begitu tiba di Kota Binara.Jessy seharusnya marah, tapi setelah dipikir-pikir, ini adalah hal yang baik.Jika Jeremy benar-benar bisa menangkap hati putri Linda, itu berarti dia akan menang!Hehe!Setelah memikirkan hal ini, Jessy merasa sedikit bersemangat di dalam hatinya."Carla, kamu juga tahu sifat Jeremy. Aku pasti akan memberinya pelajaran. Aku tahu musuh kita sekarang adalah Nona Celine.""Jangan khawatir, Jeremy pasti akan mendengar perkataanmu."Setelah mengatakan beberapa patah kata, Carla terdiam.Tidak ada kebohongan dan hanya bisa memercayai Jessy.Setelah menutup telepon, Jessy menelep
Sangat lucu dan menawan ....Ketika Jeremy mengatakan ini, tatapan matanya terus menerus menatap Lily hingga membuat Lily tiba-tiba terasa panas dan bulu matanya sedikit bergetar. Tampak jelas bahwa kata-kata itu menembus ke dalam hatinya hingga menimbulkan gairah yang cukup besar.Senyuman tipis muncul di bibir Lily.Jeremy juga tersenyum.Jeremy menutup telepon dengan mengabaikan reaksi kaget Jessy.Di dalam mobil, suasana terasa sangat sunyi.Seolah-olah suhunya telah meningkat tanpa disadari.Jeremy tahu cara menangani wanita, terutama Lily. Jeremy hanya menatapnya dengan saksama, seolah terpesona olehnya dan sesekali memujinya. "Lily, kamu sangat cantik."Lily sangat gembira saat mendengar ini, hampir dipenuhi rasa bangga.Namun, raut wajahnya masih terlihat tenang.Seolah-olah sengaja tidak memahami "obsesi" dari Jeremy, karena identitasnya hanyalah seorang sepupunya.Anak konglomerat ini ....Entah apa tujuan kedatangannya ke Kota Binara atau apa rencana dia dan Carla, Lily suda
Lily sedikit mengerutkan kening.Lily mengeluarkan ponselnya untuk menutup telepon, tapi nomor asing di ponselnya membuatnya merasa seolah-olah seluruh darah di tubuhnya sudah membeku."Kenapa? Kenapa nggak angkat teleponnya?"Jeremy memperhatikan reaksinya yang tidak biasa, menghentikan apa yang dirinya lakukan dan berdiri.Lily sepertinya takut orang lain akan melihat nomor itu, jadi sengaja membalikkan ponselnya ke samping dan terpaksa untuk tersenyum. "Ini nomor asing, mungkin nomor penjual.""Benarkah?"Jeremy tidak mempercayainya.Benar saja, saat Lily menutup telepon, dalam waktu setengah menit dan telepon berdering lagi.Masih nomor yang sama.Ada kepanikan di mata Lily.Seolah-olah khawatir jika menutup telepon lagi, pihak lain akan merasa tidak puas. Lily memandang Jeremy dan ingin menjelaskan kepadanya. Begitu bertemu dengan mata Jeremy, Jeremy berkata dengan lembut, "Angkat saja."Jeremy berjalan jauh ke arah lain dengan sangat sopan.Memberi Lily cukup ruang untuk menjawab
Seorang tamu tak diundang datang ke Vila Keluarga Nadine.Pelayan menjadi orang pertama yang menerima berita itu dan bergegas ke pintu untuk menyambutnya. Saat melihat wajah Jeremy yang tersenyum, pelayan tahu bahwa Keluarga Nadine akan mendapat masalah lagi."Di mana kakekku?"Begitu masuk, Jeremy dengan penuh semangat bertanya pada Kakek Richard.Meskipun marganya adalah Yuno, tapi Jessy juga sudah menikah dengan keluarganya, jadi Jeremy selalu memanggil Richard dengan "Kakek" saat masih kecil, seolah-olah bukan dari Keluarga Nadine.Dalam beberapa tahun terakhir, Richard tidak terlalu dekat dengan Jessy dan putranya.Namun, bagaimanapun juga, Keluarga Nadine punya wilayah bisnis yang besar. Di mata orang luar, Jessy dan Jeremy selalu menjadi bagian dari Keluarga Nadine.Mungkin kali ini setelah mengetahui situasi Kakek, Jessy dan putranya juga mengambil tindakan."Tuan Muda Jeremy, silakan ikut dengan saya."Kepala pelayan itu tersenyum lembut.Kata "Tuan Muda Jeremy" membuat hati J
Celine menarik senarnya, mengambil dan melepaskannya dengan bebas.Namun tiba-tiba tali layang-layang itu tertahan di dahan, Celine berlari dengan tergesa-gesa, setelah beberapa kali mencoba, akhirnya talinya putus.Celine menurunkan tangannya dengan putus asa, mencoba melepaskan benang yang putus itu. Celine melangkah mundur saat menariknya, tapi tidak menyadari bahwa ada seseorang yang berdiri di belakangnya.Hingga kakinya menginjak salah satu kaki pria itu.Benda asing mengenai kakinya, Celine secara naluriah menggerakkan kakinya untuk melihat situasinya dengan jelas.Namun, sebelum bergerak, ada dua tangan meraih bahunya dari belakang. "Jangan bergerak ...."Suara asing itu membuat Celine mengerutkan kening.Kedua tangan di pundaknya membuatnya semakin merasa sedang dilecehkan."Lepaskan!" ucap Celine dengan nada bicaranya yang dingin sambil menatap orang di belakangnya.Bisa memasuki vila ini membuktikan bahwa orang ini punya hubungan dengan Keluarga Nadine.Namun, setelah selesa
Di pesta malam, nona-nona yang datang tidak berani mendekati Celine lagi selain untuk menyapanya. Mereka takut tidak sengaja melakukan sesuatu dan menyakiti Nyonya Jayadi ini.Mereka pun semakin kagum dengan Nyonya Jayadi dan semakin berusaha menyanjung Nyonya Yuni.Semua orang sibuk mengelilingi Nyonya Yuni, Gisela bahkan tidak bisa berbaur.Bertha juga berada di luar kerumunan itu, dia sama sekali tidak ada niat untuk menyanjung Nyonya Yuni.Di benaknya masih terus ada bayangan adegan yang terjadi di taman tadi, dia bahkan masih ingat jelas tekstur bibir pria itu.Bertha merasa otaknya sangat berantakan.Ada apa dengannya?Menyadari kondisinya yang aneh, Bertha berusaha untuk menyingkirkan pikiran-pikiran itu. Namun, ingatan itu seperti kutukan yang tertanam di benaknya.Semakin dia pikirkan, wajahnya semakin merah.Dia pun memutuskan untuk diam-diam pergi. Dia ingin mencari tempat yang lebih sepi untuk meredakan panas di wajahnya.Karena terlalu buru-buru, dia menabrak dada seseoran
Gisela mengalihkan pandangannya dan kebetulan melihat Bertha dan Alvin berdiri bersama, sedang membicarakan sesuatu.Bertha mau mendekati Alvin?Muncul tebakan ini di benak Gisela.Kalau Bertha berhasil mendekati Alvin ....Waktu dia sedang berpikir, Evan menghampirinya dengan terburu-buru, terdengar maksud menyalahkan di suaranya. "Tadi kamu kenapa? Kenapa kamu sampai melewatkan kesempatan sebagus itu?""Kamu tahu, nggak? Dia bukan hanya istri Tuan Andreas, dia itu pemegang saham terbesar di Grup Nadine, juga putri Keluarga Tjangnaka ....""Kalau bisa berteman dengannya, Keluarga Wisma pasti bakal sukses, tapi ...."Evan sangat kecewa. Semakin dia memikirkan manfaat yang bisa didapatkan kalau bisa membangun koneksi dengan Nyonya Jayadi, dia semakin merasa kalau Gisela telah melewatkan kesempatan yang sangat bagus."Kenapa kamu ...."Gisela memutar bola matanya di dalam hati.Kalau dia menunjukkan bakatnya di depan Nyonya Jayadi dan disukai Nyonya Jayadi, manfaatnya tentu saja jadi mil
Celine tersenyum ke Yuni untuk menenangkannya. "Nenek, aku benar-benar nggak apa-apa.""Nggak apa-apa juga harus diperiksa."Yuni sangat teguh.Namun, Celine tidak mungkin tenang membiarkan wanita licik seperti ini menyentuhnya. Dia akhirnya terpaksa melihat Gisela."Kamu profesional?""Iya, benar."Gisela segera mengangguk. Entah kenapa, Nyonya Jayadi di depannya ini jelas-jelas terlihat sangat lembut, tapi dia merasa tekanan yang membuatnya susah bernapas.Gisela tersenyum lembut, berusaha sekuat tenaga untuk menunjukkan niat baiknya pada Nyonya Jayadi.Sementara Celine juga bisa melihat "niat baik" Gisela.Dia hanyalah berpura-pura.Celine melihatnya dan berkata secara perlahan, "Kamu dokter?"Gisela tertegun sejenak lalu menggeleng. "Bukan."Celine bertanya lagi, "Perawat?"Gisela terdiam sejenak."Bukan, tapi aku ...."Sebelum Gisela selesai bicara, Celine tidak memberinya kesempatan lagi. "Kamu bukan dokter, juga bukan perawat, mananya yang profesional?"Celine berkata penuh makn
Yuni segera menyuruh orang memanggil dokter pribadi.Saat ini, Gisela juga langsung sadar kembali dan segera mengajukan diri. "Aku ... aku pernah belajar keperawatan ...."Hal yang terjadi tadi ....Gisela merasa dia sudah mau meledak saking kesalnya.Jelas-jelas dia melihat Bertha sudah mau menabrak Nyonya Jayadi, tapi di luar dugaannya .... Teringat dengan kejadian tadi, Gisela tidak hanya merasa kecewa karena rencananya gagal.Pria yang ditimpa Bertha tadi adalah tuan muda pertama Keluarga Sugito.Mereka ... berciuman.Namun, Bertha mana layak?Gisela tidak pernah menyangka akan jadi seperti ini. Mendengar Yuni meminta orang memanggil dokter pribadi, Gisela langsung sadar kembali.Rencananya mencelakai Bertha sudah gagal, dia tidak boleh melewatkan kesempatan untuk menunjukkan kehebatannya.Oleh karena itu, dia pun segera menawarkan diri.Baru saja dia selesai bicara, semua orang pun melihatnya.Termasuk Nyonya Yuni dan juga Nyonya Jayadi itu."Kamu bisa ilmu keperawatan?" Yuni meli
Melihat gadis baju hitam itu sudah mau menabraknya, Celine refleks berteriak, "Andreas ...."Saat ini, di bandara Kota Binara.Seorang pria memegang dadanya, keningnya juga berkerut. Kegelisahan yang tiba-tiba muncul di hatinya membuat kepalanya pusing."Tuan, kamu kenapa?"Orang yang lewat menyadari keanehannya dan segera bertanya.Pria itu berusaha untuk menenangkan dirinya, tapi hatinya seperti diremas oleh sebuah tangan. Dia tidak pernah merasakan rasa sakit seperti itu.Di hatinya bahkan muncul ketakutan, lalu perlahan-lahan ketakutan itu menyelimutinya.Dia bahkan bisa mendengar suara detak jantungnya."Tuan, kamu kenapa?"Melihat kondisinya, orang yang lewat tadi bertanya lagi.Pria itu menghirup napas dalam-dalam lalu mengibaskan tangannya, tapi ketakutan itu masih mengikutinya.Sebenarnya ... ada apa dengannya?Sementara saat ini, Celine menutup matanya, suasana sekitarnya seakan-akan menjadi hening. Dia berusaha melindungi perutnya, berdoa hal yang dia takutkan tidak akan ter
Semakin Evan menyukai rasa puas ini, dia semakin tidak menyukai Bertha yang angkuh."Kalau begitu, aku ke sana?"Gisela memasuki area dansa dengan hati-hati tapi semangat seakan-akan sudah mendapat dukungan.Dia mengikuti tempo dan irama lalu mulai membaur dengan orang-orang.Di tempat yang tidak diperhatikan orang, Gisela diam-diam mengamati sekelilingnya, mencari kesempatan. Akhirnya, dia melihat Bertha sedang berputar mendekati Celine.Gisela tahu kalau kesempatannya sudah datang."Siapa gadis baju hitam itu? Tariannya lumayan bagus ...."Yuni juga memerhatikan Bertha.Nada pujiannya kebetulan didengar oleh Gisela, Gisela pun semakin yakin dengan rencananya.Nyonya Yuni sedang memuji Bertha? Nanti, takutnya dia baru akan puas setelah membunuh Bertha!Gisela berpikir sambil menunggu waktu yang pas, kemudian dia diam-diam mendorong gadis yang sedang menari membelakanginya ...."Aduh ...."Seiring dengan seruan kaget, gadis itu menabrak orang di depannya."Ah ....""Aduh ...."Suara te
Alvin kenal dengan Nyonya Jayadi ini?Gisela melihat Alvin berjalan kemari bersama Celine, jarak di antara mereka seperti sengaja untuk menghindari rumor.Apakah hubungan mereka tidak biasa?Gisela memutar matanya, otaknya juga ikut berputar.Waktu melihat Nyonya Jayadi sudah mendekati kerumunan orang, Alvin berhenti mengikutinya, tapi matanya tetap tertuju pada Nyonya Jayadi.Gisela pun melihat wanita yang meski sedang hamil, tetap sangat cantik itu. Dalam hati muncul perasaan yang aneh, bahkan dia juga tidak bisa membedakan apakah itu kagum atau iri.Nyonya Jayadi ini benar-benar beruntung.Sedangkan dia ....Gisela mencari Bertha di sekitar, lalu segera menemukannya yang terlihat sangat mencolok di antara kerumunan.Bertha ada di antara kerumunan orang yang menari, sepertinya dia terbawa suasana, terlihat sangat gembira, sama sekali tidak sedih karena Evan mau membatalkan pernikahan mereka.Kenapa dia tidak sedih?Gisela merasa kesal.Bertha harusnya sedih, karena bagaimanapun juga
Celine terus menunggu Andreas, merindukannya setiap hari. Sejak babak final Kompetisi Desain Perhiasan Nasional di mana dia menerima cincin "Penantian", dia tidak menemukan petunjuk apa pun lagi tentang Andreas.Dia terjebak dalam penantian yang tidak terlihat ujungnya, seakan-akan mengerti maksud dari orang yang mengirim cincin itu.Penantian ....Orang itu memberi tahu dia kalau dia akan terus menunggu.Alvin bisa melihat kepahitan di mata Celine. Di kalangan para orang kaya di Binara ada sangat banyak rumor tentang Celine dan Andreas.Ada yang bilang Celine sedang hamil, tapi Tuan Andreas tidak pernah muncul di sisinya sekalipun, hubungan mereka sudah renggang.Ada yang bilang Celine hanya diakui karena hamil dengan keturunan Keluarga Jayadi, Yuni juga hanya mementingkan cicitnya yang ada di kandungan Celine.Di luar ada banyak rumor seperti ini, tapi karena identitas Celine yang merupakan pewaris Grup Nadine dan juga putri Keluarga Tjangnaka, tidak ada yang berani meremehkannya.Al
Di bawah tatapan semua orang, seorang wanita berpakaian putih memegang wajahnya, jelas terlihat dia baru saja ditampar.Wanita itu memasang ekspresi bingung, lalu sibuk meminta maaf pada orang yang menamparnya seakan-akan tidak peduli dengan rasa sakit di wajahnya. "Maaf, Kak, aku ...."Sebelum dia selesai, seorang pria maju dan melindungi wanita baju putih itu di belakangnya sambil memelototi wanita baju hitam di depan wanita baju putih itu. "Kenapa kamu memukulnya?""Kak Evan, jangan salahkan Kakak, aku yang salah, membuatnya marah."Wanita baju putih itu terlihat sangat lemah seperti bunga yang mudah rusak.Alasan dia terlihat lemah,adalah karena kekejaman "Kakak" yang disebut olehnya itu. Semakin dia terlihat lemah, semakin bisa merangsang keinginan pria untuk melindunginya.Namun, di mata wanita baju hitam itu ....Celine melihat wanita baju hitam itu dengan tatapan penasaran. Wanita itu terlihat sangat tenang, seakan-akan sudah biasa dengan kelemahan wanita baju putih dan juga s