Melihat Lily menangis terisak-isak dan memasang ekspresi tidak tahu apa-apa, Tuan Richard semakin kasihan padanya.Dia menggenggam tangan Lily lalu memberi tahu hal yang dilaporkan Hansen."Kamu dulu bernama Lily Marni?"Lily mengernyit dan berkata, "Kakek kok tahu? Dulu namaku memang Lily Marni. Pas Ibu menikah dengan Ayah, aku ganti namaku mengikuti marga Ayah, tapi ...."Lily menggigit bibirnya lalu berkata sambil melihat Tuan Richard, "Kakek kok bisa tahu?"Tentu saja Hansen yang menemukan informasi ini.Tatapan Tuan Richard terhadap Lily penuh kasih sayang. "Kamu tahu kenapa kamu bermarga Marni?""Kata Ibu, waktu dia membawaku pulang dari panti asuhan, aku sudah bermarga Marni. Ibu awalnya mau aku tetap memakai marga ini, tapi dia takut orang lain akan merendahkanku karena margaku beda sama Ayah, jadi akhirnya aku ganti jadi Maira."Tuan Richard menghela napas panjang. "Ibumu juga sebenarnya baik, tapi dulu margamu Marni karena ibumu yang juga adalah anakku bermarga Marni!"Lily t
Tiba-tiba muncul seorang cucu kandung Kakek, apalagi orang itu adalah Lily.Namun, Richard berkata dengan penuh kepastian,"Apanya ada yang salah? Kenapa bisa salah? Maafkan Kakek, sebelumnya Kakek mengambil rambutmu tanpa minta izin padamu untuk melakukan pemeriksaan DNA. Kita berdua berhubungan darah. Aku cuma punya satu anak, yaitu ibumu. Sekarang kita berdua punya hubungan darah, kalau kamu bukan cucuku, siapa lagi? Lagian, Hansen juga sudah pergi cari tahu ke panti asuhan dan hasilnya adalah kamu itu keturunan Keluarga Nadine!"Richard seakan-akan berhasil menyelesaikan impian hidupnya selama ini.Melihat Lily, dia memutuskan akan memberikan semua yang terbaik di dunia ini kepadanya.Lily berpura-pura terkejut dengan informasi ini.Dia membelalak dan berpura-pura tidak tahu harus bagaimana."Kakek Richard ... " panggil Lily.Baru saja memanggil, Richard langsung memperbaiki panggilannya. "Kenapa panggilnya Kakek Richard? Lily, kamu seharusnya memanggilku Kakek!""Tapi ...." Lily m
Bahkan Lily dan Carla juga terkejut.Celine ....Dia bisa-bisanya memilih putus hubungan dengan Keluarga Nadine daripada meminta maaf!Ekspresi Richard semakin suram, keningnya juga semakin berkerut.Dia sama sekali tidak bermaksud mengusir Celine dari Keluarga Nadine, dia hanya ingin membela Lily, sekaligus menunjukkan posisi Lily sebagai cucu kandungnya di keluarga ini agar Lily bisa dihormati mereka.Namun, dia tidak menyangka Celine akan mengatakan hal seperti itu.Muncul ekspresi marah di wajah Richard.Melihat ekspresi Richard, Hansen ingin membantu Celine menjelaskan. Namun, baru saja dia membuka mulut, Celine sudah berlutut lalu mengelus kening Richard yang berkerut.Richard langsung tertegun.Entah kenapa, dia yang tadinya marah sekarang kerutan di keningnya sudah hilang."Kakek nggak boleh marah, lho." Celine menyandarkan kepalanya di lutut Richard seperti tadi di ruang tamu.Celine sudah memutuskan untuk putus hubungan dengan Keluarga Nadine, tapi sekarang, dia merasa tidak
Richard melihat Lily dengan tatapan penuh harap.Lily tertegun sejenak lalu berpura-pura polos dan sedikit takut, bahkan melirik Hansen dan Carla dengan tatapan gelisah, seakan-akan masih belum bisa menerima kenyataan kalau dia adalah cucu kandung Richard.Begitu dia melirik Carla, Carla langsung tersenyum sinis.Dia tidak menyangka Lily ternyata cucu kandungnya Kakek.Kalaupun benar, aktingnya ini benar-benar bisa membohongi orang.Carla yakin kalau Lily sengaja mau mengusir Celine!"Lily, kenapa kamu diam saja? Kakek sudah bilang kamu itu cucu kandungnya, kenapa kamu nggak mau panggil Kakek?" ujar Carla sambil maju dengan wajah penuh senyum, terlihat sangat ramah.Kakek ingin mereka para cucu adopsinya memperlakukan Lily dengan baik, jadi dia tentu saja tidak akan melawan."Ka ... Kakek ... " ujar Lily dengan hati-hati.Richard tidak menemukan putrinya, tapi sangat puas mendengar anaknya Linda memanggilnya "Kakek"."Bagus, bagus."Saat ini, Richard seakan-akan sudah melupakan Celine.
"Baik," ujar Hansen dengan ekspresi yang kompleks.Namun, di wajahnya sama sekali tidak ada tanda-tanda senang.Richard yang tadinya tersenyum senang tiba-tiba mengernyit. "Hansen, kamu kayaknya nggak senang aku berhasil menemukan putri tantemu?"Senang? Dia mana mungkin senang?Dia tahu tantenya adalah satu-satunya penyesalan Kakek. Selama ini, dia juga melihat rasa bersalah Kakek terhadap tantenya dengan mata kepalanya sendiri.Dia juga sangat berharap Kakek bisa menemukan anaknya atau orang yang berhubungan dengan Tante.Namun, dia tidak menyangka orang itu adalah Lily.Karena Celine, dia refleks tidak suka dengan Lily bahkan sedikit benci.Namun dia juga tahu apa yang harus dia lakukan."Kakek, aku sangat ...."?Tepat ketika Hansen mau berbicara, tiba-tiba Lily menyela, "Kakek, Kak Hansen mana mungkin nggak senang? Tadi waktu datang ke rumah sakit, aku sangat takut, Kak Hansen yang menenangkanku. Makasih, Kak Hansen."Lily tersenyum manis dan polos.Dia berinisiatif membantu Hanse
Nama Celine seketika membuat Andreas tegang."Apa yang terjadi?" Andreas yang tadinya bersandar di kursi langsung duduk tegak.Bahkan koin yang dia mainkan jatuh ke meja dan berguling sedikit.Hansen tidak memberi tahu Andreas masalah Keluarga Nadine, melainkan hanya berkata, "Memang ada sedikit masalah ...."Merasakan kepedulian Andreas terhadap Celine, Hansen tiba-tiba menyesal menelepon Andreas. Dia pun coba bertanya, "Kamu tahu nggak siapa suami Celine?"Andreas terdiam.Dia mana mungkin tidak tahu?Tanpa menunggu jawaban Andreas, Hansen kembali berkata, "Kalau bisa, aku berharap kamu menghubungi suaminya, suruh dia temani Celine."Maksud di balik kata-katanya adalah dia tidak mau Andreas pergi mengganggu Celine.Hansen hanya menganggap Andreas sebagai pembawa pesan.Tatapan Andreas berubah suram lalu dia menutup telepon sambil tersenyum sinis.Apa bedanya dia yang menemani Celine dengan suaminya menemani Celine?"Aku pulang bentar." Andreas berdiri dan mengambil koin yang ada di m
Setelah mereka berdua masuk, tidak ada yang berbicara.Lily tersenyum tipis. Wajahnya tidak secantik Celine, dia juga tidak berwibawa seperti Carla, tapi mungkin karena percaya dirinya dengan kedudukan yang lebih tinggi, wajahnya jadi terlihat lebih bersinar.Begitu masuk, Carla terus menatap wajah Lily.Lily sama sekali tidak takut, dia hanya tersenyum tipis.Akhirnya, Carla mengernyit dan bertanya bingung, "Kata orang Tante adalah wanita yang sangat cantik, tapi kenapa aku merasa kamu ...."Carla seakan-akan sedang mencari kata yang lebih lembut.Namun, dia yang menggeleng dan kesusahan mencari kata malah jauh lebih jelas menunjukkan pikirannya.Lily tidak menyangka Carla akan langsung menyerang tampangnya.Dari awal dia memang sudah merasa tidak senang karena Celine lebih cantik darinya.Jadi, kata-kata Carla ini langsung membuatnya marah.Senyuman di wajah Lily langsung hilang dan dia memelototi Carla. "Apa maksudmu? Kamu curiga aku bukan cucu kandung Kakek? Kalau kamu curiga, kita
Menyadarkan Celine!Lily mendapatkan posisi ini dengan susah payah, dia mana mungkin tidak menunjukkan keberadaannya di depan Celine?Lily tidak mengatakan apa-apa.Carla tiba-tiba menepuk dadanya dan berkata, "Kamu tenang saja, Celine pasti bakal suka sama kamu, percaya padaku!"Setelah itu, Carla tersenyum penuh makna pada Lily lalu keluar.Setelah pintu tertutup, senyuman di wajah Carla langsung menghilang.Kemudian, dia melirik ke pintu dengan tatapan merendahkan.Sementara di dalam kamar, Lily juga langsung mengganti ekspresinya yang polos jadi licik.Carla mengetes dia lalu menyanjungnya. Dia tahu Carla pasti bakal menyelidiki dia, tapi memangnya kenapa?Bahkan hasil penyelidikan Tuan Richard saja menunjukkan kalau dia adalah cucunya. Kalaupun Carla menyelidikinya, tidak mungkin ada hasil yang berbeda.Terlebih lagi ....Lily memikirkan sesuatu yang membuat matanya penuh dengan kelicikan....Celine tidur dengan sangat baik.Dia bermimpi sangat panjang, dia memimpikan adegan dia
Tubuh mereka hanya terpisah oleh dua lapis pakaian.Andreas seharusnya segera melepaskan diri, tapi saat itu, tubuh Andreas membeku, dia bahkan berhenti bernapas.Di telinganya terngiang kata-kata wanita ini tadi, yaitu "Akhirnya pulang juga".Dia bisa merasakan dengan jelas penantian dan kerinduan wanita ini. Teringat dengan kata-kata staf hotel tadi, muncul kilatan di mata Andreas.Wanita ini sedang bertengkar dengan suaminya.Orang yang dia tunggu dan rindukan juga sudah pasti adalah suaminya.Kenapa dia bisa-bisanya merasa kalau itu dia? Seakan-akan yang ditunggu wanita ini adalah dia.Namun, mana mungkin?Andreas tertawa pahit, dia menekan rasa cemburu yang muncul di hatinya. Dia ingin melepas lengan yang memeluk pinggangnya, tapi lengan itu malah memeluknya semakin erat.Seakan-akan takut dia menghilang.Suaranya seperti kucing kecil menangis, terdengar sangat sedih. "Jangan tinggalkan aku lagi, Andreas ...."Hati Andreas seketika melunak.Meski tahu orang yang dimaksud wanita in
Andreas menggelengkan kepala untuk menyingkirkan perasaan aneh itu.Setelah mengurus pria yang pingsan itu, dia hendak menutup pintu, tapi malah kembali mendengar suara wanita itu."Andreas, tolong ...."Suaranya terdengar sangat menderita.Andreas mengira wanita itu dalam bahaya, jadi dia yang tadinya mau menutup pintu akhirnya merasa khawatir.Dia memberi tahu dirinya sendiri, dia akan pergi setelah memastikan wanita itu baik-baik saja.Andreas pun membuka lampu di kamar dan memastikan tidak ada orang lain, dia hanya melihat samar-samar ada orang yang berbaring di sofa.[Tuan Andreas ambil saja, Nyonya ada di kamar.]Kata-kata staf hotel tadi terngiang-ngiang di benaknya.Orang yang berbaring di sofa harusnya adalah "nyonya" yang dia maksud.Pada akhirnya, rasa penasaran Andreas menang dan dia pun berjalan ke sofa.Selangkah, dua langkah, tiga langkah ....Langkahnya sangat ringan, tapi detak jantungnya malah semakin cepat.Sampai waktu dia melihat wajah orang yang berbaring di sofa
Benar ada Tuan Andreas!Dia tahu, suami istri biasanya pasti baikan, apalagi Tuan Andreas dan istrinya.Meski dia sudah sering melihat orang-orang yang suka selingkuh, Tuan Andreas dan istrinya benar-benar saling mencintai.Seperti yang dia duga, baru beberapa saat saja Tuan Andreas sudah menemukan lokasi Nyonya dan datang ke sini untuk berbaikan.Manajer itu berlari menghampiri Andreas dan berkata, "Tuan Andreas kenapa ada di sini?"Bukannya harusnya pergi ke kamar?Melihat Andreas mengernyit, dia akhirnya mengerti. "Tuan nggak bawa kartu kamar? Tuan, ini ...."Manajer itu menyerahkan sebuah kartu kepada Andreas dengan penuh hormat.Andreas melihat kartu itu, tapi tidak mengambilnya.Manajer pun terdiam.Kemudian, tiba-tiba dia terpikirkan sesuatu. "Tuan jangan salah paham, kartu ini biasanya hanya dipakai waktu keadaan darurat. Tuan tenang saja, staf hotel kami nggak akan masuk ke kamar tamu sembarangan."Andreas bingung.Namun, orang ini memanggilnya "Tuan Andreas".Dilihat dari eks
Mata Celine bergetar.Orang-orang bisa melihat betapa Andreas mencintainya. Teringat dengan kenangan-kenangan masa lalu, Andreas memang sangat mencintai dia."Aku mana mungkin marah padanya." Dia juga sangat mencintai Andreas!Dia ingin sekali Andreas bisa langsung muncul di hadapannya.Manajer tidak mengerti dengan ekspresi di wajah Celine, dia pun segera turun untuk meminta orang mengantarkan buah-buahan untuk Celine.Langit perlahan-lahan berubah gelap.Di luar Hotel Binara.Di sebuah mobil biasa yang berhenti di tepi jalan, Lala sedang mencengkeram setir mobil sambil melihat Andreas turun dari sebuah mobil lalu berjalan masuk ke hotel.Melihat sosok Andreas yang tidak terlihat lagi, cengkeraman Lala semakin kuat.Andreas ....Dia jelas-jelas tidak suka dengan acara seperti ini, tapi hari ini dia malah menghadiri pesta ini.Selama dua hari ini, Lala memperhatikan semua gerak-gerik Andreas. Dia yakin kalau Celine tidak tahu Andreas ada di Binara, sementara Andreas kalaupun melihat Ce
Perasaan itu terus berputar di hati Celine untuk sekian lama.Sampai waktu Dylan dan Albert datang lalu melihat raut wajahnya yang pucat."Celly, kamu kenapa? Nggak enak badan?" Albert segera maju dan mengamati Celine dengan ekspresi khawatir.Sejak Celine datang ke Binara, meski mereka selalu menjaganya dengan hati-hati dan biasanya juga tidak ada yang aneh, Celine sedang hamil, mereka tetap tidak boleh lengah."Aku nggak apa-apa, mungkin semalam tidurnya nggak nyenyak."Celine berusaha tersenyum, rasa depresi dan tidak berdaya di dalam mimpi masih terasa, jadi senyumannya terlihat sangat terpaksa.Dylan dan Albert langsung menyadarinya.Mana mungkin tidak apa-apa?Albert juga tahu jelas alasannya. Sampai sekarang masih belum ada kabar tentang Andreas, dia tidak tega bertanya lagi."Celly, hari ini kamu istirahat saja di rumah."Begitu Albert selesai bicara, Celine langsung teringat dengan babak final Kompetisi Desain Perhiasan Nasional. "Nggak bisa, aku harus ke kantor.""Di kantor m
"Bantu aku!"Nadanya sudah tidak memohon seperti tadi, malah terdengar seperti memerintah.Suasana seketika hening.Ekspresi "Master Gion" berubah-ubah, sementara wajah Lala terlihat dingin dan bertekad, seakan-akan sedang menekan seorang bawahannya.Dia sebenarnya harus langsung setuju, tapi dia akhirnya bertanya lagi. "Apakah kamu sudah memikirkannya baik-baik?"Mata Lala pun bergetar.Setelah terdiam beberapa saat, Lala mengangguk dengan tegas. "Aku hanya punya pilihan ini, aku nggak bisa kehilangan dia. Cuma sekali ini saja, hari ke luar negerinya sudah ditentukan. Setelah keluar negeri, semuanya akan baik-baik saja."Dia tidak percaya Celine bisa mencari sampai ke luar negeri.Kalaupun pusat bisnis Keluarga Tjangnaka ada di luar negeri, tapi dunia ini sangat luas, dia pasti bisa menghindari mereka. Selain itu, orang-orang dia juga di luar negeri."Nona, aku mengerti. Ini terakhir kalinya, setelah ini, aku benar-benar mau pensiun. Aku sudah tua, sudah nggak bisa kerja keras."Pangg
Pengemis itu tidak marah dengan sikap Lala yang jijik padanya.Di bawah rambut berantakan dan bau, pengemis itu tersenyum puas lalu berbalik pergi.Waktu dia menabrak Lala, dia sudah memberikan kertas itu padanya.Sekarang, dia tinggal menunggu Lala melihatnya.Muncul kilatan sinar di mata Lily, lalu segera berjalan kembali ke tempatnya.Lala ditabrak lumayan kuat.Waktu dia berdiri, hatinya tetap kesal. Melihat pengemis yang sudah pergi itu, Lala bahkan merasa jijik mau memarahinya.Andreas sudah pergi.Lala segera memanggil sebuah taksi untuk pulang.Lampu di kamar Andreas menyala. Lala berdiri lama di depan pintu, tapi akhirnya tidak masuk. Waktu dia kembali ke kamarnya untuk ganti baju, tiba-tiba di sakunya keluar sebuah kertas yang diremas.Kertas itu sangat berantakan, bahkan sedikit bau busuk.Ini bukan miliknya!Lala refleks teringat dengan pengemis yang menabraknya tadi.Ini dari pengemis itu!Kenapa pengemis itu menaruh kertas ini di sakunya?Lala membuka kertas itu, waktu di
Di kegelapan malam, sosok pengemis itu terlihat kotor dan bau. Orang-orang yang melihatnya refleks menghindar.Dia berjalan terhuyung-huyung ke satu arah.Di benaknya terus terngiang-ngiang informasi yang baru saja dia dengar. Hamil .... Celine hamil .... Hamil anak Andreas.Kenapa .... Kenapa dia seberuntung itu?Pantas saja Albert dan Dylan juga datang ke sini.Terus Andreas dan ....Bukan, ada yang salah.Lily tiba-tiba teringat dengan sosok itu.Orang itu jelas-jelas sedang mengikuti Tuan Andreas.Lala ... sedang menguntit Tuan Andreas?Seakan-akan mengetahui sesuatu, Lily langsung berjalan dengan terburu-buru. Tatapannya yang tadinya tidak fokus jadi cerah, dia mencari-cari ke sekitar sambil terus berjalan maju.Dia mencari-cari ingin menemukan orang itu.Namun, setelah sekian lama, dia tetap tidak menemukannya.Sampai dia melihat bar yang tidak jauh di depannya.Bar Artemis.Ada ingatan-ingatan yang muncul di benaknya, membuatnya menghentikan langkahnya.Sebelum dia sempat berpik
Selama beberapa hari, Andreas terus mengingat ulang adegan yang tiba-tiba muncul di benaknya waktu itu.Namun, tidak peduli seberusaha apa pun dia, adegan yang rusak itu tetap tidak bisa disatukan sampai sempurna.Akan tetapi, semakin hancur adegan itu, dia semakin ingin mencari tahu apa itu.Semakin dia memikirkannya, kepalanya semakin sakit.Kepalanya seperti mau meledak, tapi satu-satunya hasil adalah gambar yang dia gambar di kertas.Lebih tepatnya, gambar desain sepasang cincin.Dia teringat dengan telepon hari itu, sepertinya ada sebuah kekuatan yang mendorongnya, di otaknya ada sebuah pikiran yang terus menjadi semakin jelas.Dia mau mengikuti babak final dengan desain ini!Andreas pergi ke Perusahaan Perhiasan Nadine untuk mengumpulkan gambar desain ini.Setelah itu, dia jalan-jalan tanpa tujuan sampai malam. Tanpa dia sadari, dia lagi-lagi tiba di Bar Artemis.Lala terus mengikutinya.Namun, dia tidak tahu, waktu dia melewati alun-alun yang paling ramai di Binara, ada seseoran