Bastian pun tertegun sejenak. Celine pun menatapnya. Bastian tidak berani berbohong dan membalas, "Bukan!""Kalau begitu siapa yang menyuruhmu datang?" Suara Tuan Richard perlahan-lahan mulai meninggi.Di saatnya bersamaan, pria itu pun melihat ke sebuah arah.Sorot mata pria itu membuat hati Carla gemetar. Wanita itu takut kalau Bastian malah menyebut namanya."Aku ... aku." Bastian tidak berani mengungkap nama Carla. Dia pun melihat ke arah Celine dengan tatapan iba, "Celine ...."Pria itu berharap agar Celine bisa membantunya.Dia yakin asalkan Celine buka mulut, Tuan Richard pasti tidak akan mendesaknya dan bahkan akan memberinya sedikit muka.Celine hanya mengerutkan dahinya. Dia tidak ingin merusak atmosfer pesta tersebut.Akan tetapi, dia sudah tahu tujuan dari Bastian. Jadi, dia tidak mungkin membiarkan pria ini mendompleng nama besar Keluarga Nadine untuk melakukan aksi penipuan.Celine mengangkat gelas anggurnya dan tersenyum pada orang-orang yang ada di pesta sambil mengatak
"Bagaimana dia bisa mengancammu dengan menggunakan ibumu?" Kelihatan jelas sekali bahwa Tuan Richard sudah sangat marah.Ibu Celine dan putrinya memiliki tanggal lahir yang sama. Dia dan Celine bisa memiliki hubungan seperti ini juga karena ibu Celine. Jadi, Tuan Richard tentu ingin mengetahui kejelasannya.Celine tersenyum datar dan membalas, "Dia memberitahuku bahwa dia akan merusak makam ibuku kalau aku nggak memberinya satu triliun ....""Benar-benar nggak punya malu! Dia bahkan tega menyentuh orang yang sudah meninggal.""Nona Celine, aku rasa meskipun orang seperti ini meminta maaf padamu, kamu juga nggak perlu menerima maafnya.""Benar! Tuan Bastian, kalau aku adalah kamu, aku nggak punya muka untuk menemui putriku lagi."Orang-orang yang ada di sana semuanya adalah orang-orang yang sangat pintar melihat peluang. Mereka bisa menggunakan berbagai macam cara untuk mencemooh Bastian.Wajah Bastian juga terlihat sangat masam.Kalau di hari biasa, Bastian pasti langsung melancarkan s
Bahkan dia mungkin bisa meminta Tuan Richard untuk menghancurkan Perusahaan Perhiasan Aurora milik Celine.Begitu membayangkan hal tersebut, Lily menjadi sangat emosional.Wanita itu kembali menghibur Bastian. Selanjutnya, dia pun mematikan teleponnya. Setelah keluar dari toilet, dia mendengar suara keributan di tempat jamuan.Beberapa saat kemudian, dia mendengar suara Hansen yang berkata,"Kakek, kamu pergi istirahat dulu. Aku bisa menjaga Celine dengan baik!""Aku sudah tua dan tubuh ini benar-benar .... Hansen, aku rasa Celine persis seperti bibimu. Kamu harus membantuku untuk melindunginya dengan baik. Jangan biarkan siapa pun mengganggunya!"Tuan Richard sampai sengaja berpesan seperti itu.Ketika mengungkit Celine, nada suaranya bahkan terdengar jauh lebih lembut. Jelas kalau dia sangat menyayangi Celine.Maksud menjaga yang dilontarkannya juga bukan hanya berlaku untuk malam ini.Hansen tentu memahami maksudnya. Pria itu pun berjanji, "Kakek tenang saja, aku pasti akan menjagan
Dia perlahan-lahan menarik tatapannya dan berhenti di tubuh Alvin. Setelah ekspresi kaget melintas di dalam mata Celine, sorot matanya memperlihatkan ketidakpuasan.Alvin pun bertanya, "Apa maksud tatapan matamu itu?""Maksudku adalah mereka. Kamu jangan salah paham! Aku sama sekali nggak memiliki niat untuk merekomendasikan diriku sendiri."Alvin seperti takut Celine malah salah paham dan segera memberikan penjelasan.Hanya saja Celine sama sekali tidak berpikir seperti itu. Seorang pewaris Keluarga Sugito tidak mungkin bisa punya maksud untuk mendapatkan seorang wanita yang sudah menikah sepertinya.Hanya saja ...."Apa kamu tahu?"Celine berbicara tiba-tiba dengan sorot mata yang sangat aneh.Wanita itu tiba-tiba berdiam diri. Saat itu, Alvin jadi tertarik untuk mendengar lanjutannya."Tahu apa?" Alvin memperhatikan Celine. Matanya seperti sedang mengatakan "Cepat katakan!"."Kamu benar-benar persis seperti germo!"Alvin, "..."Germo ....Sudut bibir Alvin pun berkedut. Melihat ejek
"Naik mobil!"Suara suami nomor satunya itu sudah terdengar.Setelah itu, Owen juga sudah membuka pintu mobil. Celine langsung masuk ke tempat yang ada di sebelah kemudi. Begitu pintu mobil ditutup, mobil itu langsung melesat pergi.Meskipun mobil itu bergerak sangat cepat, Albert juga sudah mengenali mobil tersebut. Mobil itu adalah mobil yang tadi dinaiki oleh Tuan Jayadi.Bukan hanya dia yang sudah melihatnya.Orang-orang yang mengikuti Celine karena penasaran juga sudah melihatnya."Siapa yang berada di dalam mobil tadi?""Mobil itu bergerak sangat cepat. Aku nggak bisa melihatnya dengan jelas. Tapi aku sepertinya mengenal orang itu."Mereka lantas melihat Owen yang sudah ditinggalkan di pinggir jalan."Dia sepertinya adalah ketua dari Organisasi Swastamita .... benar! Ketua Organisasi Swastamita.""Ketua dari Organisasi Swastamita? Ketua Organisasi Swastamita Perusahaan Jayadi. Selama ini, dia yang selalu memberikan perlindungan kepada penguasa Perusahaan Jayadi. Kalau dia berada
Dia ingin orang menganggapnya bisa pingsan karena gula darahnya rendah.Bahkan sebelumnya dia sudah menggunakan riasan agar terlihat seperti wanita yang sedang sakit dan mencobanya selama beberapa hari."Kakak?" Tuan Richard lantas mengerutkan dahinya.Lily segera menjelaskan, "Kakakku adalah Celine. Hari ini dia mengadakan pesta bergabung dengan perusahaan. Aku tadi sudah melihatmu. Kamu adalah kakeknya kakak, bukan?""Benar! Aku adalah kakeknya." Saat mengungkit Celine, sorot mata pria itu terlihat sangat lembut.Akan tetapi, dia terus memperhatikan Lily. Meskipun sikapnya sangat lembut, pria itu seperti berusaha mencari tahu, "Nggak kusangka kamu dan Celine adalah kakak beradik."Lily tahu bahwa dia tidak bisa menyembunyikan hubungannya dengan Celine.Oleh karena itu, dia akhirnya mengungkitnya sendiri. Setidaknya, dia bisa menceritakan semuanya sebelum Celine memberi tahu Tuan Richard."Aku dan Celine bukan saudara kandung. Ibuku mengadopsi aku dari panti asuhan. Setelah itu, ibuku
Celine pun tertegun dan wajahnya langsung berubah merah.Wajah tampan suami nomor satunya itu begitu dekat dengan wajahnya. Ketika dipandang oleh pria itu, tindakannya ketika menutup mulutnya terlihat sangat tidak jujur.Celine batuk dan menyingkirkan tangannya.Setelah memasang ekspresi serius, dia pun berkata, "Kalau begitu kenapa kamu tiba-tiba mendekat?"Mata Andreas pun melihat ke arah bibir merah Celine. Hatinya sedikit mengembang dan dia langsung mencium bibir itu tanpa bisa menahan diri."Uhm ...."Celine kaget sekali sampai sepasang matanya melotot lebar.Setelah dia tidak bisa memikirkan apa pun, Celine tiba-tiba saja bereaksi kembali. Pria ini berani menciumnya.Tadi Andreas sudah bilang kalau dia tidak ingin menciumnya, tapi sekarang Andreas malah ....Celine membuka lebar matanya dan lupa memejamkannya. Dia seperti sangat fokus melihat wajah tampan itu.Wajah ini benar-benar bisa mendatangkan bencana!Ketika berpikir seperti itu, sepasang telapak tangan besar telah menutup
Sebelum Tuan Richard mengatakan sesuatu.Terdengar sebuah suara lain."Kakek, ini adalah ...."Pemilik suara itu bukan orang lain, melainkan Carla.Semalam dia sama sekali tidak tinggal di vila. Sebelum pesta jamuan berakhir, Carla pun meninggalkan jamuan ketika melihat Albert meninggalkan jamuan tersebut.Carla tinggal di hotel dan pagi-pagi sengaja pergi untuk menemui Albert.Albert berjanji akan mengirimkan berlian merah itu dalam waktu tiga hari menggunakan pesawat dan bertransaksi dengan Carla.Carla pun merasa sangat puas.Dia bermaksud untuk membuat cincin menggunakan berlian merah tersebut. Dengan kemampuannya dan sketsa rancangan Celine, dia pasti bisa membuat cincin yang sama persis dengan cincin Celine.Hanya saja dia tidak menyangka bahwa begitu tiba di manson, dia malah bertemu dengan Lily.Carla tentu saja mengenal Lily.Hanya saja, dia tetap pura-pura tidak kenal Lily. Sorot matanya ketika melihat Lily juga penuh tatapan curiga."Dia adalah Lily adiknya Celine. Untuk sel
Benar ada Tuan Andreas!Dia tahu, suami istri biasanya pasti baikan, apalagi Tuan Andreas dan istrinya.Meski dia sudah sering melihat orang-orang yang suka selingkuh, Tuan Andreas dan istrinya benar-benar saling mencintai.Seperti yang dia duga, baru beberapa saat saja Tuan Andreas sudah menemukan lokasi Nyonya dan datang ke sini untuk berbaikan.Manajer itu berlari menghampiri Andreas dan berkata, "Tuan Andreas kenapa ada di sini?"Bukannya harusnya pergi ke kamar?Melihat Andreas mengernyit, dia akhirnya mengerti. "Tuan nggak bawa kartu kamar? Tuan, ini ...."Manajer itu menyerahkan sebuah kartu kepada Andreas dengan penuh hormat.Andreas melihat kartu itu, tapi tidak mengambilnya.Manajer pun terdiam.Kemudian, tiba-tiba dia terpikirkan sesuatu. "Tuan jangan salah paham, kartu ini biasanya hanya dipakai waktu keadaan darurat. Tuan tenang saja, staf hotel kami nggak akan masuk ke kamar tamu sembarangan."Andreas bingung.Namun, orang ini memanggilnya "Tuan Andreas".Dilihat dari eks
Mata Celine bergetar.Orang-orang bisa melihat betapa Andreas mencintainya. Teringat dengan kenangan-kenangan masa lalu, Andreas memang sangat mencintai dia."Aku mana mungkin marah padanya." Dia juga sangat mencintai Andreas!Dia ingin sekali Andreas bisa langsung muncul di hadapannya.Manajer tidak mengerti dengan ekspresi di wajah Celine, dia pun segera turun untuk meminta orang mengantarkan buah-buahan untuk Celine.Langit perlahan-lahan berubah gelap.Di luar Hotel Binara.Di sebuah mobil biasa yang berhenti di tepi jalan, Lala sedang mencengkeram setir mobil sambil melihat Andreas turun dari sebuah mobil lalu berjalan masuk ke hotel.Melihat sosok Andreas yang tidak terlihat lagi, cengkeraman Lala semakin kuat.Andreas ....Dia jelas-jelas tidak suka dengan acara seperti ini, tapi hari ini dia malah menghadiri pesta ini.Selama dua hari ini, Lala memperhatikan semua gerak-gerik Andreas. Dia yakin kalau Celine tidak tahu Andreas ada di Binara, sementara Andreas kalaupun melihat Ce
Perasaan itu terus berputar di hati Celine untuk sekian lama.Sampai waktu Dylan dan Albert datang lalu melihat raut wajahnya yang pucat."Celly, kamu kenapa? Nggak enak badan?" Albert segera maju dan mengamati Celine dengan ekspresi khawatir.Sejak Celine datang ke Binara, meski mereka selalu menjaganya dengan hati-hati dan biasanya juga tidak ada yang aneh, Celine sedang hamil, mereka tetap tidak boleh lengah."Aku nggak apa-apa, mungkin semalam tidurnya nggak nyenyak."Celine berusaha tersenyum, rasa depresi dan tidak berdaya di dalam mimpi masih terasa, jadi senyumannya terlihat sangat terpaksa.Dylan dan Albert langsung menyadarinya.Mana mungkin tidak apa-apa?Albert juga tahu jelas alasannya. Sampai sekarang masih belum ada kabar tentang Andreas, dia tidak tega bertanya lagi."Celly, hari ini kamu istirahat saja di rumah."Begitu Albert selesai bicara, Celine langsung teringat dengan babak final Kompetisi Desain Perhiasan Nasional. "Nggak bisa, aku harus ke kantor.""Di kantor m
"Bantu aku!"Nadanya sudah tidak memohon seperti tadi, malah terdengar seperti memerintah.Suasana seketika hening.Ekspresi "Master Gion" berubah-ubah, sementara wajah Lala terlihat dingin dan bertekad, seakan-akan sedang menekan seorang bawahannya.Dia sebenarnya harus langsung setuju, tapi dia akhirnya bertanya lagi. "Apakah kamu sudah memikirkannya baik-baik?"Mata Lala pun bergetar.Setelah terdiam beberapa saat, Lala mengangguk dengan tegas. "Aku hanya punya pilihan ini, aku nggak bisa kehilangan dia. Cuma sekali ini saja, hari ke luar negerinya sudah ditentukan. Setelah keluar negeri, semuanya akan baik-baik saja."Dia tidak percaya Celine bisa mencari sampai ke luar negeri.Kalaupun pusat bisnis Keluarga Tjangnaka ada di luar negeri, tapi dunia ini sangat luas, dia pasti bisa menghindari mereka. Selain itu, orang-orang dia juga di luar negeri."Nona, aku mengerti. Ini terakhir kalinya, setelah ini, aku benar-benar mau pensiun. Aku sudah tua, sudah nggak bisa kerja keras."Pangg
Pengemis itu tidak marah dengan sikap Lala yang jijik padanya.Di bawah rambut berantakan dan bau, pengemis itu tersenyum puas lalu berbalik pergi.Waktu dia menabrak Lala, dia sudah memberikan kertas itu padanya.Sekarang, dia tinggal menunggu Lala melihatnya.Muncul kilatan sinar di mata Lily, lalu segera berjalan kembali ke tempatnya.Lala ditabrak lumayan kuat.Waktu dia berdiri, hatinya tetap kesal. Melihat pengemis yang sudah pergi itu, Lala bahkan merasa jijik mau memarahinya.Andreas sudah pergi.Lala segera memanggil sebuah taksi untuk pulang.Lampu di kamar Andreas menyala. Lala berdiri lama di depan pintu, tapi akhirnya tidak masuk. Waktu dia kembali ke kamarnya untuk ganti baju, tiba-tiba di sakunya keluar sebuah kertas yang diremas.Kertas itu sangat berantakan, bahkan sedikit bau busuk.Ini bukan miliknya!Lala refleks teringat dengan pengemis yang menabraknya tadi.Ini dari pengemis itu!Kenapa pengemis itu menaruh kertas ini di sakunya?Lala membuka kertas itu, waktu di
Di kegelapan malam, sosok pengemis itu terlihat kotor dan bau. Orang-orang yang melihatnya refleks menghindar.Dia berjalan terhuyung-huyung ke satu arah.Di benaknya terus terngiang-ngiang informasi yang baru saja dia dengar. Hamil .... Celine hamil .... Hamil anak Andreas.Kenapa .... Kenapa dia seberuntung itu?Pantas saja Albert dan Dylan juga datang ke sini.Terus Andreas dan ....Bukan, ada yang salah.Lily tiba-tiba teringat dengan sosok itu.Orang itu jelas-jelas sedang mengikuti Tuan Andreas.Lala ... sedang menguntit Tuan Andreas?Seakan-akan mengetahui sesuatu, Lily langsung berjalan dengan terburu-buru. Tatapannya yang tadinya tidak fokus jadi cerah, dia mencari-cari ke sekitar sambil terus berjalan maju.Dia mencari-cari ingin menemukan orang itu.Namun, setelah sekian lama, dia tetap tidak menemukannya.Sampai dia melihat bar yang tidak jauh di depannya.Bar Artemis.Ada ingatan-ingatan yang muncul di benaknya, membuatnya menghentikan langkahnya.Sebelum dia sempat berpik
Selama beberapa hari, Andreas terus mengingat ulang adegan yang tiba-tiba muncul di benaknya waktu itu.Namun, tidak peduli seberusaha apa pun dia, adegan yang rusak itu tetap tidak bisa disatukan sampai sempurna.Akan tetapi, semakin hancur adegan itu, dia semakin ingin mencari tahu apa itu.Semakin dia memikirkannya, kepalanya semakin sakit.Kepalanya seperti mau meledak, tapi satu-satunya hasil adalah gambar yang dia gambar di kertas.Lebih tepatnya, gambar desain sepasang cincin.Dia teringat dengan telepon hari itu, sepertinya ada sebuah kekuatan yang mendorongnya, di otaknya ada sebuah pikiran yang terus menjadi semakin jelas.Dia mau mengikuti babak final dengan desain ini!Andreas pergi ke Perusahaan Perhiasan Nadine untuk mengumpulkan gambar desain ini.Setelah itu, dia jalan-jalan tanpa tujuan sampai malam. Tanpa dia sadari, dia lagi-lagi tiba di Bar Artemis.Lala terus mengikutinya.Namun, dia tidak tahu, waktu dia melewati alun-alun yang paling ramai di Binara, ada seseoran
Semakin Andreas tidak menjawab, Lala semakin menginginkan sebuah jawaban.Andreas mulai merasa kesal, teringat dengan suara di telepon tadi, tanpa dia sadari dia berkata, "Undangan babak final Kompetisi Desain Perhiasan Nasional."Lala jelas terlihat terkejut. "Kamu ... lolos babak awal?"Andreas tidak menjawab.Lala tetap merasa gelisah. "Kak, kamu mana ada waktu ikut final? Katanya babak final kompetisi ini nggak hanya harus desain, tapi harus merealisasikan desain itu lalu membawanya ke babak final. Kak, kamu nggak pernah membuat perhiasan ...."Lala ingin membujuknya untuk menyerah.Tiba-tiba, sebuah adegan muncul di benak Andreas.Dia ingin menangkapnya, tapi adegan itu bagaikan sebuah gelembung busa, seketika hilang tanpa jejak. Setelah itu, Andreas merasa kepalanya nyeri."Kak, kalau nggak kita pergi lebih cepat saja. Aku dengar di luar negeri ...."Suara Lala masih terdengar di kamar, Andreas berusaha menahan kekesalannya, tapi akhirnya dia menyela, "Keluar."Lala tertegun.Dia
Di Perusahaan Perhiasan Nadine.Celine sudah berkali-kali menelepon nomor yang sama, tapi tidak diangkat.Dia melihat data peserta yang masuk ke babak final di depannya.Tuvin Sarwen.Celine sudah melihat karya peserta ini.Meski gambarnya agak kasar seperti digambar dengan buru-buru, desainnya adalah yang paling bagus di antara yang lainnya.Dia ingin orang ini berpartisipasi di babak final.Namun, orang ini hanya mengisi satu nomor telepon.Kalau telepon ini tidak terhubung, berarti tidak ada cara lain untuk menghubunginya.Karena tidak ingin melewatkan orang yang berbakat, Celine mencoba untuk terakhir kalinya.Kali ini, akhirnya panggilan terhubung.Saat panggilan terhubung, dia tidak bicara. Samar-samar, dia bisa mendengar suara napas yang entah kenapa membuat jantung Celine berdebar. Dia sadar kembali dan berkata, "Halo, apakah ini Tuan Tuvin Sarwen?"Suara itu membuat Andreas tertegun.Suara ini .... Kenapa terasa familier? Seakan-akan pernah dengar di mana, seakan-akan dia sang