Meskipun dia memiliki Perusahaan Perhiasan Lily, pesta yang diselenggarakan oleh Perusahaan Perhiasan Nadine tetap berada di luar jangkauannya.Di pesta itu ada begitu banyak sumber daya dan uang.Bukan hanya demikian, kalau dia muncul di pesta itu dengan mendompleng status sebagai ayah Celine, bukankah kelak dia akan terkenal di dunia bisnis perhiasan?Bastian masih menyusun siasat di dalam hati dan kembali ke rumah dengan gembira.Begitu tiba di rumah, dia segera berpesan pada Sarah untuk mempersiapkan baju pestanya.Dia pasti akan pergi ke pesta itu untuk mendapatkan pamor.Lily turun dari lantai atas. Dia merasa kesal karena tidak bisa menemukan cara untuk bisa menghadiri pesta Celine. Hatinya benar-benar kacau. Begitu melihat benda yang ada di tangan Bastian, wanita itu pun tertegun."Benda apa ini?"Lily segera mendekati Bastian.Begitu melihat tulisan undangan di benda itu, mata Lily langsung bersinar ketika berkata, "Dari mana Ayah mendapatkannya?"Kemarin dia bisa pergi mengha
Pesta itu akan diadakan di vila Keluarga Nadine yang berada di kota.Celine baru datang ke tempat ini untuk pertama kalinya.Sebagai tokoh utama dalam pesta tersebut, Tuan Richard sudah mendatangkan tim untuk merias Celine.Gaun pesta Celine hari ini adalah edisi terbatas dari desainer terkenal sebuah negara. Gaun itu akan dipadu dengan beberapa koleksi perhiasan yang sengaja didatangkan Tuan Richard dari Kota Mastika dalam waktu satu malam.Celine melihat beberapa set perhiasan tersebut merupakan koleksi barang antik."Semua ini terlalu mahal." Celine langsung bisa mengetahui harga dari perhiasan-perhiasan tersebut.Ada dua set perhiasan yang harganya bisa dideskripsikan dengan "Sangat fantastis".Kalau Celine memakainya dan rusak atau andaikan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, Celine tidak akan mungkin bisa menggantinya meskipun harus menjual diri.Hansen melihat wanita itu seperti takut bisa merusak koleksi perhiasan itu hanya dengan melihatnya. Pria itu pun tersenyum dan berka
Andreas malah mengerutkan dahinya dan menghela napas.Andreas bahkan tidak pernah merasa segugup ini ketika berada dalam pertemuan yang sangat besar.Hari ini, Andreas kesulitan membuat keputusan untuk masuk ke sebuah pesta jamuan.Apakah ini adalah Tuan Jayadi yang selalu mengambil keputusan dengan cepat?"Tuan, bagaimana kalau kita pulang saja?" Owen yang sudah tidak tahan akhirnya mengajukan sebuah saran dengan hati-hati.Begitu Owen mengatakannya, Andreas langsung melontarkan tatapan sinis kepada pria itu.Pulang?Ide busuk apa ini!Kalau dia tidak muncul, Celine pasti akan kecewa.Dia tidak mau Celine kecewa padanya."..." Owen langsung menelan ludah.Sepertinya, dia sudah salah menebak isi hati sang tuan.Setelah menarik napas, Owen jadi lebih percaya diri. Nyalinya jadi lebih besar ketika mengatakan, "Tuan, kalau begitu kita turun dari mobil."Ketika Owen mengatakannya, dia sudah turun dari mobil dan membukakan pintu untuk Andreas dengan penuh perhatian."Tuan ...." Owen meletak
Kalau orang lain yang melakukan hal seperti ini padanya, Carla pasti sudah murka.Akan tetapi sosok pria yang ada di hadapannya ini membuat Carla tetap harus menyambutnya dengan ramah meskipun berada dalam situasi canggung."Oh! Aku adalah Nona dari Keluarga Nadine dan kakekku adalah ...." Carla belum menarik tangannya dan melanjutkan perkenalan dirinya.Wanita itu merasa bahwa CEO dari Perusahaan Angkasa tentu akan memberi muka kepadanya jika tahu bahwa dia adalah Nona besar dari Keluarga Nadine.Akan tetapi sebelum dia menyelesaikan perkataannya, Albert malah bersuara, "Kamu datang dari panti asuhan. Bagaimana mungkin kamu adalah Nona besar?"Carla, "..."Asisten wanita yang ada di samping, "..."Setiap kali tuannya bersemangat, mulutnya jadi begitu kasar. Kalau bukan karena ada Perusahaan Angkasa di belakangnya, dia pasti sudah dihabisi dan rumput di makamnya sudah tinggi sekali.Asisten wanita itu sadar bahwa Carla sudah merasa sangat dipermalukan.Asisten itu pun segera berkata, "
Begitu melihat Alvin, Hansen lantas mengangguk dengan sopan.Dia mengalihkan tatapannya ke arah Celine, sorot matanya terlihat sangat lembut ketika berkata, "Kakek sudah turun. Ayo kita ke sana."Ketika mengatakannya, Hansen bermaksud untuk menggandeng tangan Celine.Di pesta hari ini, Celine adalah cucu dari Keluarga Nadine. Hansen adalah kakak tertuanya. Jadi, Celine tidak perlu menghindarinya. Ketika wanita itu memeluk tangan Hansen dan berbalik, dia pun berkata pada Alvin, "Ayo jalan! Kita sama-sama!"Alvin melihat ke arah Hansen dan tersenyum, "Lebih baik aku menenangkan diriku sebentar."Ketika melihat punggung Hansen dan Celine, Alvin pun mengangkat pundaknya.Ketika berada di kediaman Sugito, orang-orang itu sengaja mempersulit Celine. Meskipun mereka tidak mengatakan alasannya, Alvin samar-samar sudah mengetahuinya.Orang-orang itu menganggap hubungan Celine dan Hansen bukan hubungan biasa. Mereka cemas Celine menghalangi hubungan kakaknya dengan Hansen.Hanya saja kalau Alvin
Ketika Albert menanyakan pertanyaan tersebut, dia jadi teringat pada seseorang.Di saat yang bersamaan, matanya pun melihat sosok tersebut.Dia adalah Carla."Benar! Orang itu berada di Kota Binara dan kalau dilihat dari emailnya, dia sepertinya sangat serius ingin membeli berlian merah itu. Sayang ...." Sayang sekali Pak Albert tidak bermaksud untuk menjual berlian tersebut.Asisten wanita itu belum menyelesaikan perkataannya. Albert sudah berjalan ke arah Carla yang berada di dalam kerumunan.Padahal hari ini tuan rumah acaranya adalah Keluarga Nadine. Hansen dan Celine berada di sisi Tuan Richard. Para tamu juga sibuk mengelilingi mereka. Akan tetapi, Nona Carla malah kelihatan seperti tamu yang datang untuk melihat-lihat.Sorot mata dari tamu yang datang untuk melihat-lihat ini juga tidak terlihat bersahabat."Apa kamu kagum pada Nona Celine?" Suara Albert tiba-tiba saja terdengar di samping Carla.Mungkin karena terlalu fokus, Carla baru menyadari keberadaan Albert."Kagum? Celine
"Terima kasih ... terima kasih Pak Albert." Carla bersemangat sekali ketika mengatakannya.Albert lantas meliriknya dan tatapannya pun terus melihat ke arah jamuan pesta seperti sedang mencari seseorang."Nggak usah berterima kasih. Kamu bilang ingin membelinya dengan harga yang sangat tinggi. Kuharap kamu nggak sayang dengan uang itu." Setelah Albert mengatakannya dia langsung pergi.Pria itu kembali ke sisi asisten wanitanya dan sang asisten pun berkata, "Kamu menjual berlian merah kepadanya?"Albert hanya diam.Tempat Carla berdiri terpisah sejauh segelintir orang dari mereka. Tadi asisten wanita ini sama sekali tidak mendengar percakapan Albert dan Carla.Albert melihat asistennya."Kenapa? Pak Albert juga nggak kekurangan uang." Asisten wanita itu lantas meneguk anggurnya.Saat itu, wanita itu berbicara dengan Albert tidak seperti seorang asisten yang berbicara dengan bosnya. Dia seperti seseorang yang berada di level yang sama dengan Albert.Albert selalu merasa bahwa wanita ini
Bastian pun tertegun sejenak. Celine pun menatapnya. Bastian tidak berani berbohong dan membalas, "Bukan!""Kalau begitu siapa yang menyuruhmu datang?" Suara Tuan Richard perlahan-lahan mulai meninggi.Di saatnya bersamaan, pria itu pun melihat ke sebuah arah.Sorot mata pria itu membuat hati Carla gemetar. Wanita itu takut kalau Bastian malah menyebut namanya."Aku ... aku." Bastian tidak berani mengungkap nama Carla. Dia pun melihat ke arah Celine dengan tatapan iba, "Celine ...."Pria itu berharap agar Celine bisa membantunya.Dia yakin asalkan Celine buka mulut, Tuan Richard pasti tidak akan mendesaknya dan bahkan akan memberinya sedikit muka.Celine hanya mengerutkan dahinya. Dia tidak ingin merusak atmosfer pesta tersebut.Akan tetapi, dia sudah tahu tujuan dari Bastian. Jadi, dia tidak mungkin membiarkan pria ini mendompleng nama besar Keluarga Nadine untuk melakukan aksi penipuan.Celine mengangkat gelas anggurnya dan tersenyum pada orang-orang yang ada di pesta sambil mengatak
Benar ada Tuan Andreas!Dia tahu, suami istri biasanya pasti baikan, apalagi Tuan Andreas dan istrinya.Meski dia sudah sering melihat orang-orang yang suka selingkuh, Tuan Andreas dan istrinya benar-benar saling mencintai.Seperti yang dia duga, baru beberapa saat saja Tuan Andreas sudah menemukan lokasi Nyonya dan datang ke sini untuk berbaikan.Manajer itu berlari menghampiri Andreas dan berkata, "Tuan Andreas kenapa ada di sini?"Bukannya harusnya pergi ke kamar?Melihat Andreas mengernyit, dia akhirnya mengerti. "Tuan nggak bawa kartu kamar? Tuan, ini ...."Manajer itu menyerahkan sebuah kartu kepada Andreas dengan penuh hormat.Andreas melihat kartu itu, tapi tidak mengambilnya.Manajer pun terdiam.Kemudian, tiba-tiba dia terpikirkan sesuatu. "Tuan jangan salah paham, kartu ini biasanya hanya dipakai waktu keadaan darurat. Tuan tenang saja, staf hotel kami nggak akan masuk ke kamar tamu sembarangan."Andreas bingung.Namun, orang ini memanggilnya "Tuan Andreas".Dilihat dari eks
Mata Celine bergetar.Orang-orang bisa melihat betapa Andreas mencintainya. Teringat dengan kenangan-kenangan masa lalu, Andreas memang sangat mencintai dia."Aku mana mungkin marah padanya." Dia juga sangat mencintai Andreas!Dia ingin sekali Andreas bisa langsung muncul di hadapannya.Manajer tidak mengerti dengan ekspresi di wajah Celine, dia pun segera turun untuk meminta orang mengantarkan buah-buahan untuk Celine.Langit perlahan-lahan berubah gelap.Di luar Hotel Binara.Di sebuah mobil biasa yang berhenti di tepi jalan, Lala sedang mencengkeram setir mobil sambil melihat Andreas turun dari sebuah mobil lalu berjalan masuk ke hotel.Melihat sosok Andreas yang tidak terlihat lagi, cengkeraman Lala semakin kuat.Andreas ....Dia jelas-jelas tidak suka dengan acara seperti ini, tapi hari ini dia malah menghadiri pesta ini.Selama dua hari ini, Lala memperhatikan semua gerak-gerik Andreas. Dia yakin kalau Celine tidak tahu Andreas ada di Binara, sementara Andreas kalaupun melihat Ce
Perasaan itu terus berputar di hati Celine untuk sekian lama.Sampai waktu Dylan dan Albert datang lalu melihat raut wajahnya yang pucat."Celly, kamu kenapa? Nggak enak badan?" Albert segera maju dan mengamati Celine dengan ekspresi khawatir.Sejak Celine datang ke Binara, meski mereka selalu menjaganya dengan hati-hati dan biasanya juga tidak ada yang aneh, Celine sedang hamil, mereka tetap tidak boleh lengah."Aku nggak apa-apa, mungkin semalam tidurnya nggak nyenyak."Celine berusaha tersenyum, rasa depresi dan tidak berdaya di dalam mimpi masih terasa, jadi senyumannya terlihat sangat terpaksa.Dylan dan Albert langsung menyadarinya.Mana mungkin tidak apa-apa?Albert juga tahu jelas alasannya. Sampai sekarang masih belum ada kabar tentang Andreas, dia tidak tega bertanya lagi."Celly, hari ini kamu istirahat saja di rumah."Begitu Albert selesai bicara, Celine langsung teringat dengan babak final Kompetisi Desain Perhiasan Nasional. "Nggak bisa, aku harus ke kantor.""Di kantor m
"Bantu aku!"Nadanya sudah tidak memohon seperti tadi, malah terdengar seperti memerintah.Suasana seketika hening.Ekspresi "Master Gion" berubah-ubah, sementara wajah Lala terlihat dingin dan bertekad, seakan-akan sedang menekan seorang bawahannya.Dia sebenarnya harus langsung setuju, tapi dia akhirnya bertanya lagi. "Apakah kamu sudah memikirkannya baik-baik?"Mata Lala pun bergetar.Setelah terdiam beberapa saat, Lala mengangguk dengan tegas. "Aku hanya punya pilihan ini, aku nggak bisa kehilangan dia. Cuma sekali ini saja, hari ke luar negerinya sudah ditentukan. Setelah keluar negeri, semuanya akan baik-baik saja."Dia tidak percaya Celine bisa mencari sampai ke luar negeri.Kalaupun pusat bisnis Keluarga Tjangnaka ada di luar negeri, tapi dunia ini sangat luas, dia pasti bisa menghindari mereka. Selain itu, orang-orang dia juga di luar negeri."Nona, aku mengerti. Ini terakhir kalinya, setelah ini, aku benar-benar mau pensiun. Aku sudah tua, sudah nggak bisa kerja keras."Pangg
Pengemis itu tidak marah dengan sikap Lala yang jijik padanya.Di bawah rambut berantakan dan bau, pengemis itu tersenyum puas lalu berbalik pergi.Waktu dia menabrak Lala, dia sudah memberikan kertas itu padanya.Sekarang, dia tinggal menunggu Lala melihatnya.Muncul kilatan sinar di mata Lily, lalu segera berjalan kembali ke tempatnya.Lala ditabrak lumayan kuat.Waktu dia berdiri, hatinya tetap kesal. Melihat pengemis yang sudah pergi itu, Lala bahkan merasa jijik mau memarahinya.Andreas sudah pergi.Lala segera memanggil sebuah taksi untuk pulang.Lampu di kamar Andreas menyala. Lala berdiri lama di depan pintu, tapi akhirnya tidak masuk. Waktu dia kembali ke kamarnya untuk ganti baju, tiba-tiba di sakunya keluar sebuah kertas yang diremas.Kertas itu sangat berantakan, bahkan sedikit bau busuk.Ini bukan miliknya!Lala refleks teringat dengan pengemis yang menabraknya tadi.Ini dari pengemis itu!Kenapa pengemis itu menaruh kertas ini di sakunya?Lala membuka kertas itu, waktu di
Di kegelapan malam, sosok pengemis itu terlihat kotor dan bau. Orang-orang yang melihatnya refleks menghindar.Dia berjalan terhuyung-huyung ke satu arah.Di benaknya terus terngiang-ngiang informasi yang baru saja dia dengar. Hamil .... Celine hamil .... Hamil anak Andreas.Kenapa .... Kenapa dia seberuntung itu?Pantas saja Albert dan Dylan juga datang ke sini.Terus Andreas dan ....Bukan, ada yang salah.Lily tiba-tiba teringat dengan sosok itu.Orang itu jelas-jelas sedang mengikuti Tuan Andreas.Lala ... sedang menguntit Tuan Andreas?Seakan-akan mengetahui sesuatu, Lily langsung berjalan dengan terburu-buru. Tatapannya yang tadinya tidak fokus jadi cerah, dia mencari-cari ke sekitar sambil terus berjalan maju.Dia mencari-cari ingin menemukan orang itu.Namun, setelah sekian lama, dia tetap tidak menemukannya.Sampai dia melihat bar yang tidak jauh di depannya.Bar Artemis.Ada ingatan-ingatan yang muncul di benaknya, membuatnya menghentikan langkahnya.Sebelum dia sempat berpik
Selama beberapa hari, Andreas terus mengingat ulang adegan yang tiba-tiba muncul di benaknya waktu itu.Namun, tidak peduli seberusaha apa pun dia, adegan yang rusak itu tetap tidak bisa disatukan sampai sempurna.Akan tetapi, semakin hancur adegan itu, dia semakin ingin mencari tahu apa itu.Semakin dia memikirkannya, kepalanya semakin sakit.Kepalanya seperti mau meledak, tapi satu-satunya hasil adalah gambar yang dia gambar di kertas.Lebih tepatnya, gambar desain sepasang cincin.Dia teringat dengan telepon hari itu, sepertinya ada sebuah kekuatan yang mendorongnya, di otaknya ada sebuah pikiran yang terus menjadi semakin jelas.Dia mau mengikuti babak final dengan desain ini!Andreas pergi ke Perusahaan Perhiasan Nadine untuk mengumpulkan gambar desain ini.Setelah itu, dia jalan-jalan tanpa tujuan sampai malam. Tanpa dia sadari, dia lagi-lagi tiba di Bar Artemis.Lala terus mengikutinya.Namun, dia tidak tahu, waktu dia melewati alun-alun yang paling ramai di Binara, ada seseoran
Semakin Andreas tidak menjawab, Lala semakin menginginkan sebuah jawaban.Andreas mulai merasa kesal, teringat dengan suara di telepon tadi, tanpa dia sadari dia berkata, "Undangan babak final Kompetisi Desain Perhiasan Nasional."Lala jelas terlihat terkejut. "Kamu ... lolos babak awal?"Andreas tidak menjawab.Lala tetap merasa gelisah. "Kak, kamu mana ada waktu ikut final? Katanya babak final kompetisi ini nggak hanya harus desain, tapi harus merealisasikan desain itu lalu membawanya ke babak final. Kak, kamu nggak pernah membuat perhiasan ...."Lala ingin membujuknya untuk menyerah.Tiba-tiba, sebuah adegan muncul di benak Andreas.Dia ingin menangkapnya, tapi adegan itu bagaikan sebuah gelembung busa, seketika hilang tanpa jejak. Setelah itu, Andreas merasa kepalanya nyeri."Kak, kalau nggak kita pergi lebih cepat saja. Aku dengar di luar negeri ...."Suara Lala masih terdengar di kamar, Andreas berusaha menahan kekesalannya, tapi akhirnya dia menyela, "Keluar."Lala tertegun.Dia
Di Perusahaan Perhiasan Nadine.Celine sudah berkali-kali menelepon nomor yang sama, tapi tidak diangkat.Dia melihat data peserta yang masuk ke babak final di depannya.Tuvin Sarwen.Celine sudah melihat karya peserta ini.Meski gambarnya agak kasar seperti digambar dengan buru-buru, desainnya adalah yang paling bagus di antara yang lainnya.Dia ingin orang ini berpartisipasi di babak final.Namun, orang ini hanya mengisi satu nomor telepon.Kalau telepon ini tidak terhubung, berarti tidak ada cara lain untuk menghubunginya.Karena tidak ingin melewatkan orang yang berbakat, Celine mencoba untuk terakhir kalinya.Kali ini, akhirnya panggilan terhubung.Saat panggilan terhubung, dia tidak bicara. Samar-samar, dia bisa mendengar suara napas yang entah kenapa membuat jantung Celine berdebar. Dia sadar kembali dan berkata, "Halo, apakah ini Tuan Tuvin Sarwen?"Suara itu membuat Andreas tertegun.Suara ini .... Kenapa terasa familier? Seakan-akan pernah dengar di mana, seakan-akan dia sang