"Hei! Bangun!"Celine pun mendorongnya beberapa kali. Dia berusaha menyingkirkan tubuh beserta lengan yang menahan bagian bawah tubuhnya. Akan tetapi, setiap usahanya berakhir sia-sia.Celine sempat merasa bahwa Andreas memang sengaja. Akan tetapi, pria itu memejamkan matanya dan aroma alkohol juga tercium oleh Celine. Pria ini sepertinya memang mabuk dan pingsan.Setelah beberapa usaha itu, Celine akhirnya menyerah.Jadi dia pun memutuskan untuk memejamkan matanya. Tidak lama kemudian Celine pun tertidur.Begitu mendengar suara napas teratur Celine, Andreas baru membuka matanya.Matanya terlihat sangat jernih dan tidak seperti orang mabuk.Tadi, Andreas sudah pura-pura mabuk.Sepertinya hanya cara ini yang bisa dia gunakan supaya dia bisa berada di sisi Celine untuk sementara waktu....Pagi hari keesokannya, Celine terbangun. Suami nomor satunya sedang berbaring di sisinya. Lalu dia sendiri juga menggunakan lengan pria itu sebagai bantalnya. Sesaat, Celine sempat salah kaprah dan men
Ketika Celine masuk, dia tahu bahwa hari ini mereka menyuruhnya datang karena ingin mengeroyoknya.Kalau Celine tidak bisa menahan diri, dia hanya bisa melawan.Celine pun memilih untuk melawan.Karena sudah memilih akan melawan, Celine tidak akan segan-segan.Benar saja! Begitu dia menyerang dengan kalimat itu, wajah semua orang yang ada di sana sudah berubah geram.Reza adalah orang pertama yang mengamuk dan berkata, "Celine, siapa yang kamu bilang sampah?"Sarah diam-diam mengepalkan tinjunya dan menarik lengan baju Bastian."Bastian, lihatlah dia! Lily sangat baik. Berani sekali dia mengatai Lily seperti itu. Sekarang Lily sedang berada di lantai atas. Lily baru saja mengalami trauma yang sangat berat. Kalau dia sampai mendengar orang lain merendahkannya seperti ini, dia pasti akan sangat sedih."Bastian sangat tidak tahan melihat putri kesayangannya terluka.Ingin sekali rasanya pria itu menampar wajah Celine.Hanya saja setelah mengingat tujuan mereka hari ini, Bastian sementara
"Nenek Ratna ...."Lily yang lemah melihat Nyonya Ratna.Melihat tatapan merendahkan Nyonya Ratna, Lily tiba-tiba saja merasa menyesal.Hari ini pagi-pagi sekali Nyonya Ratna dan Reza sudah datang untuk menjenguknya.Setelah mengetahui Lily keguguran, sikap Nyonya Ratna padanya pun menjadi semakin dingin. Ketika mengingat bagaimana Nyonya Ratna tidak pernah menganggapnya ketika berada di kediaman Linoa, Lily tidak bisa terima.Meskipun dia tidak ingin menikah dengan Reza, dia ingin membuat Nyonya Ratna tahu bahwa dia sangat baik.Makanya, dia pun meminta ayahnya untuk mendatangkan Celine.Dia memang ingin bersandiwara di hadapan Celine untuk menunjukkan bahwa dirinya sangat baik dan pengertian.Hanya saja, dia tidak menyangka Celine malah bicara sembarangan.Menyebalkan sekali!"Lily, anak itu sudah nggak ada. Kamu harus menjaga kesehatanmu. Kamu masih muda. Kelak kamu masih punya banyak kesempatan untuk memiliki anak." Perkataan Nyonya Ratna memiliki maksud tertentu.Selain Reza, semu
Pemakaman.Celine berdiri di depan batu nisan.Begitu langit berubah gelap, hujan pun turun.Andreas yang diam-diam menunggu di luar pemakaman juga tidak peduli lagi. Pria itu langsung memayungi Celine.Hujan yang turun menerpa tubuh Celine. Sebelum rambut Celine basah, Andreas langsung memayunginya.Celine memalingkan wajahnya dan menemukan suami nomor satunya. Dia kaget, tapi tidak banyak bicara.Hujan semakin deras. Air yang menetes ke payung menimbulkan suara. Di udara hanya terdengar suara rintik air hujan.Setelah tengah malam, hujan sudah berhenti dan Celine pun meninggalkan tempat itu.Dia tetap tidak kembali ke kota, tapi memesan dua kamar di hotel terdekat di sana.Celine masuk ke dalam kamar tanpa mengatakan apa pun, lalu menutup pintunya. Dari tadi, Andreas terus mengikutinya seperti dia adalah istri wanita itu.Setelah Celine dan dia berpisah, Andreas pun menghubungi Owen."Suruh Organisasi Swastamita untuk menyelidiki kematian Aurora Nadine ...." Andreas hampir melupakan
Ada banyak orang di sampingnya yang langsung melihat ke arah Celine.Akan tetapi, sekarang Celine tidak peduli pada sekelompok orang itu. Dia kembali menghitung angka nol yang ada di dalam layar tersebut dan menutup mulutnya dengan kaget.Dua triliun!Jumlahnya benar-benar dua triliun!Dari mana uang sebanyak ini berasal?Reaksi kaget wanita itu berubah menjadi rasa terkejut."Telah terjadi sesuatu!" Celine menyimpan ponselnya dan memberi tahu suami nomor satu yang duduk di depannya, "Aku ada urusan. Aku pergi dulu."Celine ingin pergi ke bank untuk mencari tahu tentang bagaimana uang ini bisa muncul.Ketika Celine hendak pergi, Andreas langsung menariknya.Tadi, dia sudah menyaksikan semua reaksi Celine. Sekarang, dia pun tersenyum.Andreas membawa Celine duduk dan bertanya, "Ada masalah apa sampai kamu begitu panik? Bukankah hari ini adalah hari peringatan kematian mendiang ibu? Kita sarapan dulu. Setelah itu, kita beli bunga untuk mengunjungi makam ibu kita."Celine, "..."Ibu kita?
"Kamu yang mengatakannya dan aku menuliskannya. Kamu sendiri yang membubuhkan cap jarimu di atas sana. Apa kamu curiga bahwa aku memalsukan kesepakatan ini?"Ketika berbicara, sorot mata Andreas terlihat gelap, "Sudah kubilang! Tunggu dulu sampai kamu sadar untuk membicarakan masalah kesepakatan. Siapa sangka kamu malah mencurigaiku. Sudahlah! Karena kamu nggak mau mengakuinya, kalau begitu koyak saja kesepakatan itu. Tanpa kesepakatan itu aku juga bisa membantumu."Andreas pun segera mengambil kesepakatan yang ada di tangan Celine.Wajah tampan pria itu terlihat sangat terluka.Rasanya seperti Celine sudah memfitnah dirinya.Menyaksikannya, rasa bersalah pun merayap di dalam hati Celine. Saat itu, dia merasa seperti sudah melakukan sebuah dosa yang sangat besar.Padahal, Andreas hanya ingin membantunya. Dia malah mencurigai Andreas.Apalagi, dia juga harus membayar 1 triliun yang diminta oleh Lily. Sekarang, dia benar-benar membutuhkan uang.Mungkin kenyataannya memang seperti yang di
Setelah memberikan perintah tersebut, wajah Andreas sudah kembali normal ketika dia berjalan ke arah Celine."Ayo! Kita beli bunga untuk ibu kita!" Andreas segera menggandeng tangan Celine.Celine pun tertegun sejenak.Ibu kita?"Dia ibuku!" suara Celine sangat tegas ketika mengoreksinya.Andreas hanya tersenyum dan membalas, "Benar! Ibumu ...."Bukankah ibu wanita ini adalah ibunya juga?Jadi, dia tidak salah menggunakan panggilan ibu kita.Mereka berdua sudah tiba di pemakaman. Andreas meletakkan bunga di depan batu nisan. Ada foto wanita yang sangat cantik di batu nisan tersebut.Lalu mata Celine sangat persis dengan mata wanita itu.Lebih tepatnya lagi, Andreas pernah bertemu dengan beberapa orang yang memiliki mata yang sama dengan wanita di dalam foto tersebut selain Celine.Akan tetapi, Andreas tidak berpikir terlalu jauh.Kedua orang itu pun berdiam di sana untuk waktu yang sangat lama. Begitu senja tiba, mereka baru kembali ke kota.Andreas mengantarkan Celine kembali ke Kompl
Tuan Richard lantas bergumam, "Marganya Nadine. Nadine ...."Mata Tuan Richard pun berubah sedikit lebih gelap.Bukan dia.Putrinya itu dulu pernah bersumpah bahwa seumur hidupnya, namanya adalah Linda Marni. Meskipun dia disambar petir, dia tidak akan menggunakan marga Nadine.Jadi, ibu anak ini jelas bukanlah Linda.Tuan Richard lantas menarik napas dan menyingkirkan kekecewaan yang ada di dalam hatinya. Pria itu melihat Celine dan berkata, "Di mana ibumu?"Sudut bibir Celine pun bergerak-gerak ketika menjawab, "Dia sudah meninggal."Tuan Richard pun tertegun sejenak. Dia sepertinya tidak menyangka jawabannya seperti itu.Pria itu menatap Celine dengan sorot mata sedih. Setelah itu, dia menarik pergelangan tangan Celine dan berkata, "Sini! Ayo duduk!""Putriku dan ibumu punya tanggal lahir yang sama. Ini disebut jodoh. Mungkin kita bisa berjumpa juga karena jodoh. Bagaimana kalau kita bersama-sama merayakan ulang tahun mereka? Pas sekali kita punya kue." Tuan Richard pun mengusulkan