Pemakaman.Celine berdiri di depan batu nisan.Begitu langit berubah gelap, hujan pun turun.Andreas yang diam-diam menunggu di luar pemakaman juga tidak peduli lagi. Pria itu langsung memayungi Celine.Hujan yang turun menerpa tubuh Celine. Sebelum rambut Celine basah, Andreas langsung memayunginya.Celine memalingkan wajahnya dan menemukan suami nomor satunya. Dia kaget, tapi tidak banyak bicara.Hujan semakin deras. Air yang menetes ke payung menimbulkan suara. Di udara hanya terdengar suara rintik air hujan.Setelah tengah malam, hujan sudah berhenti dan Celine pun meninggalkan tempat itu.Dia tetap tidak kembali ke kota, tapi memesan dua kamar di hotel terdekat di sana.Celine masuk ke dalam kamar tanpa mengatakan apa pun, lalu menutup pintunya. Dari tadi, Andreas terus mengikutinya seperti dia adalah istri wanita itu.Setelah Celine dan dia berpisah, Andreas pun menghubungi Owen."Suruh Organisasi Swastamita untuk menyelidiki kematian Aurora Nadine ...." Andreas hampir melupakan
Ada banyak orang di sampingnya yang langsung melihat ke arah Celine.Akan tetapi, sekarang Celine tidak peduli pada sekelompok orang itu. Dia kembali menghitung angka nol yang ada di dalam layar tersebut dan menutup mulutnya dengan kaget.Dua triliun!Jumlahnya benar-benar dua triliun!Dari mana uang sebanyak ini berasal?Reaksi kaget wanita itu berubah menjadi rasa terkejut."Telah terjadi sesuatu!" Celine menyimpan ponselnya dan memberi tahu suami nomor satu yang duduk di depannya, "Aku ada urusan. Aku pergi dulu."Celine ingin pergi ke bank untuk mencari tahu tentang bagaimana uang ini bisa muncul.Ketika Celine hendak pergi, Andreas langsung menariknya.Tadi, dia sudah menyaksikan semua reaksi Celine. Sekarang, dia pun tersenyum.Andreas membawa Celine duduk dan bertanya, "Ada masalah apa sampai kamu begitu panik? Bukankah hari ini adalah hari peringatan kematian mendiang ibu? Kita sarapan dulu. Setelah itu, kita beli bunga untuk mengunjungi makam ibu kita."Celine, "..."Ibu kita?
"Kamu yang mengatakannya dan aku menuliskannya. Kamu sendiri yang membubuhkan cap jarimu di atas sana. Apa kamu curiga bahwa aku memalsukan kesepakatan ini?"Ketika berbicara, sorot mata Andreas terlihat gelap, "Sudah kubilang! Tunggu dulu sampai kamu sadar untuk membicarakan masalah kesepakatan. Siapa sangka kamu malah mencurigaiku. Sudahlah! Karena kamu nggak mau mengakuinya, kalau begitu koyak saja kesepakatan itu. Tanpa kesepakatan itu aku juga bisa membantumu."Andreas pun segera mengambil kesepakatan yang ada di tangan Celine.Wajah tampan pria itu terlihat sangat terluka.Rasanya seperti Celine sudah memfitnah dirinya.Menyaksikannya, rasa bersalah pun merayap di dalam hati Celine. Saat itu, dia merasa seperti sudah melakukan sebuah dosa yang sangat besar.Padahal, Andreas hanya ingin membantunya. Dia malah mencurigai Andreas.Apalagi, dia juga harus membayar 1 triliun yang diminta oleh Lily. Sekarang, dia benar-benar membutuhkan uang.Mungkin kenyataannya memang seperti yang di
Setelah memberikan perintah tersebut, wajah Andreas sudah kembali normal ketika dia berjalan ke arah Celine."Ayo! Kita beli bunga untuk ibu kita!" Andreas segera menggandeng tangan Celine.Celine pun tertegun sejenak.Ibu kita?"Dia ibuku!" suara Celine sangat tegas ketika mengoreksinya.Andreas hanya tersenyum dan membalas, "Benar! Ibumu ...."Bukankah ibu wanita ini adalah ibunya juga?Jadi, dia tidak salah menggunakan panggilan ibu kita.Mereka berdua sudah tiba di pemakaman. Andreas meletakkan bunga di depan batu nisan. Ada foto wanita yang sangat cantik di batu nisan tersebut.Lalu mata Celine sangat persis dengan mata wanita itu.Lebih tepatnya lagi, Andreas pernah bertemu dengan beberapa orang yang memiliki mata yang sama dengan wanita di dalam foto tersebut selain Celine.Akan tetapi, Andreas tidak berpikir terlalu jauh.Kedua orang itu pun berdiam di sana untuk waktu yang sangat lama. Begitu senja tiba, mereka baru kembali ke kota.Andreas mengantarkan Celine kembali ke Kompl
Tuan Richard lantas bergumam, "Marganya Nadine. Nadine ...."Mata Tuan Richard pun berubah sedikit lebih gelap.Bukan dia.Putrinya itu dulu pernah bersumpah bahwa seumur hidupnya, namanya adalah Linda Marni. Meskipun dia disambar petir, dia tidak akan menggunakan marga Nadine.Jadi, ibu anak ini jelas bukanlah Linda.Tuan Richard lantas menarik napas dan menyingkirkan kekecewaan yang ada di dalam hatinya. Pria itu melihat Celine dan berkata, "Di mana ibumu?"Sudut bibir Celine pun bergerak-gerak ketika menjawab, "Dia sudah meninggal."Tuan Richard pun tertegun sejenak. Dia sepertinya tidak menyangka jawabannya seperti itu.Pria itu menatap Celine dengan sorot mata sedih. Setelah itu, dia menarik pergelangan tangan Celine dan berkata, "Sini! Ayo duduk!""Putriku dan ibumu punya tanggal lahir yang sama. Ini disebut jodoh. Mungkin kita bisa berjumpa juga karena jodoh. Bagaimana kalau kita bersama-sama merayakan ulang tahun mereka? Pas sekali kita punya kue." Tuan Richard pun mengusulkan
Suara tendangan dan pukulan mengiringi teriakan Bastian. Setelah berlangsung cukup lama, mereka baru berhenti.Kalau bukan karena Andreas mulai merindukan Celine, Andreas tentu masih ingin melanjutkan perundungan ini.Andreas pun mengibaskan tangannya."Sudah!" Owen meminta pengawal untuk berhenti.Setelah itu, dia pun keluar dari ruangan bersama dengan Andreas."Tuan, bagaimana kita membereskannya?" tanya Owen dengan hati-hati.Andreas merapikan lengan bajunya dan tersenyum ringan, lalu berkata, "Lemparkan saja ke sebuah tempat. Dia tahu jalan pulang. Selain itu ...."Andreas teringat pada Celine yang sudah mengirimkan satu triliun kepada Bastian.Organisasi Swastamita memiliki cara supaya Bastian memberikan satu triliun tersebut. Dia tidak mau Bastian tahu bahwa kejadian malam ini ada hubungannya dengan Celine.Setelah mengerutkan dahinya, Andreas tiba-tiba saja sudah punya ide."Gunakan umpan nama Tuan Jayadi agar Bastian masuk ke dalam pasar saham."Pria itu sudah mengambil satu tr
"Baiklah!"Setelah cukup lama, Celine pun membalas perkataan Andreas seperti berjanji padanya.Lampu di ruang IGD masih menyala.Andreas menanyakan apa yang telah terjadi. Pria itu kemudian melakukan panggilan telepon untuk mendatangkan dokter-dokter ternama dari Rumah Sakit Gladius.Setelah melewati proses di Instalasi Gawat Darurat, pria tua itu akhirnya sudah sadar.Pria itu langsung dibawa ke ruang perawatan intensif. Celine baru menyelesaikan prosedur administrasi rumah sakit. Hansen sudah muncul di tempat itu.Di ruang pasien, Andreas langsung mengenali Tuan Richard setelah melihatnya terbaring di ranjang.Dia tidak menyangka Tuan Richard sampai datang ke Kota Binara.Dia lebih tidak menyangka bahwa pria tua yang makan kue ulang tahun bersama dengan Celine untuk merayakan ulang tahun putrinya adalah Tuan Richard."Kakek!"Hansen pun masuk dengan tergesa-gesa. Dia melihat sosok yang terbaring dan memejamkan matanya, lalu bergumam. Akan tetapi, tidak ada reaksi apa pun.Setelah mem
Hansen dan Carla sama-sama tertegun.Mereka berdua saling bertukar pandang. Carla masih bingung dengan \apa yang telah terjadi.Ketika dia ingin memberi tahu Tuan Richard bahwa dia memang adalah cucunya,Tuan Richard tiba-tiba saja merasa panik dan berkata, "Ada apa? Apa kamu nggak mau? Ada banyak sekali keuntungan yang bisa kamu dapatkan dengan menjadi cucuku."Tuan Richard pun mencoba untuk memancingnya."Baiklah! Aku akan menjadi cucu Kakek ...." Carla mengira kakeknya masih tidak sadar karena penyakitnya sudah kambuh.Jadi, dia pun menuruti keinginan sang kakek.Tuan Richard senang bukan main. Dia segera berpesan pada Hansen."Baiklah! Hansen, pergi dan siapkan sebuah pesta yang mewah agar semua orang tahu bahwa aku sudah menemukannya."Hansen dan Carla juga sudah tahu siapa sosok yang dimaksud oleh kakek mereka ini.Sosok itu adalah Linda.Mau Lala ataupun Carla, mereka bisa memiliki kesempatan untuk menjadi anggota Keluarga Nadine karena mereka memiliki sepasang mata yang persis