Namun pria itu, dengan ketenangan yang tak tergoyahkan, terus menembak. Tak ada rasa panik, hanya determinasi dingin yang tercermin dari tatapannya.“Bantuan akan datang dalam sepuluh menit,” ujar salah satu pengawal dengan napas tersengal, suaranya penuh kekhawatiran.Pria bermata kelabu itu hanya mengangguk singkat, lalu kembali fokus pada serangan yang datang.Peluru dari senjatanya habis.Tanpa tergesa-gesa, ia mengganti magasin dengan gerakan cepat. Di saat yang sama, pengawal di sebelah kirinya tiba-tiba terhuyung.Peluru menembus dadanya, menjatuhkannya seketika. Tanpa waktu untuk merespon, tubuh pengawal itu tersungkur di tanah, darah mengalir membasahi aspal.Pria bermanik kelabu itu mendesah pelan, peluh menitik di dahinya, namun tetap tak menunjukkan ekspresi marah atau cemas.Ketenangannya tetap utuh meski situasi semakin kritis.Ia mengambil posisi di belakang mobil yang sudah hancur, sesekali mengintip untuk mengatur tembakan berikutnya. Setiap tembakan yang ia lepaskan t
Di mansion megah milik James Wayne yang berlokasi di Madison, suasana sore yang tenang tiba-tiba terguncang oleh suara lantang dari televisi.Liliana Wayne sedang duduk di ruang keluarga, menikmati secangkir teh hangat ketika berita yang muncul di layar membuatnya terdiam.Wajahnya yang biasanya tenang, kini berubah menjadi pucat saat membaca headline yang terpampang besar di layar: Kecelakaan Maut di Calaveras, Sunol, Melibatkan Keluarga Konglomerat Ternama.Matanya terpaku pada layar, dan jantungnya berdegup lebih cepat seiring dengan penjelasan yang diberikan oleh para presenter.Berita ini terasa begitu mendadak, menyisakan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban.Di televisi, dua presenter tampak berbicara dengan penuh ketegangan.Seorang pria berkemeja biru gelap dengan rambut hitam rapi, berbicara dengan nada meyakinkan, "Kecelakaan yang melibatkan salah satu keluarga terkaya di Amerika ini telah membuat Calaveras Road ditutup sepenuhnya. Sementara ini, belum ada konfirmasi dar
ReeFellows! Mohon maaf kemarin absen, karena Author sempat drop alias sakit. Hari ini juga agak telat. Maaf yaa...Silakan lanjut baca! Enjoy....=== * * * ===Elara dengan cepat keluar dari vila barunya di Presidio Heights, wajahnya masih memancarkan kepanikan dan kesedihan setelah melihat berita kecelakaan yang diduga melibatkan Arion.Hatinya berdebar kencang, rasa takut merayap di setiap langkahnya.Pati dan Susie langsung meminta Elara bergegas kembali ke Pacific Heights, di mana vila megah Arion itu telah dirancang dengan keamanan tinggi dan memiliki bunker tersembunyi di dalamnya.Meski belum mendapat konfirmasi apapun, Pati dan Susie tahu harus bergerak cepat untuk mengamankan Elara, meski mereka yakin, penyerangan yang terjadi di Sunol memang mengincar bos besar mereka. Arion Ellworth.Saat membuka pintu, Porsche Panamera berwarna midnight blue sudah menunggu di depan, mesin mobil menderu halus siap melaju.Susie langsung mengambil tempat di kursi kemudi. Ia telah mengubah mod
Dari balik sudut jalan, semakin banyak mobil muncul, seolah mereka sudah menyiapkan serangan ini dengan sangat matang.Jumlah mereka jauh lebih banyak daripada yang diharapkan, dan Toba tahu bahwa meskipun dia terus melawan, jumlah mereka terlalu besar.Motor Toba meliuk-liuk di antara mobil-mobil itu, melaju dengan gesit sambil sesekali menembak penghadang yang mencoba mendekat.Salah satu mobil di depannya mencoba memotong jalur, tapi Toba dengan cepat melompat dari sisi kiri ke kanan, menghindari jebakan itu dan melepaskan tembakan ke arah kaca samping, memecahkan kaca mobil lawan.Namun, saat ia mencoba menghalangi satu mobil, dua lainnya muncul di sisi lain.Jumlah mereka terus bertambah, membuat situasi semakin sulit dikendalikan. Sambil mengendalikan motornya dengan lincah, Toba merasakan desakan waktu.Ia harus segera melindungi Elara dan menghentikan laju penghadang, tapi tak ada tanda-tanda bahwa mereka akan berhenti.Di dalam Porsche, Tauristy terus mengemudi dengan cepat, m
Malam di jalan Divisadero itu begitu sunyi dan mencekam.Elara menatap sekeliling dengan jantung yang berdetak keras. Ia, Tauristy dan Toba terjebak dikelilingi oleh belasan pria bertubuh kekar, bersenjata dan berpenutup kepala.Elara dan Tauristy pada akhirnya keluar saat satu SUV dengan RCWS (Remote Controlled Weapon Station) berhenti di dekat mereka.Ancaman mobil bermuatan autocannon seperti itu, tidak bisa mereka hadapi.Tembakan dari M230 Chain Gun, yang menggunakan amunisi kaliber 30mm, memiliki daya hancur yang sangat tinggi dan mampu menembus banyak jenis perlindungan, termasuk kendaraan lapis baja ringan atau kendaraan dengan perlindungan anti peluru standar.Porsche Elara yang dimodifikasi dengan sistem anti peluru dan keamanan tinggi, meskipun dirancang untuk menahan serangan dari senjata api kecil atau senapan serbu, tidak akan mampu bertahan dari tembakan langsung dari M230.Elara lalu memutuskan keluar dari dalam mobil diikuti Tauristy.Kini, Toba dan Tauristy, dua penga
Grand Haven, mansion megah milik keluarga Ellworth, kini dikepung oleh lautan wartawan yang berbaris sepanjang jalan di depan gerbang.Sorotan kamera dan mikrofon dari berbagai media massa tak henti-hentinya diarahkan ke arah pintu utama.Kilauan lampu blitz berkedip dan itu terlihat menyinari malam yang gelap, setiap kali salah satu dari mereka berpikir ada pergerakan di balik pagar tinggi mansion.Wartawan dari berbagai stasiun berita, surat kabar, dan blog online berebut posisi terdepan, berharap mendapatkan pernyataan atau sekadar pandangan sekilas dari dalam.Namun, tidak ada satu pun anggota keluarga atau perwakilan yang keluar untuk memberikan klarifikasi atas insiden yang mengguncang dunia bisnis itu.Di Sacramento, gedung pusat AE Group menghadapi situasi serupa.Depan gedung dipenuhi wartawan yang menunggu dengan penuh harap.Mereka terus mengajukan pertanyaan dan spekulasi kepada setiap orang yang melintas.Kabar tentang kecelakaan besar yang menimpa Arion Ellworth, CEO AE
Satu sosok tegap berdiri di ruangan yang sunyi, cahaya dari jendela kaca besar hanya menyinari sebagian tubuhnya.Rahangnya mengeras, otot-otot di tangannya menegang saat matanya terpaku pada layar ponsel.Pesan yang baru saja diterimanya membuat darahnya mendidih.Tanpa berpikir panjang, ia menggenggam ponsel itu erat, hingga buku-buku jarinya memutih.Dengan gerakan cepat dan penuh emosi, ia membanting ponselnya ke lantai.Suara dentuman keras menggema di seluruh ruangan, membuat beberapa benda di atas meja bergetar. Namun, dentuman itu tak cukup untuk melampiaskan kemarahan yang berkecamuk dalam dirinya.Tanpa sepatah kata pun, sosok itu berbalik, wajahnya gelap dan tegang.Ia melangkah keluar dengan langkah panjang, pintu terbuka lebar seolah takut pada kehadirannya.Di luar, mobil hitam yang megah sudah menunggunya. Ia membuka pintu dengan gerakan kasar, duduk di baik kemudi dan menutup pintu dengan dentuman yang sama kerasnya seperti sebelumnya.Mesin mobil meraung hidup seiring
Di dalam mobil hitamnya yang melaju kencang melalui jalanan malam Los Angeles, Arion duduk diam, namun di dalam dirinya, bara amarah itu terus menyala.Cahaya lampu kota yang berkelebat di luar kaca jendela tak mampu meredakan kegelisahan di dadanya. Pikirannya terus berputar—Elara.Istrinya diculik, dan ini bukan hanya sekadar ancaman pribadi. Ini adalah deklarasi perang.Ia mengambil ponselnya, tangannya bergetar halus akibat getaran emosi yang pekat, lalu menekan nomor yang sudah sangat dikenalnya.Panggilan tersambung setelah hanya satu dering."Max," suara Arion terdengar dingin dan tajam. “Tunda pengejaranmu. Tugas itu, aku nyatakan hentikan untuk sekarang.”Ada keheningan singkat di ujung telepon sebelum Max menjawab, suaranya terdengar ragu. ‘Kita hampir berhasil, Tuan.’“Max,” potong Arion dengan nada yang tak bisa dibantah.Matanya memandang kosong ke depan, namun dalam kepalanya, hanya ada satu wajah yang membayang. “Elara adalah prioritasku.”Di ujung telepon, Max tak bisa