Isabelle tetap terbaring di lantai, menangis dengan tubuh yang lemah dengan tatapan nanar mengarah pada pintu di mana Arion menghilang di baliknya.Keadaan yang ia ciptakan sendiri akhirnya menjeratnya dalam keputusasaan yang tak terhindarkan.Di belakangnya, Byron hanya tersenyum tipis, menikmati kekalahan wanita yang pernah menjadi sekutu juga teman bercinta-nya.Isabelle merasakan jantungnya seakan berhenti ketika pintu ruangan terbuka perlahan.Sekelebat harapan tiba-tiba muncul kembali.Arion mungkin berubah pikiran dan memaafkan dirinya. Tentu saja! Bagaimana pun selama dua tahun ini Arion selalu lemah dan bersikap lunak padanya, kan?Arion pasti tidak tega, kan?Namun harapan itu hancur berkeping saat ia melihat tiga lelaki muncul dari balik pintu.“Whoa! Byron! Kau mendapatkan wanita cantik ini untuk kita semua?” seru salah satu dari tiga lelaki tersebut.Wajah-wajahnya terlihat lapar dengan tatapan mesum memindai Isabelle dari atas hingga ke bawah.Isabelle membeku di tempat,
Dear ReeFellows!Satu penjahat telah menikmati badai yang ia tanam. Yang lainnya akan menyusul.Apakah saat ini kalian merasa lebih baik? Author harap demikian.Btw.... Author ingin mengucapkan terima kasih lagi dan lagi, untuk teman-teman setia yang menghujani Author dengan Hadiah... (Speechless!)Author nulis tentang CEO kaya, ternyata kalian adalah para Real Sultan berkedok pembaca, yah? Hayo ngaku!Begitu pula teman-teman yang dengan setia terus melimpahi buku ini dengan Gems, juga selalu menyempatkan memberi komentar yang menyemangati atau bahkan ngomelin Author. Wkwkwkw!It's Okay! Buku ini terasa menjadi lebih hidup, berkat kalian semua!Author sangat enjoy dengan karya pertama Author ini, ya karena kalian.Terima kasih yaaa...Oiyaa maafin Author, beberapa bab kemarin Author beneran ngga sempat balasin komen-komen kalian, saking minim waktu luang. Maaf ya... T,TSatu lagi, sekalian Author izin random memakai nama kalian ya... tentunya setelah disesuaikan dengan latar belakang
Publik California dikejutkan oleh sebuah skandal yang mengguncang media sosial dan berita utama, dengan tersebarnya video asusila yang diduga menampilkan Isabelle, seorang sosialita terkenal dan putri keluarga terpandang di Sacramento dengan reputasi tak bercela.Video tersebut dengan cepat menyebar, memicu perbincangan panas di antara masyarakat.Nama Isabelle menjadi trending di berbagai platform, dan spekulasi liar bermunculan tentang siapa yang menyebarkan video tersebut dan apa motifnya.Media tidak berhenti menggali informasi tentang latar belakang Isabelle, mencari tahu bagaimana video itu bisa beredar dan dampaknya terhadap status sosialnya.Sementara itu.Elara telah kembali di villa Arion sejak malam sebelumnya, dan kini berada di ruang tengah.Ruang tengah di villa Arion di Billionaire Rows, San Francisco adalah epitome dari kemewahan modern.Ruangan ini luas dengan langit-langit tinggi dan dinding kaca yang menawarkan pema
Elara termangu."Isabelle... bagaimana ini bisa terjadi? Aku memang merasa dia punya rahasia, tapi video itu... dan sekarang dia ditangkap karena percobaan pembunuhan nenek? Jadi dia yang menjebakku?!” Elara bergumam, suaranya bergetar.Ada amarah menggelegak tiba-tiba saat membayangkan nenek Arion ternyata dicelakai Isabelle.“Isabelle Goldwin, apa yang telah kau lakukan?!" Elara sampai berdiri dari duduknya, dengan kedua tangan mengepal di sisi tubuh. “Teganya wanita itu! Teganya terhadap wanita tak berdaya seperti nenek! Teganya dia lakukan itu pada nenek Arion!!”Airmata yang tadi sempat menggenang, kini meluruh.Rasa pedih dan sakit berselimut amarah, jelas kini terasa berkecamuk did alam dadanya. Meskipun hanya hitungan hari ia bersama Nyonya Besar Young, Elara sudah menganggap nenek Arion itu seperti neneknya sendiri.Sebagai pengganti keluarga yang memang tidak kunjung ia miliki.Dengan gerakan gusar, E
Arion menatap Zhenzhen dengan sklera mata yang nyaris memerah seluruhnya. "Aku tidak tahu bagaimana bisa memperbaikinya, Zhen. Bagaimana aku bisa membuatnya memaafkanku setelah semua ini?"Zhenzhen menatap sahabatnya itu dengan seksama. "Pertama, kau harus berhenti menghukum dirimu sendiri seperti ini. Minum sampai mabuk tidak akan mengubah apa pun, Arion. Kau harus hadapi masalah ini dengan kepala jernih. Dan kedua, jika kau benar-benar mencintai Elara, kau tidak boleh menyerah. Kau telah membuatnya patah hati, kau telah menghancurkan kepercayaannya, tapi itu tidak berarti kau tidak bisa mendapatkannya kembali."Arion menggelengkan kepalanya, merasa putus asa. "Bagaimana? Dia tidak mau berbicara denganku, dia bahkan tidak mau melihatku. Setiap kali aku mencoba mendekatinya, dia menjauh.”Pria itu mengesah frustrasi. “Baru kali ini, Zhen. Baru kali ini, aku tidak bisa menanggung melihat kebencian di mata seseorang. Dan itu adalah kebencian darinya."Zhenzhen menepuk tangan Arion, lalu
Arion segera merespons, tahu bahwa dia harus menjelaskan. “Aku... ya, aku minum sedikit. Aku baru dari tempat Zhenzhen.” Pria itu memandang Elara dengan lekat. “Aku butuh bicara dengan seseorang.”Elara mengangguk pelan, tanda bahwa dia mengerti.Dia jelas tahu siapa Zhenzhen—mereka sudah lama bersahabat, dan Elara tidak pernah mempermasalahkan hubungan mereka.Tetapi ada kelelahan yang terpancar dari wajahnya. “Arion, aku tahu kau ingin bicara. Tapi tidak sekarang. Kau tidak benar-benar dalam keadaan sadar, dan aku tidak ingin pembicaraan ini dilakukan ketika kau masih di bawah pengaruh alkohol.”Arion mencoba berkata lagi, ingin sekali mengungkapkan semua yang dia rasakan, namun Elara mengangkat tangannya, menghentikan setiap kata yang hendak keluar dari mulutnya.“Besok, Arion. Kita bicara besok.”Elara berbalik, hendak pergi meninggalkan ruangan.Tetapi Arion tidak bisa membiar
“Ya. Perempuan itu bahkan tidak menyadari sepenuhnya perannya dan siapa sebenarnya yang menarik benang-benang dari belakang layar.”Arion meremas rahangnya, lalu berkata lagi dengan suara dalam yang dingin. “Seperti kataku tadi, kita mulai dari Paul. Gali lebih dalam tentangnya.”“Dimengerti, Tuan.”Begitu Max pergi, Arion kembali termenung.Banyaknya masalah membuat kepalanya terasa mulai berat.Andai dia sejak awal jujur pada Elara, mungkin kini ia memiliki tempat untuk pulang dan bersandar di pangkuan Elara.Andai dia tidak menutupi siapa dirinya, Elara masih akan ada di tempat kemana Arion pulang dan menyambutnya dengan hangat.Andai ia lebih mempercayai Elara, Elara tidak akan pergi.Ya. Wanita bermanik zamrud yang ia cintai itu telah pergi. Terngiang pembicaraan mereka tadi pagi.“Jadi, itu keputusanmu setelah semalam memikirkannya?” Suara Arion terdengar begitu berat dan tersendat.Dadanya berdentum kecewa dan sakit, mengkhianati usaha pria itu untuk tetap tenang menghadapi wa
Ruangan kantor CEO G&P Ltd berdesain mewah dengan pemandangan kota yang menakjubkan dari jendela besar. Ethan, duduk di meja kerjanya, memeriksa dokumen penting.Dianne, dengan gaun santai dan tampak malas, masuk ke ruangan, menenteng tas belanja yang penuh dengan barang-barang baru.Ethan menatap Dianne dengan ekspresi sedikit serius saat dia menyadari kedatangannya. “Dianne, kita perlu berbicara.”Dianne, yang sedang menurunkan tas belanjanya ke lantai, melipat tangan di dada dan mencebik. “Oh, Ethan, apa lagi yang harus aku lakukan sekarang? Aku baru saja membeli beberapa barang, aku sedikit capek.”Ethan memandangnya lurus, wajah ramah Ethan yang biasa terlihat, kini menjadi sedikit tegas. “Kau tahu bahwa kelak kau akan menjadi penerus Wayne Group, bukan? Aku tahu kau sedang menikmati hidupmu dengan berbelanja dan clubbing, tapi saatnya untuk mulai belajar bagaimana mengelola bisnis ayahmu.”Dianne merajuk, duduk di kursi dengan ekspresi cemberut. “Tapi aku takut merusak bisnis aya
Aveline menjerit keras, suaranya memenuhi lorong sempit yang hanya diterangi lampu jalanan buram.Tubuhnya gemetar saat sebuah tangan kuat tiba-tiba meraih pinggangnya."Apa maksudnya ini?!" Aveline berteriak lagi, mencoba melawan, tapi tak ada yang mendengarnya.Udara malam yang dingin membuatnya semakin waspada, namun pria di depannya begitu cepat.Sebelum ia bisa bereaksi lebih jauh, bibirnya langsung tertutup oleh sesuatu yang hangat dan mendesak—bibir pria yang kini mencengkeramnya erat.Aveline meronta-ronta, hatinya dipenuhi kepanikan.Tubuhnya kaku saat pria itu memeluknya dengan kuat, membuka jaket kulit hitamnya seolah bersiap melakukan sesuatu yang lebih buruk.Mata Aveline melebar ketakutan.‘Tidak mungkin,’ pikirnya, ‘Apakah dia akan memperkosaku?’Ia semakin panik, berusaha membebaskan diri dari genggaman pria itu.Namun, pria itu begitu kuat.Semua tenaga Aveline seolah menguap, terjebak dalam dekapannya yang erat.Lalu, suara langkah kaki terdengar dari kejauhan.Sekelo
Langit sore yang kemerahan menyelimuti San Francisco Bay, tempat di mana sebagian besar kehidupan cinta sepasang insan berkisah.Suara ombak yang berdeburan pelan di pantai menciptakan melodi yang damai, selaras dengan angin sepoi-sepoi yang menyapu lembut permukaan laut.Elara berdiri di ujung dermaga kayu, menatap cakrawala yang tampak tanpa batas, tempat di mana langit bertemu lautan.Matanya menerawang, namun wajahnya kini memancarkan ketenangan yang baru.Dalam dekapan hangatnya, bayi kecil mereka terlelap, wajahnya damai seperti ibunya.Sudah lama sejak pertarungan hidup dan mati di acara peresmian Imera Sky Tower, dan sejak saat itu, kehidupan Elara dan Arion berubah drastis.Banyak hal yang telah dilalui—pengkhianatan, luka, cinta yang terlupakan dan kemudian dipulihkan.Namun hari ini, di bawah cahaya senja yang lembut, semuanya terasa sempurna.Tiba-tiba, langkah kaki yang berat namun mantap terdengar dari belakangnya.Elara tidak perlu menoleh untuk tahu siapa yang datang.A
Arion duduk di ujung ranjang, pandangannya terpaku pada sosok mungil yang ada dalam dekapannya.Bayi perempuan itu terlelap dengan tenang, tubuhnya begitu kecil dan lembut seperti boneka porselen.Pipinya yang kemerahan tampak menggemaskan, kulitnya sehalus sutra dengan bulu-bulu halus yang masih tersisa di atas kepalanya.Mata bayi itu masih tertutup, namun ketika sempat terbuka sesaat, Arion melihat dengan jelas iris matanya yang kelabu, warna yang sama seperti miliknya—sebuah tanda tak terbantahkan bahwa bayi itu adalah darah dagingnya.Bibir kecilnya bergerak perlahan, seakan sedang menghisap udara, dan tangannya yang mungil mengepal erat, menggenggam sepotong kain selimut.Arion tersenyum kecil, hatinya penuh dengan rasa takjub yang tak pernah ia sanggup perkirakan sebelumnya.Di dalam ruangan itu, hanya suara napas lembut bayi perempuannya yang terdengar, membuatnya seperti terhanyut dalam keajaiban kecil yang ia pegang.Sudah lebih dari setengah jam, namun Arion tak bisa melepa
Arion mengangguk pelan, melanjutkan penjelasannya. “Selama aku menjalankan peranku sebagai The Draven, orang itu mengambil peran menjadi diriku, Arion Ellworth. Sehingga tidak ada yang curiga. Kecelakaan di Sunol itu terjadi pada doppelganger-ku.”Elara terdiam sejenak, mencoba mencerna informasi yang baru saja diterimanya. “Jadi... orang itu? Apakah dia tewas dalam kecelakaan itu? Bagaimana aku bisa membedakan kalian? Bagaimana jika suatu saat aku salah mengenali orang itu sebagai dirimu?”Arion tersenyum melihat kepanikan sang istri. “Jangan khawatir, Honey. Orang itu berhasil selamat oleh orang-orangku. Wajahnya tidak sepenuhnya mirip denganku. Hanya postur tubuh dan perilakunya yang serupa. Aku membuatnya menjalani operasi plastik untuk mengubah beberapa bagian, seperti rahang dan hidung saja. Namun, saat dia menjalankan peran sebagai aku, dia menggunakan prosthetic mask yang dibuat menyerupai wajahku.”Elara memandang Arion, dengan sorot kompleks. “Astaga… sampai seperti itu kau m
Elara dan Arion berdiri di tengah keheningan, menghadap sebuah makam dengan batu nisan marmer yang megah. Di atasnya terukir dengan indah: Imelda Ellworth. Satu buket mawar putih mewah yang segar ditempatkan rapi di atas pusara, memberikan sentuhan penuh penghormatan. Pemakaman ini, yang terletak di Cypress Lawn Memorial Park, San Francisco—tempat peristirahatan terakhir para keluarga kaya dan terpandang—dikelilingi oleh pohon-pohon ek yang menjulang tinggi. Jalanan berkerikil putih menghubungkan setiap makam, dan di kejauhan terlihat pemandangan laut yang tenang, menambah suasana damai nan elegan. Udara pagi terasa sejuk, disertai suara angin yang membelai lembut pepohonan. Elara memandang ke sekeliling area pemakaman yang tampak megah, penuh dengan nisan-nisan yang terbuat dari batu marmer putih dan hitam. Di antara semua itu, nisan Imelda berdiri sebagai salah satu yang paling indah, seperti sebuah karya seni yang mencerminkan kehidupan seseorang yang telah meninggalkan jejak
Arthur Ellworth, atau Clay Mallory, kini duduk di sudut sel gelap penjara federal, matanya kosong menatap dinding dingin yang tak lagi bergema dengan wibawa yang pernah ia miliki.Hanya bayangan suram yang tersisa, menggantung di antara kesadaran dan kehancuran. Di penjara ini, waktu seolah-olah melambat, setiap detik menjadi siksaan yang tidak berujung.Hari ini, seorang penjaga penjara menghampiri pintu selnya.Wajah penjaga itu datar, tidak ada belas kasihan, tidak ada penghormatan.Hanya secarik kertas yang dilempar ke lantai di depan Arthur, yang langsung mengenal lambang Ellworth di atasnya.Tangannya yang dulu perkasa sekarang gemetar ketika meraih kertas itu.Di dalamnya, satu pesan singkat yang menghantamnya dengan kejam: "Semua aset, kekayaan, dan perusahaan yang pernah kau curi telah dikembalikan kepada pemiliknya yang sah—Aiden Ellworth."Arthur meremas kertas itu dengan tangannya yang gemetar, rasa panas menjalar da
Markas utama di San Bernardino tampak penuh ketegangan. Di ruang pertemuan besar, cahaya lampu gantung memantul di atas meja panjang tempat para eksekutif utama The Draven berkumpul. Ketiga Executor—Albert, Isaac, dan Samuel—duduk di posisi masing-masing, menatap sosok Arion Ellworth, pria yang selama ini mereka kenal sebagai The Draven, pemimpin mereka yang tak terbantahkan. Samuel, Executor wilayah San Jose, adalah pria bertubuh tegap dengan garis wajah tegas. Rambutnya mulai memutih, namun sorot matanya masih tajam, mencerminkan kekuatan dan ketenangan yang ia bawa selama bertahun-tahun memimpin wilayahnya. Isaac, Executor wilayah Mount Horeb, Wisconsin, berbeda. Tubuhnya ramping, wajahnya lebih halus, tetapi matanya menyiratkan kejeniusan yang sering kali tersembunyi di balik sikapnya yang tenang. Ia terkenal sebagai ‘otak cadangan’ di balik banyak rencana besar yang berhasil dijalankan The Draven. Albert, Executor wilayah San Bernardino, adalah yang termuda. Dengan rahang pers
Aiden tersenyum tipis, sebuah senyuman yang mengandung ketegasan, bahkan ancaman halus di baliknya.“The Orcus bukan ancaman bagi pemerintah. Kami tidak pernah bergerak melawan kalian, Donovan. Jika ada yang perlu kau pahami, ketahuilah ini: The Orcus hanya berurusan dengan mereka yang mengincar kami atau mereka yang berada dalam wilayah kami. Kami adalah perisai, bukan pedang.”Donovan menatapnya, tak sepenuhnya yakin apakah pernyataan itu adalah bentuk pembelaan atau manipulasi.Aiden melanjutkan, kali ini dengan suara yang lebih dalam dan penuh makna. “The Orcus tidak akan pernah menjadi ancaman bagi pemerintah Amerika Serikat… kecuali, jika pemerintah membuat kami tidak punya pilihan lain.”Kalimat itu menggantung di udara, begitu dingin dan tajam seperti bilah pedang yang tersembunyi di balik kata-kata.Donovan tahu, ini bukan ancaman langsung, tapi sebuah peringatan yang tak bisa diabaikan.Aiden sangat c
Matahari pagi yang hangat menyinari kamar tidur mewah di mana Elara sedang berdiri, merapikan dasi Arion dengan penuh perhatian.Arion Ellworth, dengan tubuh tegapnya dan postur sempurna, tampak gagah dalam setelan formal berwarna gelap yang membingkai fisiknya dengan sempurna.Mata kelabu pria itu berkilauan, menambah kesan misterius sekaligus memikat.Ketampanannya terasa tak terbantahkan, membuat Elara sejenak terpana, seperti kembali mengenang saat pertama kali bertemu dengannya.Arion telah kembali ke wujud lamanya—kuat, berwibawa, dan penuh energi—setelah beberapa bulan melemah akibat Couvade Syndrome.Selama sekitar 4 bulan, pria yang biasanya tegas dan tak tergoyahkan ini harus terkapar karena gejala kehamilan palsu yang dialaminya.Namun, kini di bulan kelima kehamilan Elara, semua gejala itu telah sirna.Tidak ada lagi mual, muntah, atau kelelahan yang membebani Arion. Dia kembali pada dirinya yang dulu, dengan e