Di sebuah gudang kosong.Empat orang berbadan kekar dan yang sebelumnya berwajah sangar, berlutut dengan kepala menunduk.Masing-masing mata mereka menyorotkan rasa takut yang dalam.Satu orang berpakaian hitam-hitam yang berdiri di dekat mereka menendang pimpinan preman itu. “Sialan! Apa kau tahu istri siapa yang kalian ganggu itu?”“Is-istri siapa dia?”“Tuan Draven!”‘A-APA?!!’ Empat preman itu membelalak ngeri.Kemudian detik berikutnya suara pukulan diiringi raungan kesakitan membahana ke setiap sudut ruang itu.Mereka melolong meminta ampun, tidak menyangka bahwa mereka akan tidak sengaja menyinggung dewa di puncak piramida dunia hitam di negara bagian ini.Ada satu nama besar yang begitu ditakuti dan bahkan diagungkan sebagian dari kelompok-kelompok atau gangster di wilayah sepanjang Teluk San Francisco.Mereka yang hidup dalam dunia hitam, tidak ada yang tidak mengenal nama besar tersebut. Itu hanya diketahui oleh kelompok-kelompok yang memang berkecimpung di dalamnya.Draven a
Elara bangun dari duduk di tepi ranjang, jantungnya berdetak kencang.Suasana kamar yang mewah dan tenang tidak bisa meredakan gejolak yang berkecamuk di dalam dirinya.Itu disebabkan oleh apa yang Jeanne katakan bahwa Arion suaminya, bukanlah pria biasa.Bukanlah ‘sekadar’ CEO AE Group seperti yang selama ini dirinya kenal dan ketahui, melainkan juga seorang pimpinan mafia.Pikiran itu membuatnya mual, membuat segalanya tampak seperti mimpi buruk yang nyata.Langkah kaki yang berat terdengar mendekat.Elara berdiri dan mengangkat wajah hingga matanya beradu dengan Arion yang kini berdiri di hadapannya.Wajah pria itu tenang dan dingin seperti biasanya, tetapi kini Elara menangkap ada bayangan gelap di balik sorot matanya yang sebelumnya terasa menguarkan kehangatan.Arion adalah pria yang selalu mampu membuatnya merasa aman—atau setidaknya, itulah yang ia pikirkan selama ini.“Elara…” Arion membuka suara, nada itu lembut seperti biasa, namun Elara bisa merasakan ketegangan yang terpen
“Kau berharap aku percaya?” Kedua mata Arion menggelap. “Katakan, lebih hebat siapa di ranjang, dia atau aku?” Kalimat itu diucapkan dengan gigi yang terkatup, mati-matian menahan ledakan amarah yang siap menghancurkan siapapun saat ini.Elara menatapnya dengan penuh kemarahan. “Jadi sekarang kau mencurigai aku berselingkuh, begitu? Hanya karena aku terpaksa berada di tempat yang sama dengan seorang pria?”Arion bergeming. Tatapannya yang dingin dan menyala, membuat Elara semakin marah.“Bagaimana denganmu, Arion?” Elara melanjutkan, nada suaranya sarat dengan kepahitan. “Bagaimana dengan kebohonganmu tentang Isabelle?”Kening Arion sedikit berkerut mendengar perkataan Elara.“Kau tidak mengatakan telah kembali ke Sacramento tempo hari, tapi kau berada di dalam kamar Isabelle! Aku bahkan berpikir kau tidak benar-benar pergi ke Los Angeles sama sekali! Bagaimana? Apakah menghabiskan waktu di ranjang Isabelle lebih menyenangkan dari pada bersamaku?” Elara mengembalikan kalimat Arion deng
Arion duduk termenung, pandangannya kosong menatap ke arah meja kayu mahoni di depannya.Di ruangan remang-remang itu, hanya ada bunyi jam dinding yang berdetak pelan, menghitung waktu yang seolah berjalan begitu lambat.Itu baru selang satu jam sejak pertengkarannya dengan Elara, Arion telah merasa berhari-hari tersiksa.Pikirannya terus dipenuhi dengan Elara. Ia tak pernah membayangkan bahwa Elara akan tahu siapa dia sebenarnya —pimpinan kelompok dalam dunia hitam yang selalu ingin ia sembunyikan dari Elara.Entah dari mana Elara mengetahui ini."Apakah itu benar? Apa kau… seorang mafia?" kata-kata Elara itu masih terngiang jelas di telinganya. Manik zamrud indahnya yang biasa menatapnya lembut dan hangat, tadi memandangnya dengan tatapan yang berbeda.Ketakutan, ketidakpercayaan dan amarah bercampur menjadi satu.Lalu wajah Elara yang penuh airmata dengan sorot amarah dan kekecewaan, membuat Arion semakin tersiksa dan
Elara berdiri di dekat jendela kamar utama suite, matanya memandang kosong ke arah kota yang berkilauan di bawah.Namun pikirannya jauh dari gemerlap cahaya itu.Dia harus menemui Arion, apapun yang terjadi.Dengan langkah tegas, dia berbalik dan menuju ke pintu, namun dua orang pria bersenjata yang berjaga segera menghalangi jalannya."Maaf, Nyonya. Kami diperintahkan untuk menjaga Anda di sini," kata salah satu dari mereka, suaranya tegas namun penuh hormat.Elara menatap mereka dengan dingin. "Aku harus menemui Arion sekarang juga. Singkirkan dirimu dari jalanku."Pria itu menggeleng. "Tuan Arion memerintahkan agar Anda tetap di sini, demi keselamatan Anda."Elara mengerutkan kening, amarah dan ketakutan bergulat dalam dirinya. "Keselamatan? Apa kau pikir aku akan aman di sini sementara sahabatku dan ayahnya dalam bahaya? Kalian tidak mengerti!"Dia melangkah mundur, menarik napas dalam-dalam, lalu mengeluarkan pisau lipat d
Elara menghirup udara yang terasa amat menyesakkan dan sulit untuk dicerna paru-parunya.Melihat sekeliling bangunan besar namun penuh aura mencekam dan semua orang-orang bersenjata yang berlalu lalang ini, menyadarkan dirinya bahwa ia benar-benar bersuamikan seorang pimpinan kelompok menakutkan di California.Bagaimana selama ini ia tidak mengetahui apa-apa tentang dunia Arion yang ini?Pria itu memang pertama kali dikenal sebagai pria brengsek dan bajingan tampan olehnya, namun seiring kebersamaan mereka, Elara merasakan sesungguhnya Arion adalah pria berhati lembut.Maka kenyataan ini, membuat Elara bagaikan masih berada di alam mimpi dan bukan tengah menghadapi pria yang sama dengan pria yang telah memenjarakan hatinya.Satu anak buah Arion yang membawa Elara hingga ke markas San Jose, membukakan pintu satu ruangan.Berdasarkan perintah Max di telepon sebelumnya, ia diminta membawa Elara ke ruang milik Arion, masih di lantai yang sama dengan ruang komando markas itu.Pintu terbuka,
“Ayah Jeanne telah di eksekusi.” Bagai mendengar petir di siang bolong, Elara membeku dengan wajah sempurna pias. “A-apa?!” Arion tidak langsung menjawab, ia hanya mematung dengan tatapan iris kelabunya yang lurus pada Elara. Itu bergetar, namun Arion terlihat berusaha tetap tenang. Bibir Elara bergetar. “A-apa.. yang kau lakukan?!” “Elara..” “Apa yang sudah kau lakukan?!” Kaki Elara tersurut mundur masuk ke dalam kamar yang memang pintunya telah terbuka. “Ara--” “For God’s sake, Arion!! Kau pembunuh!! Kau membunuh seseorang! Kau pembunuh!!” jerit Elara. Napas wanita bermanik zamrud itu tersengal hebat. “Kau pembunuh! Dan orang itu adalah ayah dari sahabatku!!” Teriakan kalap Elara membuat Arion urung mendekat. Tatapan pria itu begitu kompleks saat ia berujar dingin, “Itu pekerjaannya. Itu resiko yang dia ambil karena bekerja seperti ini. Dia punya pilihan untuk meninggalkan pekerjaan ini, namun dia tidak melakukannya.” “Kalau begitu, mengapa kau juga tidak meninggalkan peke
Ethan terbangun dari tidurnya.Pria tampan bermata biru itu mengusap wajah dengan kasar. Melihat sekilas ke arah jendela, itu masih gelap.Pertanda matahari di hari berikutnya belum menampakkan diri.“Ada apa ini… perasaanku tidak enak lagi.”Ia meraih ponsel di atas nakas dan melihat jam di sana menunjukkan angka tiga. Berikutnya Ethan melihat aplikasi pesan instan-nyaTidak ia temukan pesan baru yang bersifat penting, pun demikian saat ia mengecek kolom pesannya dengan Elara.Pesan yang ia kirimkan sejak siang, masih belum dibaca wanita cantik tersebut.Ethan hanya menanyakan apakah Elara kembali dengan selamat. Sejak Elara keluar dan pergi dari hotel tempat Ethan menginap, wanita itu belum memberikan kabar apa pun dan itu sedikit membuat Ethan merasa khawatir.Ia juga melakukan pengecekan terhadap pembaharuan status, tidak ada yang aneh. Pria tampan bermata biru itu hanya mengernyitkan kening, saat melihat status Dianne yang tampaknya sedang berada di klub malam.Pria itu mengembus