#tiga
Ethan melambaikan tangan, saat Elara masuk ke dalam lift.Pria tampan itu menatap hingga pintu baja itu menutup dan mengembus napas pelan. Di bibirnya yang tipis dan berlekuk indah tersungging satu senyuman.Dadanya terasa hangat.Keinginannya untuk sekadar berjalan-jalan di malam hari, membuatnya begitu beruntung bertemu dengan gadis yang sejak awal pertemuan, telah mengusik pikirannya.Bukan karena wajah cantiknya saja, namun sikapnya yang bersahaja dan juga terlihat menjaga diri dengan baik, membuat Ethan mengagumi sekaligus terpesona.Tak terhitung banyaknya, gadis-gadis di Wisconsin sana yang bersedia melakukan banyak hal hanya demi melompat ke atas ranjang dan menghabiskan malam bersama seorang Ethan Wayne.Namun pria itu yang teramat acuh dan tidak peduli pada semua rayuan, hingga rumor yang menyebutkan dirinya gay pun, beredar.Namun Elara, gadis itu amat berbeda.Bahkan setelah ia bermalam di presidential suite ini, gadis itu tidak terlihat tertarik.Tentu saja, meski Ethan ti
Tidak menghabiskan waktu lama, ketika Arion tiba di San Francisco kemudian memberikan hukuman pada Guez dan rekannya yang dianggap lalai dan tidak memberikan kabar penting itu padanya langsung.Beruntung, Max maju dan mengatakan dirinya yang bertanggung jawab karena menyimpan informasi itu agar tidak mengganggu Arion yang tengah disibukkan dengan penyelidikan kematian Nyonya Besar Young.Namun hukuman ‘ringan’ tersebut, tetap saja membuat Guez dan juga rekannya harus dirawat di Rumah Sakit.Mereka tentu bersyukur, karena masih diampuni Arion, terutama ketika mereka bahkan tidak bisa menjawab, di mana keberadaan Elara, karena istri Bos Besar mereka itu sama sekali belum mengaktifkan ponselnya.Pelacakan GPS untuk Elara pun tidak bisa dilakukan.Mereka hanya mendapatkan informasi minim dari Guez dan rekannya tentang kendaraan yang digunakan pria yang membawa Elara, karena itu malam hari, rekan Guez tidak bisa melihat jelas nomor plat mobilnya.Sayangnya, di pelataran parkir bar milik Zhe
Elara telah memeriksa kamar Jeanne. Namun ia tidak menemukan apapun yang bisa dijadikan petunjuk awal.Jeanne benar-benar pergi tanpa jejak.Wanita muda itu menghela napas dalam kebingungan. Bagaimana ia mencari Jeanne? Haruskah ia pergi ke San Jose?Meskipun Nyonya Stewart bisa memberikan satu alamat, namun apakah Jeanne benar-benar di sana?Pada akhirnya ia benar-benar meminta sebuah alamat yang biasa Nyonya Stewart dan Jeanne kunjungi di San Jose.Meski awalnya ragu, namun setelah Elara berjanji akan tutup mulut soal ini, Nyonya Stewart pun memberikannya.Semula Nyonya Stewart hendak ikut bersama Elara, namun Elara meyakinkan ibu dari Jeanne tersebut untuk menunggu di rumah. Mereka tidak tahu kapan Jeanne pulang, menurut Elara, Nyonya Stewart harus tetap berada di rumah agar jika Jeanne kembali, ibunya ada di sana. Berbekal ponsel milik Jeanne, wanita muda itu kini dalam perjalanan ke San Jose, menggunakan taksi.
Elara berusaha menenangkan dirinya.Dadanya berpacu kencang, tapi bukan karena rasa takut. Dia tak ingin terlihat lemah, meski situasi ini jauh dari aman.Elara, dengan iris matanya yang berwarna zamrud, menatap lurus ke empat orang yang kini berada di hadapannya.Tubuhnya gemetar bukan karena dingin, melainkan karena adrenalin yang mengalir deras dalam darahnya. Dia tahu ini mungkin bukan tempat yang seharusnya dia datangi, tapi tidak ada pilihan lain.Dia memang harus mencari Jeanne dan rumah ini petunjuk pertama yang harus ia datangi.Tiga lelaki kekar dengan wajah garang dan penuh tattoo bergerak mendekat dan setengah mengelilingi Elara.Salah satu dari mereka, yang pertama masuk ke dalam kamar itu, berkata dengan senyum licik menghiasi wajahnya. "Hei, manis. Kau tersesat di rumah orang? Atau kau berhubungan dengan penghuni rumah ini?"Elara menatapnya tajam, tak ada sedikit pun keraguan atau ketakutan dalam sorot matanya. "Kalian siapa? Aku tidak ada urusan dengan kalian."Lelaki
“Elara…” Sosok itu --Jeanne, menatap dengan pandangan kompleks, sebelum ia akhirnya tersadar tubuh kaku Elara di atas ranjang yang gemetar.“Ayo cepat, kita pergi dari sini,” bisiknya sambil menarik tangan Elara.Mereka terus berlari menjauh dari rumah itu, di tengah derasnya hujan.Tidak satu pun dari kedua wanita muda bersahabat itu, yang bicara. Pikiran masing-masing telah penuh oleh hal-hal yang berkecamuk. Satu yang pasti, mereka harus menyelamatkan diri dari para preman itu terlebih dahulu.Tiba di satu tempat --dalam gang, mereka berhenti dengan terengah.“J…” Elara tergugu lalu memeluk sahabatnya dengan erat. “Kau kemana? Apa yang terjadi?”Jeanne bergeming. Tangannya terlihat ragu untuk balas memeluk Elara.“J?” Merasakan Jeanne yang mematung dan tidak tampak seperti biasanya, Elara melerai pelukan. Ia menatap Jeanne dengan cemas. “Apa kau baik-baik saja?”Jeanne sesaat masih bergeming.Mulutnya hendak terbuka, namun kemudian menutup kembali --terlihat sekali sahabat Elara itu
Di sebuah gudang kosong.Empat orang berbadan kekar dan yang sebelumnya berwajah sangar, berlutut dengan kepala menunduk.Masing-masing mata mereka menyorotkan rasa takut yang dalam.Satu orang berpakaian hitam-hitam yang berdiri di dekat mereka menendang pimpinan preman itu. “Sialan! Apa kau tahu istri siapa yang kalian ganggu itu?”“Is-istri siapa dia?”“Tuan Draven!”‘A-APA?!!’ Empat preman itu membelalak ngeri.Kemudian detik berikutnya suara pukulan diiringi raungan kesakitan membahana ke setiap sudut ruang itu.Mereka melolong meminta ampun, tidak menyangka bahwa mereka akan tidak sengaja menyinggung dewa di puncak piramida dunia hitam di negara bagian ini.Ada satu nama besar yang begitu ditakuti dan bahkan diagungkan sebagian dari kelompok-kelompok atau gangster di wilayah sepanjang Teluk San Francisco.Mereka yang hidup dalam dunia hitam, tidak ada yang tidak mengenal nama besar tersebut. Itu hanya diketahui oleh kelompok-kelompok yang memang berkecimpung di dalamnya.Draven a
Elara bangun dari duduk di tepi ranjang, jantungnya berdetak kencang.Suasana kamar yang mewah dan tenang tidak bisa meredakan gejolak yang berkecamuk di dalam dirinya.Itu disebabkan oleh apa yang Jeanne katakan bahwa Arion suaminya, bukanlah pria biasa.Bukanlah ‘sekadar’ CEO AE Group seperti yang selama ini dirinya kenal dan ketahui, melainkan juga seorang pimpinan mafia.Pikiran itu membuatnya mual, membuat segalanya tampak seperti mimpi buruk yang nyata.Langkah kaki yang berat terdengar mendekat.Elara berdiri dan mengangkat wajah hingga matanya beradu dengan Arion yang kini berdiri di hadapannya.Wajah pria itu tenang dan dingin seperti biasanya, tetapi kini Elara menangkap ada bayangan gelap di balik sorot matanya yang sebelumnya terasa menguarkan kehangatan.Arion adalah pria yang selalu mampu membuatnya merasa aman—atau setidaknya, itulah yang ia pikirkan selama ini.“Elara…” Arion membuka suara, nada itu lembut seperti biasa, namun Elara bisa merasakan ketegangan yang terpen
“Kau berharap aku percaya?” Kedua mata Arion menggelap. “Katakan, lebih hebat siapa di ranjang, dia atau aku?” Kalimat itu diucapkan dengan gigi yang terkatup, mati-matian menahan ledakan amarah yang siap menghancurkan siapapun saat ini.Elara menatapnya dengan penuh kemarahan. “Jadi sekarang kau mencurigai aku berselingkuh, begitu? Hanya karena aku terpaksa berada di tempat yang sama dengan seorang pria?”Arion bergeming. Tatapannya yang dingin dan menyala, membuat Elara semakin marah.“Bagaimana denganmu, Arion?” Elara melanjutkan, nada suaranya sarat dengan kepahitan. “Bagaimana dengan kebohonganmu tentang Isabelle?”Kening Arion sedikit berkerut mendengar perkataan Elara.“Kau tidak mengatakan telah kembali ke Sacramento tempo hari, tapi kau berada di dalam kamar Isabelle! Aku bahkan berpikir kau tidak benar-benar pergi ke Los Angeles sama sekali! Bagaimana? Apakah menghabiskan waktu di ranjang Isabelle lebih menyenangkan dari pada bersamaku?” Elara mengembalikan kalimat Arion deng