Elara mengangkat wajahnya, melihat bangunan yang meninggalkan kenangan.
Bukan kenangan manis, melainkan kenangan yang buruk.
Bahkan terakhir ia dikeluarkan dari sana tanpa diberikan kesempatan untuk membela diri.
Sebelah tangan Elara mengepal, ia menguatkan diri lalu masuk ke dalam kediaman White di depannya.
“Nyonya White,” Elara menyapa wanita tua yang menunggunya di ruang tengah.
Wanita itu tampak jauh lebih tua dan terlihat tidak terlalu sehat.
Benar saja, ia terbatuk-batuk beberapa kali, sebelum menjawab sapaan Elara.
“Duduklah, Elara.”
Elara mengambil tempat di sofa seberang Nyonya Besar White. Matanya sempat memindai ke seluruh ruangan.
Itu benar-benar berbeda sekarang.
Kediaman White ini sungguh terlihat kusam dan tidak terawat.
“Kami tidak memiliki dana untuk menggaji pelayan,” ujar Nyonya Besar White tiba-tiba, seakan tahu apa yang tengah ada dalam pikiran Elara
Tina melangkah masuk diikuti Dianne di belakangnya.“Bagaimana bisa ibu memberikannya begitu saja?” Tina bergegas mendekati Nyonya Besar White lalu merebut kotak kayu itu dari tangan ibunya.“Tina!” tegur Nyonya Besar White.“Kondisi kita sudah seperti ini Bu. Jangan bilang ibu akan memberikan ini dengan cuma-cuma padanya!” Tina mundur --mengambil jarak sedikit jauh dari Nyonya Besar White dan Elara.“Itu peninggalan Annie. Elara adalah putri kandung Annie. Berikan padanya, Tina.” Mata Nyonya Besar White menyipit.Meskipun ia begitu memanjakan Tina, namun mendapat Tina yang bersikap kurang ajar pada dirinya, tentu membuat wanita tua itu tidak senang.“Kita punya kesepakatan dengan gadis sial ini, Bu!”Elara tertawa mencemooh. “Mrs. Palmer. Jangan lupa, gadis yang kau sebut ‘sial’ ini, memiliki uang lebih banyak darimu.”Tina mendelik. “Kau--”“Kau merebut barang yang seharusnya milikku, karena takut tidak bisa menikmati uangku, bukan?” Elara menatap tajam Tina.“Awalnya, aku memang ing
‘Tidak Sir. Nona tidak pergi ke terminal. Ia hanya mendatangi rumah keluarga White tidak lama.’Max menyimak penjelasan seseorang di seberang sana yang tengah melaporkan pantauan terhadap Elara, melalui telepon.Max kemudian melirik Arion yang hanya memberikan anggukan kecil pada Max.“Lanjutkan tugasmu,” kata Max pada lawan bicaranya, lalu menutup telepon.“Nona Willow tidak terlihat berniat pergi jauh, Tuan.” Max langsung memberikan laporan itu pada Arion.“Hm.” Pria itu hanya bergumam kecil dengan wajah datar.Sebelah tangannya menopang dagu, lalu ia berkata dingin pada Max. “Rubah panggilanmu padanya.”Max mengangguk dengan wajah menyesal. “Maaf Tuan. Maksud saya, Nyonya Muda Ellworth.”Entah bagaimana menjelaskannya, namun Arion merasakan satu kepuasan tersendiri saat telinganya mendengar itu dari Max.Sebelumnya ia tidak peduli Elara dipanggil dengan Nona Willow dan merasa memang seharusnya demikian. Karena untuk menyandang nama Ellworth, haruslah benar-benar layak.Sementara Ari
‘Apa sudah kau lakukan sesuai petunjuk ku?’“Sudah Nona. Aku sudah mengatakan pada Elara, ada yang mengikutinya dan agar Elara jangan mempercayai orang yang dekat dengannya,” jawab Dianne sambil mengangguk.Padahal lawan bicaranya di ujung telepon sana tidak akan melihat, namun sikap tubuh Dianne terlihat begitu menghormati.Gadis berambut pirang itu tengah berdiri di dalam mini market yang tidak jauh dari kafe tempat ia bertemu Elara sebelumnya.Sebelah tangannya memegang ponsel, sementara matanya tertuju beberapa kali ke seberang jalan sana. Tempat cafe itu berada.‘Bagus,’ ujar suara dari seberang telepon.Dianne berbalik, lalu berpura-pura memilih dan mengambil snack kemasan --petugas mini market sejak tadi memerhatikan dirinya dan menatap dengan pandangan tidak mengenakkan.“Apa ada lagi yang harus kulakukan, Nona?” Dianne setengah berbisik saat menanyakan itu.‘Tidak.
“Aku menunggumu,” ujar pria itu dengan suara rendah-nya yang sensual. Pria itu menatap lekat pada gadis yang baru saja masuk ke unit mereka.Sementara Elara, berulang kali menyadarkan dirinya agar tidak terpengaruh apalagi tenggelam oleh tatapan dalam di kedua manik mata Arion.Ia mengingatkan dirinya, apapun yang tumbuh di dalam hatinya, harus segera ia matikan.Selagi itu masih kecil.Masih dini.Masih belum terlalu sulit untuk ia singkirkan dan enyahkan.Tidak boleh ada cinta bagi pria manipulatif itu. Atau, dirinya yang akan mati dalam jurang derita nanti.“Kita lanjutkan pembahasan kita sebelumnya, Mister Arion.” Elara bersuara dengan mengetatkan kepalan tangan pada tali tas selempang miliknya.Kening Arion berkerut mendengar nada dingin Elara disertai tatapan datar seakan tanpa emosi itu.“Pembicaraan apa?” tanya pria itu. Tatapannya bergeser --mengikuti gerak Elara yang menuju area pantri.Meja makan menjadi tujuan gadis itu yang langsung menarik satu kursi dan duduk dengan sika
“Kau--” Rahang Arion benar-benar mengencang. “Memakai-mu?”Ia menarik lagi lengan Elara hingga gadis itu merapat kembali pada tubuhnya. Dapat Arion rasakan hawa panas yang berputar di dadanya kala terngiang kalimat Elara sebelumnya.Pria itu merasa amat marah atas kalimat Elara yang jelas-jelas seperti merendahkan diri gadis itu sendiri.Tidak mengerti, namun Arion membencinya.“Memakai-mu?” ulangnya dengan gigi terkatup. “Apakah kau lebih suka diperlakukan seperti barang, dibanding sebagai seorang istri?”“Istri?” Elara menyemburkan tawa ironi, membuat pria tampan itu kembali memicingkan mata.“Kau yakin memperlakukan ku sebagai seorang istri?”“Kau--”“Dengar Mister Arion,” sela Elara. “Sejak awal kau sudah penuh kebohongan. Hingga detik terakhir pun kau tetap penuh dengan kebohongan. Apa itu caramu memperlakukan seorang istr
Zhenzhen terkesiap saat menoleh dan melihat seorang wanita tengah merayu dan menyentuh Arion.Ia bergegas bergeser mendekat dan mencoba menegur. “Nona, sebaiknya kau--”“Let her,” (Biarkan dia) penggal Arion.Suara dalam Arion membuat wanita itu mengerang erotis --seakan Arion baru saja menyentuhnya.“Tidak hanya wajahmu yang luar biasa, suaramu pun…” Wanita itu kembali mendesah dan menempelkan dadanya di bahu Arion. “Aku akan memuaskanmu, Sayang..”Zhenzhen menatap dengan sedikit rasa cemas.Ia bukan cemas pada Arion, melainkan pada wanita itu.Arion akan sangat marah jika ada seorang wanita yang sembarangan menyentuh tanpa seizin pria itu.Dan kemarahan seorang Arion, tidak akan sanggup ditanggung wanita tersebut.Zhenzhen memandang prihatin.Namun di luar dugaan wanita berdarah Asia Timur tersebut, Arion berkata datar pada wanita berpakaian seksi tersebut, “Let’s see how you can satisfy me.” (Mari kita lihat, bagaimana kau bisa memuaskanku.)“Arion?” bisik Zhenzhen sedikit keras.Na
“Gadis itu tidak tahu Arion Ellworth?” Kedua mata Lucas membesar tatkala mendengar penuturan Isabelle.Isabelle mengangguk. “Maaf aku baru mengatakan ini. Menurutku itu aneh. Mengapa Arion merahasiakan jati dirinya dari gadis itu.”Tidak ada yang dapat dikatakan oleh Lucas, pria itu memang terdiam.Ia terlihat berpikir. “Seharusnya kau memang tidak perlu mengkhawatirkan gadis itu, Ella,” ujarnya.“Brother Arion mengatakan padaku jika gadis itu hanyalah pengisi waktu luangnya saja. Ia hanya bermain-main dengan gadis itu.”Jika saja Isabelle tidak sedang memainkan peran lemah lembutnya, ia pasti akan menyemburkan kejengkelan pada Lucas.Bahkan dirinya bisa melihat kedekatan Arion dengan Elara tidaklah biasa dan jauh dari ‘sekadar mengisi waktu luang’.Arion tidak akan se-protektif itu padanya.Namun Isabelle tidak bisa mengatakan soal Elara yang diberikan pengawalan diam-diam oleh Arion --ia pernah terlibat berencana menyakiti gadis itu, dengan memerintahkan Paul.Sementara ini, Isabelle
“Kau--”Arion terhenyak dan berbalik. Air mukanya terlihat cerah dan tampak senang melihat gadis bersurai cokelat madu yang terlihat berdiri di sana.“Kau terbangun? Apa aku membangunkanmu?” Arion berkata riang lalu melangkah mendekat ke arah Elara dengan hati yang juga terasa ringan --seringan langkahnya.“Aku tadi tidak sengaja menjatuhkan botol air dan--” Tiba-tiba pria itu terdiam melihat raut wajah Elara yang suram dengan sorot mata sarat kewaspadaan. “Ada apa?” tanya pria itu bingung.Ia telah berdiri dan berhenti di depan gadis itu, namun Elara tetap mematung dengan garis rahang yang terlihat mengetat.“Ada apa?” ulang Arion. “Apa suara tadi mengganggumu? Aku minta maaf, aku--”Tanpa menjawab, Elara memutar tubuh Arion hingga berbalik dan Elara dapat melihat jelas punggung pria itu.“Apa--” Arion tersentak saat merasakan jari Elara meraba pundak kanannya.Seketika ia baru tersadar, bahwa Elara tengah mengamati tattoo yang ia miliki di titik itu. Arion hendak memutar tubuhnya, na