Part 56Pria itu masih bersimpuh di samping pusara ibunya, matanya memandang ke arah batu nisan. Ada yang kosong dalam hatinya. Hampa ia rasakan, seolah tiada semangat menjalani hari-hari.Kini tak ada sosok yang bisa menasihatinya, tak ada lagi sosok yang membuatnya kuat dan berdiri teguh penuh semangat. Rasanya sangat menyakitkan dada kala sosok yang teramat dicintai itu sudah tak ada di sisi. Begitu sakit rasanya kehilangan.Empat puluh hari sudah berlalu, ibu telah pergi meninggalkan semuanya. Dan semalam, Dewangga sudah mengadakan doa dan tahlil dengan beberapa warga sekitar untuk mendoakan ibunda tercintanya.Taburan bunga memenuhi pusaranya lagi. Dewangga juga masih melantunkan doa untuk ibunya.“Bu, aku akan pergi ke Jakarta. Seperti kata ibu, aku harus tetap memperjuangkan cinta. Aku akan menikahi Risna, Bu. Semoga saja Risna mau menerimaku.""Andai ibu masih di sini, pasti senang bukan dengan keputusanku ini? Terlebih ada hal yang membahagiakan juga, mamanya Risna sudah semb
“Lho Mas, kita mau kemana?” tanya Risna saat menyadari jalan yang diambil berbeda.“Maaf ya Dek, tolong ikut sebentar, ada yang ingin aku beli,” jawab Dewangga sambil senyum.Risna mengangguk.Mobil yang dikemudikan Dewangga melaju dengan kecepatan sedang. Banyak sekali yang mereka obrolkan. Mobil berbelok masuk ke sebuah toko aneka kado dan mainan terbesar di kota itu. Lelaki itu melepas sabuk pengamannya.“Mau ikut turun?"“Lama gak?”“Enggak, sebentar doang kok.”“Ya sudah aku tunggu di mobil aja, Mas. Mau tidur sebentar.”“Kamu ngantuk ya?"Risna hanya tersenyum nyengir. Dewangga turun dari mobil dan bergegas masuk ke dalam toko dengan langkah terburu-buru. Ia lantas membeli sebuah buket cokelat serta buket bunga mawar pink berpadu putih untuk ia persembahkan pada pujaan hatinya tercinta. Masuk kembali ke dlam mobilnya, tapi ia justru melihat Risna tertidur dengan pulas. Dewangga tersenyum sejenak sambil bergumam dalam hati.‘Nyenyak banget tidurnya, sepertinya kecapekan dia, k
Part 57 “Kapan rencananya kalian akan menikah?” tanya Reyhan membuka percakapan saat mereka makan malam bersama. Untuk malam ini mereka tinggal bersama di rumah itu, termasuk rombongan tetangganya dari desa. Mereka baru akan pulang besok pagi agar tak kelelahan di jalan, semua sudah direncanakan sebaik mungkin."Apa kakak tidak apa-apa kalau kami menikah lebih dulu?" tanya Risna memastikan."Tentu saja tidak apa-apa. Justru kakak jauh lebih tenang kalau ada yang melindungimu sepenuhnya. Tidak usah pikirkan kakak. Kakak ini laki-laki, bisa saja mencari wanita. Kakak memang menunggumu lebih dulu agar kau menemukan jodoh yang baik."Suasana hening sejenak. Hanya terdengar suara detik jam."Jadi kapan rencananya kalian akan menikah?" tanya Reyhan lagi.Dewangga tersenyum dan memandang ke arah Risna. “Saya inginnya sih secepatnya, Bang. Tapi, setelah menikah, Risna akan jadi tanggung jawab saya, maka saya harus cari pekerjaan tetap dulu disini agar bisa menafkahi Risna.”“Jadi kamu seriu
Keesokan paginya, tetangga di kampung izin pulang, sedangkan Dewangga mencari rumah kontrakan untuk tempatnya tinggal, mencari tempat tinggal yang lebih dekat dengan perusahaan Reyhan yang baru, agar bisa ditempuh dengan jarak yang dekat. Ia diamanahi memegang kantor baru dan melaporkan semua aktivitas pekerjaan di sana. Karena juga masih dalam tahap pembangunan, belum jadi 100%. Dewangga akan bekerja dengan serius dan loyalitas. Sebab tak ingin mengecewakan Risna maupun Reyhan. Ia akan membuktikan meski orang kampung, dia pun mampu. Dewangga juga sudah punya pengalaman kerja bertahun-tahun, jadi tak begitu sulit untuknya.*** Dua bulan berlalu, Risna dan Dewangga sudah memantapkan hati untuk menikah sebelum ramadhan tahun ini. Mereka tak ingin berlama-lama agar tak timbul fitnah. Meskipun baik Risna dan Dewangga sama-sama sibuk pada pekerjaan masing-masing. Bertemu pun hanya satu minggu sekali saat Dewa mengunjungi Risna ketika weekedn, itupun sangat sebentar. hanya makan malam
Part 58Risna tak bisa menahan perasaannya lagi, dia menangis tergugu saat sampai di mobil. Ayah dan ibu tirinya sungguh keterlaluan. Dewangga hanya diam dan terus memandang calon istrinya dengan perasaan iba, membiarkan Risna meluapkan perasaan serta kekesalannya.“Aku tidak menyangka, papa dan istrinya begitu tega bicara itu pada kita, Mas. Aku benar-benar gak nyangka. Rasanya sakit hatiku, Mas. Pantas saja, Kak Reyhan tak pernah mau akur dengan papa dan mama tiri, ternyata ini alasannya.Dewangga menyodorkan tissue pada Risna.“Iya, aku paham perasaanmu, Dek. Kamu sabar ya.”“Aku memang gak punya kesabaran yang luas, Mas.” “Istighfar dulu, Dek, lalu minum ini,” ucap Dewangga seraya menyodorkan air mineral ke arah Risna.Risna menghela napas dalam-dalam seraya beristighfar lirih. Lalu meminum air mineral itu beberapa teguk. Saat ini perasaannya sudah jauh lebih baik.“Benar kata Kak Reyhan, lebih baik memang tak mengenal mereka.”Dewangga mengangguk, masih terus memandangi wajah wa
Part 59Hari HAcara pernikahan di gelar di sebuah gedung yang sudah disewa oleh Reyhan. Ya, Reyhan mempersiapkan semuanya dari mulai gedung dan wedding organizernya. Mau tak mau Risna setuju karena katanya ini adalah persembahan untuk sang adik tercinta. Gedung serbaguna itu sudah di dekorasi dengan apik. Lantunan musik klasik ikut meramaikan acara. Hiasan dari kain satin berpadu kain tile serba putih dan pink, tak lupa bunga wisteria untuk menyemarakkan suasana, makin menambah kesan apik. Karena bentuknya yang menarik dan warnanya yang begitu indah.Kerlap-kerlip lampu warna gold, menambah kesan yang artistik. Bunga-bunga mawar berwarna pink dan putih juga diletakkan di beberapa tiang penyangga serta di tengah-tengah meja pengunjung, membuat kesan yang manis romantis.Senyuman manis terukir di bibirnya. Saat ini, Risna sudah dirias cantik bak seorang ratu, kebaya putih dan hijabnya dengan taburan payet miyuki membalut tubuhnya yang ramping. Hiasan headpice yang mewah dan elegan men
Part 60Pernikahan berjalan dengan lancar, berkat penjagaan yamg ketat. Semua tamu undangan yang hadir memberikan ucapan selamat kepada kedua mempelai yang selalu mengukir senyuman manis.Setelah resepsi digelar dengan mewah dan meriah, selesai acara pengantin pun segera pulang ke rumah. Sekitar pukul sembilan malam, Pak Kamal mengantar sang pengantin dan juga Bu Salamah ke rumah Reyhan. Meskipun Pak Hadiwilaga meminta Risna dan Dewangga untuk tinggal sementara waktu di rumah utama, mereka menolaknya.Satu hari terasa begitu melelahkan jugamembahagiakan. Meski masih terasa gugup dan canggung, tapi Dewangga selalu menggenggam tangannya Risna, memberikan kehangatan dan ketenangan untuknya.Karena terlampau lelah, Risna tertidur dan bersandar di bahu sang suami. Dia memang sudah melepas semua atribut dan aksesoris pengantinnya. Hanya kebaya dan riasan make-up yang masih belum terhapus dari wajahnya.Saat sampai di rumah, Risna merasa takjub, ternyata rumah pun diberi dekorasi minimalis
Part 61"Kalian bener gak mau jalan-jalan atau honeymoon gitu?" tanya Reyhan pada adiknya saat berkesempatan makan malam bersama.Risna menoleh ke arah Dewangga, pasangan itu hanya saling melempar senyum."Tidak, Kak. Aku kan masih ada pekerjaan dan juga kuliah. Mas Dewa juga kerjaannya padat, gak mungkin bisa ditinggal.""Kan bisa izin dulu, Dek.""Tidak, Kak. Kita masih menikmati moment ini. Kan kita baru izin beberapa hari yang lalu untuk melangsungkan pernikahan, rasanya gak pantas kalau ambil izin lagi untuk jalan-jalan. Iya kan, Mas?""Iya. Tidak usah repot-repot, Bang. Kebersamaan seperti ini saja kami sudah merasa bahagia," tandas Dewangga."Ya sudah kalau begitu. Ingat ya Dewa, kamu harus menjaga istrimu dengan baik," ujar Reyhan. Dia memang sangat sayang pada adiknya"Tentu saja, Bang."***"Dek ...""Risna, bangun sayang ...."Terdengar suara yang berbisik di telinga. Mata mulai mengerjap pelan, Risna melihat wajah Dewangga yang tengah tersenyum. "Cepat mandi gih, sebentar