"Tolong! Tolong aku. Ini sangat panas." Naya berbicara dengan suara serak, matanya sayu menatap Felix dengan penuh harap. Entahlah Naya tidak dapat berpikir apapun saat ini, tubuhnya menginginkan sesuatu yang telah lama tidak pernah dia rasakan. Entah sejak kapan Naya yang sudah polos, begitu juga dengan Felix kemeja yang dikenakannya sudah teronggok di atas lantai."Maafkan aku sayang. Aku akan membantumu menuntaskan ini semua.""Aku tidak bermaksud untuk memanfaatkan keadaan ini. Sungguh!"Felix berbicara dengan wajah penuh rasa bersalah. Jahatkah Felix? Yang terkesan memanfaatkan keadaan ini?Tidak!Felix hanya ingin melindungi istrinya. Apa itu salah?Felix akan merasa sangat bersalah jika membiarkan istrinya disentuh laki-laki lain.Malam panas yang tidak mereka bayangkan sebelumnya pun terjadi dengan sangat dahsyat. Naya yang berada dalam pengaruh obat, melakukannya dengan sangat agresif. Bahkan Naya tidak mengizinkan Felix untuk memimpin permainan.Malam berlalu begitu lamb
"Apa!" Edoardo dan istrinya dibuat dibuat terkejut dengan pengajuan Naya barusan.Alex memandang Naya dengan tatapan mengejek. " Dasar perempuan murahan!" ucapnya, setelah itu Alex pergi meninggalkan rumah Edoardo. Menyisakan tiga orang yang sedang saling tatap menuntut penjelasan.Nyonya Edoardo yang sedari tadi hanya diam menyaksikan, Dia berjalan menghampiri Naya yang tergugu di lantai setelah kepergian Alex.Nyonya Edoardo, merangkulnya, membawanya ke dalam pelukan. Membiarkan putri semata wayangnya meluapkan emosi dengan menangis. Perlahan Nyonya Edoardo mengusap punggung Naya, berharap bisa sedikit membuat Naya tenang.Sedangkan Edoardo memijat kepalanya yang terasa berdenyut.Berkali-kali Edoardo menggeleng tidak percaya, namun ada hal yang lebih di takutkannya saat ini.Bagaimana jika Alex membocorkannya pada media? Reportasi nya akan hancur jika berita ini sampai tersebar.Naya mencoba menjelaskan apa yang baru saja terjadi dengannya, mulai dari acara di pesta itu sampai den
Nick turun terlebih dulu, lalu membukakan pintu untuk Felix.“Silahkan tuan.”Perlahan Felix turun, matanya masih menyisir suasana sekitar.“Untuk apa kau membawaku kemari?” Felix bertanya dengan penuh rasa heran.Bagaimana tidak!Bagunan yang ada di hadapannya saat ini begitu asing. Jika dikatakan ini bangunan terbengkalai sepertinya bukan.Terlihat dari bangunannya yang masih kokoh dan juga terawat. Bangunan ini lebih pantas disebut markas yang sengaja dibangun di tempat ini.Lantas untuk apa Nick mengajak Felix kemari? Apakah Nick punya rencana jahat? Lalu apa maksud katanya bermain tadi?Felix meningkatkan kewaspadaan, bagaimanapun juga dia harus berhati-hati. Apapun bisa terjadi disini.Terlihat Nick merogoh saku celananya, mengeluarkan dua buah masker. Kemudian memberikannya satu pada Felix.“Pakai ini tuan, sebelum kita masuk.” Walau masih tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi namun Felix tetap menerima masker yang Nick berikan, lalu memakainya. Begitu juga dengan Ni
Nyonya Edoardo berlari ke kamarnya untuk mengambil kunci cadangan. Setelah mendapatkan kunci dia langsung kembali ke kamar Naya.Begitu terkejutnya Nyonya Edoardo begitu pintu berhasil di buka.“Astaga! Air kenapa banyak air disini?”“Naya!” teriaknya panik.Nyonya Edoardo langsung berlari masuk kedalam.Kosong!Tidak ada Naya di sana.Lantas dimana Naya?Fokusnya saat ini adalah kamar mandi karena dari sana terdengar suara gemericik air, bahkan sampai banjir keluar.“Naya!” teriak Nyonya Edoardo, begitu melihat putrinya sudah hampir tenggelam di dalam bathup.“Astaga Naya. Apa yang kamu lakukan!”Nyonya Edoardo langsung mematikan keran, kemudian menekan tombol pembuangan. Setelah itu dia berusaha mengangkat tubuh Naya yang sudah membiru dan juga sangat dingin akibat terlalu lama berendam.Dengan susah penuh perjuangan akhirnya, Naya berhasil dikeluarkan dari dalam bathup. Kemudian di baringkan di atas lantai.“Naya. Bangun!” Nyonya Edoardo mencoba menyadarkan Naya dengan menepuk-ne
Flashback.Beberapa bulan yang lalu, disaat perusahaan Bramantyo hampir bangkut akibat tidak adanya investor yang mau menanam saham lagi di perusahaan Bramantyo Nick datang menawarkan kerjasama atas perintah presdir Albert.Apalagi saat itu, rencananya untuk menjodohkan putra semata wayangnya Alex Bramantyo dengan putri Edoardo gagal total.Padahal Bram sudah merancang rencananya dengan matang. Jika Alex berhasil menjebak putri Edoardo makan akan lebih mudah baginya untuk terus memperalat Edoardo.Namun rencana tinggallah rencana. Rencana yang mereka susun dengan baik berantakan sudah. Untung saja waktu itu Alex bisa memutar balikan fakta atas tuduhan yang putri Edoardo tujukan pada Alex.“Bagaimana, ini Pa! Naya sudah tahu jika aku yang memberinya obat itu!” Alex terlihat panik, dia berjalan kesana kemari membuat Bram menjadi ikut pusing melihatnya.“Tenang Alex! Duduklah!” ucap Bram dengan nada tinggi.Mendengar papanya, meninggikan suara. Alex langsung duduk di kursi yang berhada
Dengan menjalin kerja sama, maka Nick lebih mudah untuk memantau pergerakan Alex. Yang kini menjadi tawanannya.Biarkan saja berita hilangnya Alex menjadi tranding topik, dengan begitu pemberitaan tentang Naya akan redup dengan sendirinya.Dan benar saja, bukan hanya di laman online, di jalanan maupun di tempat umum lainnya, wajah Alex terpampang dengan jelas.Seperti pagi ini. Di lampu merah yang dilalui Nick. Di saat mobil berhenti ada seseorang mengetuk kaca jendela mobilnya.Nick membuka sedikit kaca mobil, sambil menatap tajam pria tersebut.“Permisi, maaf menggangu waktunya tuan, ini…” Pria itu menyodorkan selebaran pada Nick,” Barang kali tuan melihatnya, anda bisa hubungi nomor yang tertera.” ucapnya dengan ramah.Tanpa menjawab sepatah kata pun Nick menerima selebaran itu, kemudian menutup kembali kaca jendela mobilnya.Bukan hanya pada mobil Nick, pria itu juga melakukan hal sama pada mobil-mobil lain yang sedang menunggu lampu berganti warna.Nick hanya melihatnya sebenta
Felik menempelkan telunjuk di bibir, memberi tanda agar Nick jangan bersuara.Segera Felix menggeser tombol hijau.“Hallo kakek. Apa ada masalah?” tanya Felix begitu panggilan tersambung.Karena tidak biasanya memang, kakek menghubungi Felix.“Ah. Tidak-tidak. Kakek hanya ingin memastikan, apa kamu sudah sampai di kantor?”Felix mengerutkan kening mendengarkan pertanyaan kakek yang menurutnya aneh.“Sudah. Memangnya ada apa?” “Tidak. Maksudnya, pulang cepatlah nanti aku ingin bicara.”“Baiklah. Nanti aku usahakan.”Aneh sekali rasanya kakek menyuruh Felix pulang cepat. Ada apa? Apakah kakek sakit?Tadi sebelum Felix pergi ke kantor, kakek masih terlihat baik-baik saja.“Apa ada masalah tuan?” Felix menengok Nick sebentar,” Tidak tahu, tapi kakek menyuruhku pulang cepat.” ucap Felix sambil menaikan bahunya. Setelah itu Felix langsung pergi ke ruangannya, banyak kerjaan hari ini yang harus dia kerjakan.Felix melupakan masalah tamu tidak diundang dan keanehan kakek sejenak. Lagi pul
Hari sudah berganti sore, sesuai janjinya dengan kakek Felix pulang lebih awal.“Ada apa ini kek, tumben sekali para pelayan sibuk di jam seperti ini?”Felix bertanya begitu dia baru saja tiba. Suasana di dalam rumah yang ramai membuatnya cukup heran, karena memang tidak biasanya seperti ini.Sepertinya akan ada acara, tapi apa? Felix tidak mengetahuinya sama sekali.Di rumah besar ini hanya ada tuan besar Glendale dan juga Felix saja, jadi walaupun pelayan memasak untuk hidangan makan malam tidak sesibuk saat ini.“Kau sudah pulang rupanya. Sini.” Glendale menyambut dengan hangat kedatangan Felix. Tangannya menepuk sofa kosong di sebelahnya.Sesuai perintah, Felix pun duduk di samping Glendale.Matanya masih celingukan memperhatikan para pelayan yang sedang sibuk.“ Ada acara kah?”Felix kembali bertanya, saat pertanyaan pertamanya tidak kunjung mendapat jawaban.“Tidak. Hanya makan malam biasa saja. Kakek ingin mengenalkanmu pada teman lama kakek, dia juga teman dekat kedua orang t