"Apa!" Edoardo dan istrinya dibuat dibuat terkejut dengan pengajuan Naya barusan.Alex memandang Naya dengan tatapan mengejek. " Dasar perempuan murahan!" ucapnya, setelah itu Alex pergi meninggalkan rumah Edoardo. Menyisakan tiga orang yang sedang saling tatap menuntut penjelasan.Nyonya Edoardo yang sedari tadi hanya diam menyaksikan, Dia berjalan menghampiri Naya yang tergugu di lantai setelah kepergian Alex.Nyonya Edoardo, merangkulnya, membawanya ke dalam pelukan. Membiarkan putri semata wayangnya meluapkan emosi dengan menangis. Perlahan Nyonya Edoardo mengusap punggung Naya, berharap bisa sedikit membuat Naya tenang.Sedangkan Edoardo memijat kepalanya yang terasa berdenyut.Berkali-kali Edoardo menggeleng tidak percaya, namun ada hal yang lebih di takutkannya saat ini.Bagaimana jika Alex membocorkannya pada media? Reportasi nya akan hancur jika berita ini sampai tersebar.Naya mencoba menjelaskan apa yang baru saja terjadi dengannya, mulai dari acara di pesta itu sampai den
Nick turun terlebih dulu, lalu membukakan pintu untuk Felix.“Silahkan tuan.”Perlahan Felix turun, matanya masih menyisir suasana sekitar.“Untuk apa kau membawaku kemari?” Felix bertanya dengan penuh rasa heran.Bagaimana tidak!Bagunan yang ada di hadapannya saat ini begitu asing. Jika dikatakan ini bangunan terbengkalai sepertinya bukan.Terlihat dari bangunannya yang masih kokoh dan juga terawat. Bangunan ini lebih pantas disebut markas yang sengaja dibangun di tempat ini.Lantas untuk apa Nick mengajak Felix kemari? Apakah Nick punya rencana jahat? Lalu apa maksud katanya bermain tadi?Felix meningkatkan kewaspadaan, bagaimanapun juga dia harus berhati-hati. Apapun bisa terjadi disini.Terlihat Nick merogoh saku celananya, mengeluarkan dua buah masker. Kemudian memberikannya satu pada Felix.“Pakai ini tuan, sebelum kita masuk.” Walau masih tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi namun Felix tetap menerima masker yang Nick berikan, lalu memakainya. Begitu juga dengan Ni
Nyonya Edoardo berlari ke kamarnya untuk mengambil kunci cadangan. Setelah mendapatkan kunci dia langsung kembali ke kamar Naya.Begitu terkejutnya Nyonya Edoardo begitu pintu berhasil di buka.“Astaga! Air kenapa banyak air disini?”“Naya!” teriaknya panik.Nyonya Edoardo langsung berlari masuk kedalam.Kosong!Tidak ada Naya di sana.Lantas dimana Naya?Fokusnya saat ini adalah kamar mandi karena dari sana terdengar suara gemericik air, bahkan sampai banjir keluar.“Naya!” teriak Nyonya Edoardo, begitu melihat putrinya sudah hampir tenggelam di dalam bathup.“Astaga Naya. Apa yang kamu lakukan!”Nyonya Edoardo langsung mematikan keran, kemudian menekan tombol pembuangan. Setelah itu dia berusaha mengangkat tubuh Naya yang sudah membiru dan juga sangat dingin akibat terlalu lama berendam.Dengan susah penuh perjuangan akhirnya, Naya berhasil dikeluarkan dari dalam bathup. Kemudian di baringkan di atas lantai.“Naya. Bangun!” Nyonya Edoardo mencoba menyadarkan Naya dengan menepuk-ne
Flashback.Beberapa bulan yang lalu, disaat perusahaan Bramantyo hampir bangkut akibat tidak adanya investor yang mau menanam saham lagi di perusahaan Bramantyo Nick datang menawarkan kerjasama atas perintah presdir Albert.Apalagi saat itu, rencananya untuk menjodohkan putra semata wayangnya Alex Bramantyo dengan putri Edoardo gagal total.Padahal Bram sudah merancang rencananya dengan matang. Jika Alex berhasil menjebak putri Edoardo makan akan lebih mudah baginya untuk terus memperalat Edoardo.Namun rencana tinggallah rencana. Rencana yang mereka susun dengan baik berantakan sudah. Untung saja waktu itu Alex bisa memutar balikan fakta atas tuduhan yang putri Edoardo tujukan pada Alex.“Bagaimana, ini Pa! Naya sudah tahu jika aku yang memberinya obat itu!” Alex terlihat panik, dia berjalan kesana kemari membuat Bram menjadi ikut pusing melihatnya.“Tenang Alex! Duduklah!” ucap Bram dengan nada tinggi.Mendengar papanya, meninggikan suara. Alex langsung duduk di kursi yang berhada
Dengan menjalin kerja sama, maka Nick lebih mudah untuk memantau pergerakan Alex. Yang kini menjadi tawanannya.Biarkan saja berita hilangnya Alex menjadi tranding topik, dengan begitu pemberitaan tentang Naya akan redup dengan sendirinya.Dan benar saja, bukan hanya di laman online, di jalanan maupun di tempat umum lainnya, wajah Alex terpampang dengan jelas.Seperti pagi ini. Di lampu merah yang dilalui Nick. Di saat mobil berhenti ada seseorang mengetuk kaca jendela mobilnya.Nick membuka sedikit kaca mobil, sambil menatap tajam pria tersebut.“Permisi, maaf menggangu waktunya tuan, ini…” Pria itu menyodorkan selebaran pada Nick,” Barang kali tuan melihatnya, anda bisa hubungi nomor yang tertera.” ucapnya dengan ramah.Tanpa menjawab sepatah kata pun Nick menerima selebaran itu, kemudian menutup kembali kaca jendela mobilnya.Bukan hanya pada mobil Nick, pria itu juga melakukan hal sama pada mobil-mobil lain yang sedang menunggu lampu berganti warna.Nick hanya melihatnya sebenta
Felik menempelkan telunjuk di bibir, memberi tanda agar Nick jangan bersuara.Segera Felix menggeser tombol hijau.“Hallo kakek. Apa ada masalah?” tanya Felix begitu panggilan tersambung.Karena tidak biasanya memang, kakek menghubungi Felix.“Ah. Tidak-tidak. Kakek hanya ingin memastikan, apa kamu sudah sampai di kantor?”Felix mengerutkan kening mendengarkan pertanyaan kakek yang menurutnya aneh.“Sudah. Memangnya ada apa?” “Tidak. Maksudnya, pulang cepatlah nanti aku ingin bicara.”“Baiklah. Nanti aku usahakan.”Aneh sekali rasanya kakek menyuruh Felix pulang cepat. Ada apa? Apakah kakek sakit?Tadi sebelum Felix pergi ke kantor, kakek masih terlihat baik-baik saja.“Apa ada masalah tuan?” Felix menengok Nick sebentar,” Tidak tahu, tapi kakek menyuruhku pulang cepat.” ucap Felix sambil menaikan bahunya. Setelah itu Felix langsung pergi ke ruangannya, banyak kerjaan hari ini yang harus dia kerjakan.Felix melupakan masalah tamu tidak diundang dan keanehan kakek sejenak. Lagi pul
Hari sudah berganti sore, sesuai janjinya dengan kakek Felix pulang lebih awal.“Ada apa ini kek, tumben sekali para pelayan sibuk di jam seperti ini?”Felix bertanya begitu dia baru saja tiba. Suasana di dalam rumah yang ramai membuatnya cukup heran, karena memang tidak biasanya seperti ini.Sepertinya akan ada acara, tapi apa? Felix tidak mengetahuinya sama sekali.Di rumah besar ini hanya ada tuan besar Glendale dan juga Felix saja, jadi walaupun pelayan memasak untuk hidangan makan malam tidak sesibuk saat ini.“Kau sudah pulang rupanya. Sini.” Glendale menyambut dengan hangat kedatangan Felix. Tangannya menepuk sofa kosong di sebelahnya.Sesuai perintah, Felix pun duduk di samping Glendale.Matanya masih celingukan memperhatikan para pelayan yang sedang sibuk.“ Ada acara kah?”Felix kembali bertanya, saat pertanyaan pertamanya tidak kunjung mendapat jawaban.“Tidak. Hanya makan malam biasa saja. Kakek ingin mengenalkanmu pada teman lama kakek, dia juga teman dekat kedua orang t
Felix terhenyak ketika mendengar obrolan yangbtidak sengaja terdengar olehnya.Apa yang dia dengar tadi?Glendale ingin menjodohkan Felix? Bagaimana itu bisa terjadi?Sedangkan Glendale tahu cerita kehidupan Felix sebelumnya. Lantas! Apa ini?Felix menatap tajam Glendale,” Apa maksud kakek?!”Felix kembali bicara dengan nada terdengar dingin, raut wajahnya pun berubah merah padam.Felix benar-benar marah pada Glendale.“Tidak! Bukan begitu maksudku…”Felix menggeleng, lalu memotong perkataan Glendale.“Aku tidak percaya ini! Bukankah. Kakek sudah tahu cerita di kehidupanku sebelumnya?”Glendale refleks menganggukan kepala.“Lantas! Untuk apa acara makan malam ini! Sekalipun kakek meminta aku untuk menikahi anak dari teman papa ini….” Felix menunjuk orang di hadapannya.“Sampai kapan pun. Itu tidak akan pernah aku lakukan!”Felix berbalik menghadap pada Zack dan istrinya, kemudian menangkupkan kedua tangan di dada.Mendengar penuturan Felix, membuat wajah Glendale, memerah. Entah kare
“Katakan padanya siapa wanita yang si bodoh itu penjarakan!” bentak Alex pada wanita yang baru saja dia hempaskan dengan telah membuka kain yang disumpalkan pada mulut si wanita. Hiks!“Tolong lepaskan aku Alex.” Wanita itu menangis memohon. Namun bukannya terketuk hati Alex, yang ada Alex malah semakin menatap wanita itu dengan tajam.“Cepat katakan! Rahasia besar yang akan menghancurkan keluarga ini! Haha…” teriaknya.Sonya menatap Felix dan Glendale secara bersamaan.“Tuan Glendale, presdir Albert saya… ingin mengatakan sebuah rahasia yang selama ini saya simpan.” ucap Sonya.Ya. Wanita yang di sekap oleh Alex yaitu Sonya istrinya sendiri.“Katakan padaku. Apa yang anda ketahui nyonya?” tanya Felix mewakili Glendale yang duduk tidak berdaya.“Vanya adalah anak Adrian hasil dari hubungan gelap kami.” Duar!Glendale menggeleng kuat. Dunianya seakan hancur saat itu juga. Putra kebanggaannya tidak akan pernah melakukan hal semengijikan itu.“Anda jangan bohong! Apa maksud anda meng
“Kalian ini, bercandanya tidak lucu.” jawab Edoardo sambil terkekeh.Felix melirik Nick yang sama sedang meliriknya.“Tapi aku serius ayah mertua.” ucap Felix.“Benar tuan. Apa yang dikatakan tuan Albert, aku ingin melamar Embun untuk jadi istriku.” Nick ikut menimpali setelah mengumpulkan keberanian untuk mengatakannya langsung pada Edoardo.“Tunggu-tunggu. Aku masih tidak percaya dengan apa yang aku dengar. Memang sejak kapan anda pacaran dengan putri saya tuan Nick?” tanya Edoardo dengan wajah bingung. Di tidak pernah tahu atau mendengar rumor tentang Nick dan Embun, sekarang tiba-tiba pria itu datang melamar.“Tadi sore.” celetuk Nick yang membuat Edoardo dan Felix menatapnya dengan melongo.Sedangkan Embun yang bersembunyi di belakang tembok sana, menepuk jidatnya mendengar celetukan Nick.‘Astaga! Kulkas nih ya benar-benar dah ah!’ batin Felix mengerutuki Nick.“Sebentar. Apa aku tidak salah dengar? Kau baru sore tadi pacaran dan sekarang….” Edoardo melihat arloji di pergelangan
“Hah! Maksudnya?” Nick tidak mengerti dengan apa yang disampaikan Felix.Dia datang kemari untuk curhat malah dia yang dibuat terkejut dengan kelakuan random tuannya itu.Felix menuntun membawa Nick duduk di sofa, lalu dia pun ikut duduk di samping asistennya itu.“Aku paham. Kau patah hati bukan, karena ditolak oleh Embun atau? Tidak direstui?”Nick tergelak.”Haha…anda salah tuan. Aku datang kemari membawa membawa kabar bahagia.”“Sebentar lagi aku akan menikah tuan. Menikah.” Nick mempertegas ucapannya.“Benarkah? Wanita mana yang apes mendapatkan kulkas macam ini.” ledek Felix, jauh di lubuk hatinya Felix ikut bahagia atas kabar yang disampaikan Nick.“Kau ini. Tentu saja Embun. Siapa lagi.” sahut Nick dengan rada kesal.Walaupun suka menggoda Nick, Felix mengucapkan selamat disertai doa untuk pasangan baru ini.Wah. Jika istrinya tahu bisa heboh! Dan dia harus tahu.Felix meminta Nick untuk menunggu di ruang tamu, pria itu beralasan untuk pergi mandi sebentar setelah itu melanjut
Embun mengarahkan pandangannya sisi lain, dia tidak ingin Nick melihatnya yang tersipu. Jujur Embun merasa pertemuanku kali ini terasa sedang berkencan dan ini yang pertama kalinya untuk gadis itu. Ketika masih bekerja sebagai asisten Nick mereka memang sering makan berdua di cafe, tapi kali ini Embun merasakan sesuatu yang berbeda. Awalnya mereka ngobrol-ngobrol biasa bercerita tentang masa awal keduanya bertemu. Gelak tawa pun tidak lepas dari bibir keduanya. Namun lama kelamaan obrolan mereka mengarah pada hal yang lebih serius.Nick menghadap Embun, menatap wanita itu dalam. Perlahan tangan Nick menyentuh tangan Embun lalu menggenggamnya. Mendapat perlakuan seperti itu, jantung Embun kembali berdisko, gadis itu menundukan kepala tidak berani menatap Nick yang sedang menatapnya tanpa berkedip.“Embun. Ayo menikah.” ucap Nick dengan mantap. Butuh mental yang cukup untuk Nick mengatakan satu kalimat itu.Embun mendongak, menatap Nick dalam, gadis itu sedang mencari kebohongan di
Satu persatu masalah selesai, kini kehidupan mereka sudah berjalan dengan seperti biasa. Felix kini sudah aktif kembali di perusahaan dan Nick selalu setia menemani sang presdir.Nick merasa kehilangan Embun setelah gadis tidak lagi bekerja atas permintaan Edoardo. “Woy! Melamun aja. Galau.” Ledek Felix ketika pria itu masuk kedalam ruangan Nick.Nick melirik sekilas.”Ck! Anda mengagetkan ku saja tuan.” ucap Nick berdecak sebal.Felix terkekeh, kemudian pria itu duduk di kursi yang berhadapan di hadapan Nick.“Kenapa tuh muka, ditekuk mulu?” Felix kembali bertanya, semenjak tidak ada Embun Nick sering murung.“Tidak apa tuan.” “Sudahlah. Kau tidak perlu bohong dengan ku. Kau menyukai Embunkan?”“Ck! Anda sok tahu.” “Tentu saja aku tau, terlihat tuh dari wajah. Dilipat mulu kaya kaya kanebo. Bilang kalau memang suka kenapa harus dipendam. Kau takut dengan mertuaku?” tanya Felix dengan penuh selidik. Padahal jika memang Nick menyukai Embun, Felix malah mendukung. Tidak perlu ada yan
Semua orang terperangah menatap gadis yang diperkenalkan Edoardo. Semua perkiraan mereka salah, seketika suasana hening kembali semua orang hanyut dalam pemikirannya masing-masing.Sejak kapan Edoardo memiliki dua putri? Namun semua terjawab ketika Edoardo menjelaskan secara detail kejadian demi kejadian di masa lalu, seketika suasana pesta menjadi mengharu biru, semua orang begitu terharu terutama kaum ibu-ibu.“Jadi begitu, saya begitu bersyukur hari ini bisa dipertemukan kembali dengan putri kami yang telah lama hilang. Mungkin hanya itu saja, terima kasih sudah mau mendengarkan berita bahagia ini.” Edoardo mengakhiri ceritanya.Setelah acara baby Zayyan, Zayyen usai, banyak yang memberikan ucapan selamat pada mereka. Hari sudah gelap ketika pesta benar-benar usai, para tamu undangan sudah kembali ke rumahnya masing-masing. Kini di rumah itu hanya ada anak buah Nick dan pelayan yang sedang membereskan sisa pesta tadi. Nick pun tidak kalah sibuk saat ini.“Tuan. Minumlah dulu.”
“Maksud ibu apa?!” seru Naya dari balik pintu, wanita itu begitu terkejut dengan penuturan sang ibu. Felix yang berada di samping Naya juga tidak kalah terkejutnya. Nick, pria itu juga terkejut, saking kagetnya Nick hanya diam menatap kedepan tanpa mampu berkata-kata.Mendengar seruan Naya, Melani mendongak menatap putrinya itu, lalu bangun melangkah menghampiri Naya.“Embun. Sayang. Embun adalah adikmu yang hilang dua puluh tahun yang lalu.” jelas Melani, membuat mata Naya melotot tidak percaya.Naya menggeleng kuat. Bagaimana bisa?Sedangkan dari kecil dia tidak memiliki adik, lalu sekarang? Melihat reaksi Naya hanya diam, Melani menuntun wanita itu lalu mengajaknya duduk di samping Embun.Naya yang masih syok hanya menurut, Melani tampak mencari sesuatu dalam tasnya.“Lihat ini sayang.” Melani menunjukan sebuah foto pada mereka terutama Naya.“Ini adalah kamu saat umur satu tahun dan ini” Melani menunjuk satu bayi lagi.“Ini adalah Mila adik kamu yang hilang. Lalu ini.” Melani
Hari ini akan diadakan pesta menyambut kelahiran baby Zayyan dan baby Zayyen. Nick dan Embun menjadi orang tersibuk dalam menyiapkan pesta ini. Mulai dari mencari WO mencari pernak pernik untuk dekorasi sampai hidangan semua di serahkan pada Nick dan Embun. Namun tidak ada wajah lelah di kedua orang tersebut, semua menyiapkannya dengan hati yang bahagia. Rumah megah berlantai dua ini, bagian lantai dasar yang menjadi tempat acara sudah di dekor dengan begitu indah dengan konsep serba biru. Para tamu undangan pun sudah mulai berdatangan.Di kamar baby Zayyan dan Zayyen Melani, Naya di bantu Embun sedang mempersiapkan baby Zayyan dan Zayyen.“Ah. Tuan muda kenapa anda sangat lucu.” ucap Embun dengan gemas. Bayi yang baru berusia tujuh hari, diberi kostum pangeran dengan warna biru. Ah. Itu terlihat sangat lucu!“Iya dong tante. Aku kan memang menggemaskan. Sejak lahir.” sahut Naya, dengan menirukan suara anak kecil. Ketiga wanita itu tergelak tertawa bersama. Sedari tadi Melani t
“Eh. Nyonya ada apa? Kenapa malah bengong di situ?” Suara Embun membuyarkan lamunan Melani dari keterkejutannya.Melani terkesikap, lalu melangkah pelan menghampiri Embun.“Bagaimana apa kamu sudah lebih baik?” Melani balik bertanya.Embun tersenyum lalu mengangguk pelan.” Ini sudah jauh lebih baik nyonya.” ‘Apa benar yang aku lihat barusan? Kenapa tanda itu?’ batin Melani masih bertanya-tanya. Ingin bertanya langsung pada Embun pun rasanya sungkan.“Nyonya.” panggil Embun lagi.“Eh. Iya, ah. Syukurlah kalau kau sudah lebih baik.”“Oh. Iya, aku kemari hanya ingin memberi tahu, jika Naya sudah dipindahkan ke ruang rawat inap.” jelas Melani, kemudian wanita itu duduk di kursi yang menghadap ranjang di mana Embun terbaring. Melani menatap Embun dalam, tangannya menggenggam gadis itu. Entah Melani merasakan sesuatu, tapi entah apa. Melani hanya pernah bertemu dengan Embun dua kali yaitu pada saat acara resepsi pernikahan Naya dan sekarang. Tapi merasa dekat seperti sudah lama kenal.T