Naya merasakan sentuhan yang sangat dia kenal, sentuhan yang selama ini dirindukannya. "Felix?" Naya bergumam pelan, " Kenapa sentuhan dan tangan itu? Aku..aku seperti tidak asing?"Naya menggeleng, "Tidak, itu tidak mungkin! Tapi…" ah. Tidak mungkin. Naya segera menepis apa yang ada dalam pikirannya.Setelah mengantar Naya sampai pintu restoran pria itu langsung pergi, dan Naya tidak dapat melihat dengan jelas wajah pria itu.Bukan hanya karena gelap tetapi karena pria itu pun memakai masker, sehingga sangat sulit untuk Naya agar dapat mengenalinya.Siapa dia? Kenapa dia menolongku?Naya bernapas lega saat dirinya sudah sampai di luar restoran."Syukurlah, aku harus segera pergi sebelum ada yang menyadari kepergianku."Naya langsung pergi meninggalkan cafe, dengan hanya berjalan kaki.Felix tersenyum penuh kelegaan, " Ayo Nick, kita pulang, tugasku sudah selesai disini."Nick mengangguk, "Baik tuan."Keduanya lalu kembali ke mobil dan langsung pergi dari cafe tersebut. Tragedi ma
"Lihatlah!! Naya tidak pulang, ini semua gara-gara kamu!" bentak nyonya Edoardo pada suaminya.Edoardo mengusap rambutnya dengan kasar," Akh!"Pikiran sedang kalut saat ini, emosinya tidak kunjung mereda ditambah pagi-pagi istrinya sudah marah-marah gara-gara Naya tidak pulang."Sudahlah! Biarkan saja anak itu, tidak kembali pun tidak masalah, bisanya hanya menyusahkan saja!" Edoardo tidak kalah meninggikan suara pada istrinya.Setelah itu ia berlalu dan langsung pergi ke kantor, tanpa menghabiskan sarapannya. Meninggalkan istrinya yang masih terdiam di meja makan.Edoardo mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi, sehingga tidak butuh waktu lama baginya sampai di kantor. Edoardo yang masih dikuasai oleh amarah, begitu turun dari mobil Edoardo langsung berjalan masuk kedalam gedung perusahaannya dengan wajah yang memerah padam."Selamat pagi tuan," sapa seorang karyawan yang kebetulan berpapasan dengannya.Alih-alih menjawab, Edoardo malah menatapnya dengan tajam, sehingga karyawa
Setelah menempuh perjalanan yang lumayan memakan waktu, akhirnya mobil yang di kendarai Nick tiba di sebuah bagunan megah, tidak kalah megah dengan bangunan utama keluarga Glendale. Akan tetapi dari depan bangunan ini nampak tidak terawat. Di beberapa sudut banyak tumbuh ilalang."Ayo, turun." ajak Glendale, ketika melihat Felix hanya diam dan Felix hanya menjawab dengan anggukan kepala."Dimana ini?" Tanya Felix begitu mereka tiba di halaman bangunan megah itu.Halaman rumah yang nampak kotor dan tidak terawat, namun tidak menghilangkan kesan mewah dari bagunan tersebut.Glendale hanya tersenyum menanggapi pertanyaan dari Felix, " Nanti kamu akan tahu."Hanya itu jawaban yang diberikan Glendale, kemudian dia melangkah masuk diikuti oleh Felix dan juga Nick dibelakang.Begitu pintu utama dibuka, kesan utama yang ditangkap Felix adalah rumah ini sudah sangat lama tidak dihuni, terlihat dari semua barang-barang yang ada disana, semua barang di tutup dan juga banyak debu yang menempel
Setelah selesai mandi, Naya berjalan menuju lemari, tangannya meraih pintu lemari lalu membukanya. Lama Naya di depan lemari mencari pakaian yang kiranya sudah tidak layak pakai.Setelah mencari cukup lama akhirnya Naya menemukan pakaian yang sesuai dengan ekspektasinya.Sebuah kaos berlengan pendek, dengan ukuran kebesaran dan juga warna yang sudah sedikit menguning akibat terlalu lama disimpan, menjadi pilihan Naya kali ini. Di padu dengan celana jeans panjang warna hitam yang warnanya pun sudah memudar, sangat tidak layak dipakai untuk ukuran orang kaya seperti Naya.Naya tersenyum penuh arti, setelah berpakaian Naya duduk di depan meja rias. Jika kalian berpikir Naya akan merias wajahnya supaya terlihat cantik, kalian salah besar.Justru sebaliknya Naya memakai make up agar wajahnya terlihat pucat, namun Naya memilih memoles bibirnya dengan warna merah darah. Sungguh sangat kontras dengan riasan wajahnya. Sehingga terlihat aneh.Setelah selesai Naya berdiri di depan cermin, membo
Tring!Satu pesan kembali masuk dalam ponsel Nick, namun Nick mengabaikannya karena saat ini dirinya sedang berada di ruang meting.Setelah dua jam, akhirnya meeting selesai dan semua kembali ke divisi masing-masing. Begitu juga dengan Felix dan juga tuan Besar Glendale mereka sudah berada di ruangan presdir.Nick yang baru saja tiba di ruangannya, kembali melanjutkan pekerjaan sampai menunggu waktu istirahat."Astaga! Aku melupakan sesuatu." Kemudian Nick merogoh saku celana, mengeluarkan ponsel. Dan benar Nick melupakan pesan yang dikirim seseorang beberapa jam yang lalu."Video apa ini?"Dengan rasa penasaran yang tinggi, akhirnya Nick memutar video itu, lama Nick menunggu akhirnya dia tergelak melihat orang yang ada di dalam video tersebut.Tidak habis pikir Nick dengan cara Naya membuat pria berkacamata kuda itu kesal, bahkan bukan hanya kesal tetapi menguras isi dompetnya pula."Hahaha..anda hebat nona, tuan felix harus tahu ini. Tapi nanti sajalah sepulang dari kantor." Nick
Tanpa menjawab pertanyaan kakeknya, Felix memakai barang tersebut.Ternyata Felix telah memesan topeng mata, yang akan menutupi bagian matanya saja seperti pangeran dalam dongeng Cinderella jaman dulu."Aku harus memakai ini, Kakek. Agar keluarga mertuaku tidak bisa mengenaliku." Glendale mengangguk mengerti,"Baiklah. Jika itu membuatmu nyaman."Setelah semua dipastikan sudah siap, Nick turun terlebih dulu, lalu membukakan pintu. Mempersilahkan tuannya untuk turun.Suasana disana sudah ramai, bukan hanya tamu undangan yang hadir, tetapi banyak juga wartawan yang datang dari berbagai stasiun televisi swasta dan majalah.Ini untuk kedua kalinya perusahaan Glendale mengadakan perayaan, setelah adanya presdir baru. Dan tentu saja semua orang sangat antusias. Berharap kali ini dalam pesta ini, mereka bisa melihat wajah presdir Albert.Begitu pintu mobil terbuka, semua pasang mata dan kamera siap mengabadikan momen yang menurut mereka sangat langka ini.Tuan besar Glendale turun terlebih
Naya yang kala itu memang merasa haus, tanpa berpikir buruk, langsung menerima minuman yang diberikan Alex. Lalu menenggaknya sampai tandas, melihat itu Alex tersenyum licik.Awalnya Naya tidak merasakan apapun, namun setelah sepuluh menit berlalu, tubuh Naya terasa panas. Suara bising dari alunan musik membuat Naya semakin tidak karuan."Kenapa?" tanya Alex dengan sedikit berteriak saking bisingnya. Alex yang melihat Naya duduk dengan gelisah, terlihat pula keringat yang membasahi keningnya.Naya menggeleng samar, setelah itu langsung pergi meninggalkan Alex tanpa ingin menjawab pertanyaannya.Tubuh Naya semakin panas, membuatnya tidak tahan. Naya berlari ke kamar mandi."Astaga! Ada apa dengan tubuhku? Kenapa panas sekali!" Naya beberapa kali mencuci wajahnya, berharap rasa panas itu akan berkurang."Ah! Ini panas sekali!" Naya hampir gila merasakan tubuhnya, hampir saja Naya membuka pakaiannya. Namun seketika kewarasannya kembali."Ini tidak benar. Aku harus segera pergi dari
"Tolong! Tolong aku. Ini sangat panas." Naya berbicara dengan suara serak, matanya sayu menatap Felix dengan penuh harap. Entahlah Naya tidak dapat berpikir apapun saat ini, tubuhnya menginginkan sesuatu yang telah lama tidak pernah dia rasakan. Entah sejak kapan Naya yang sudah polos, begitu juga dengan Felix kemeja yang dikenakannya sudah teronggok di atas lantai."Maafkan aku sayang. Aku akan membantumu menuntaskan ini semua.""Aku tidak bermaksud untuk memanfaatkan keadaan ini. Sungguh!"Felix berbicara dengan wajah penuh rasa bersalah. Jahatkah Felix? Yang terkesan memanfaatkan keadaan ini?Tidak!Felix hanya ingin melindungi istrinya. Apa itu salah?Felix akan merasa sangat bersalah jika membiarkan istrinya disentuh laki-laki lain.Malam panas yang tidak mereka bayangkan sebelumnya pun terjadi dengan sangat dahsyat. Naya yang berada dalam pengaruh obat, melakukannya dengan sangat agresif. Bahkan Naya tidak mengizinkan Felix untuk memimpin permainan.Malam berlalu begitu lamb
“Katakan padanya siapa wanita yang si bodoh itu penjarakan!” bentak Alex pada wanita yang baru saja dia hempaskan dengan telah membuka kain yang disumpalkan pada mulut si wanita. Hiks!“Tolong lepaskan aku Alex.” Wanita itu menangis memohon. Namun bukannya terketuk hati Alex, yang ada Alex malah semakin menatap wanita itu dengan tajam.“Cepat katakan! Rahasia besar yang akan menghancurkan keluarga ini! Haha…” teriaknya.Sonya menatap Felix dan Glendale secara bersamaan.“Tuan Glendale, presdir Albert saya… ingin mengatakan sebuah rahasia yang selama ini saya simpan.” ucap Sonya.Ya. Wanita yang di sekap oleh Alex yaitu Sonya istrinya sendiri.“Katakan padaku. Apa yang anda ketahui nyonya?” tanya Felix mewakili Glendale yang duduk tidak berdaya.“Vanya adalah anak Adrian hasil dari hubungan gelap kami.” Duar!Glendale menggeleng kuat. Dunianya seakan hancur saat itu juga. Putra kebanggaannya tidak akan pernah melakukan hal semengijikan itu.“Anda jangan bohong! Apa maksud anda meng
“Kalian ini, bercandanya tidak lucu.” jawab Edoardo sambil terkekeh.Felix melirik Nick yang sama sedang meliriknya.“Tapi aku serius ayah mertua.” ucap Felix.“Benar tuan. Apa yang dikatakan tuan Albert, aku ingin melamar Embun untuk jadi istriku.” Nick ikut menimpali setelah mengumpulkan keberanian untuk mengatakannya langsung pada Edoardo.“Tunggu-tunggu. Aku masih tidak percaya dengan apa yang aku dengar. Memang sejak kapan anda pacaran dengan putri saya tuan Nick?” tanya Edoardo dengan wajah bingung. Di tidak pernah tahu atau mendengar rumor tentang Nick dan Embun, sekarang tiba-tiba pria itu datang melamar.“Tadi sore.” celetuk Nick yang membuat Edoardo dan Felix menatapnya dengan melongo.Sedangkan Embun yang bersembunyi di belakang tembok sana, menepuk jidatnya mendengar celetukan Nick.‘Astaga! Kulkas nih ya benar-benar dah ah!’ batin Felix mengerutuki Nick.“Sebentar. Apa aku tidak salah dengar? Kau baru sore tadi pacaran dan sekarang….” Edoardo melihat arloji di pergelangan
“Hah! Maksudnya?” Nick tidak mengerti dengan apa yang disampaikan Felix.Dia datang kemari untuk curhat malah dia yang dibuat terkejut dengan kelakuan random tuannya itu.Felix menuntun membawa Nick duduk di sofa, lalu dia pun ikut duduk di samping asistennya itu.“Aku paham. Kau patah hati bukan, karena ditolak oleh Embun atau? Tidak direstui?”Nick tergelak.”Haha…anda salah tuan. Aku datang kemari membawa membawa kabar bahagia.”“Sebentar lagi aku akan menikah tuan. Menikah.” Nick mempertegas ucapannya.“Benarkah? Wanita mana yang apes mendapatkan kulkas macam ini.” ledek Felix, jauh di lubuk hatinya Felix ikut bahagia atas kabar yang disampaikan Nick.“Kau ini. Tentu saja Embun. Siapa lagi.” sahut Nick dengan rada kesal.Walaupun suka menggoda Nick, Felix mengucapkan selamat disertai doa untuk pasangan baru ini.Wah. Jika istrinya tahu bisa heboh! Dan dia harus tahu.Felix meminta Nick untuk menunggu di ruang tamu, pria itu beralasan untuk pergi mandi sebentar setelah itu melanjut
Embun mengarahkan pandangannya sisi lain, dia tidak ingin Nick melihatnya yang tersipu. Jujur Embun merasa pertemuanku kali ini terasa sedang berkencan dan ini yang pertama kalinya untuk gadis itu. Ketika masih bekerja sebagai asisten Nick mereka memang sering makan berdua di cafe, tapi kali ini Embun merasakan sesuatu yang berbeda. Awalnya mereka ngobrol-ngobrol biasa bercerita tentang masa awal keduanya bertemu. Gelak tawa pun tidak lepas dari bibir keduanya. Namun lama kelamaan obrolan mereka mengarah pada hal yang lebih serius.Nick menghadap Embun, menatap wanita itu dalam. Perlahan tangan Nick menyentuh tangan Embun lalu menggenggamnya. Mendapat perlakuan seperti itu, jantung Embun kembali berdisko, gadis itu menundukan kepala tidak berani menatap Nick yang sedang menatapnya tanpa berkedip.“Embun. Ayo menikah.” ucap Nick dengan mantap. Butuh mental yang cukup untuk Nick mengatakan satu kalimat itu.Embun mendongak, menatap Nick dalam, gadis itu sedang mencari kebohongan di
Satu persatu masalah selesai, kini kehidupan mereka sudah berjalan dengan seperti biasa. Felix kini sudah aktif kembali di perusahaan dan Nick selalu setia menemani sang presdir.Nick merasa kehilangan Embun setelah gadis tidak lagi bekerja atas permintaan Edoardo. “Woy! Melamun aja. Galau.” Ledek Felix ketika pria itu masuk kedalam ruangan Nick.Nick melirik sekilas.”Ck! Anda mengagetkan ku saja tuan.” ucap Nick berdecak sebal.Felix terkekeh, kemudian pria itu duduk di kursi yang berhadapan di hadapan Nick.“Kenapa tuh muka, ditekuk mulu?” Felix kembali bertanya, semenjak tidak ada Embun Nick sering murung.“Tidak apa tuan.” “Sudahlah. Kau tidak perlu bohong dengan ku. Kau menyukai Embunkan?”“Ck! Anda sok tahu.” “Tentu saja aku tau, terlihat tuh dari wajah. Dilipat mulu kaya kaya kanebo. Bilang kalau memang suka kenapa harus dipendam. Kau takut dengan mertuaku?” tanya Felix dengan penuh selidik. Padahal jika memang Nick menyukai Embun, Felix malah mendukung. Tidak perlu ada yan
Semua orang terperangah menatap gadis yang diperkenalkan Edoardo. Semua perkiraan mereka salah, seketika suasana hening kembali semua orang hanyut dalam pemikirannya masing-masing.Sejak kapan Edoardo memiliki dua putri? Namun semua terjawab ketika Edoardo menjelaskan secara detail kejadian demi kejadian di masa lalu, seketika suasana pesta menjadi mengharu biru, semua orang begitu terharu terutama kaum ibu-ibu.“Jadi begitu, saya begitu bersyukur hari ini bisa dipertemukan kembali dengan putri kami yang telah lama hilang. Mungkin hanya itu saja, terima kasih sudah mau mendengarkan berita bahagia ini.” Edoardo mengakhiri ceritanya.Setelah acara baby Zayyan, Zayyen usai, banyak yang memberikan ucapan selamat pada mereka. Hari sudah gelap ketika pesta benar-benar usai, para tamu undangan sudah kembali ke rumahnya masing-masing. Kini di rumah itu hanya ada anak buah Nick dan pelayan yang sedang membereskan sisa pesta tadi. Nick pun tidak kalah sibuk saat ini.“Tuan. Minumlah dulu.”
“Maksud ibu apa?!” seru Naya dari balik pintu, wanita itu begitu terkejut dengan penuturan sang ibu. Felix yang berada di samping Naya juga tidak kalah terkejutnya. Nick, pria itu juga terkejut, saking kagetnya Nick hanya diam menatap kedepan tanpa mampu berkata-kata.Mendengar seruan Naya, Melani mendongak menatap putrinya itu, lalu bangun melangkah menghampiri Naya.“Embun. Sayang. Embun adalah adikmu yang hilang dua puluh tahun yang lalu.” jelas Melani, membuat mata Naya melotot tidak percaya.Naya menggeleng kuat. Bagaimana bisa?Sedangkan dari kecil dia tidak memiliki adik, lalu sekarang? Melihat reaksi Naya hanya diam, Melani menuntun wanita itu lalu mengajaknya duduk di samping Embun.Naya yang masih syok hanya menurut, Melani tampak mencari sesuatu dalam tasnya.“Lihat ini sayang.” Melani menunjukan sebuah foto pada mereka terutama Naya.“Ini adalah kamu saat umur satu tahun dan ini” Melani menunjuk satu bayi lagi.“Ini adalah Mila adik kamu yang hilang. Lalu ini.” Melani
Hari ini akan diadakan pesta menyambut kelahiran baby Zayyan dan baby Zayyen. Nick dan Embun menjadi orang tersibuk dalam menyiapkan pesta ini. Mulai dari mencari WO mencari pernak pernik untuk dekorasi sampai hidangan semua di serahkan pada Nick dan Embun. Namun tidak ada wajah lelah di kedua orang tersebut, semua menyiapkannya dengan hati yang bahagia. Rumah megah berlantai dua ini, bagian lantai dasar yang menjadi tempat acara sudah di dekor dengan begitu indah dengan konsep serba biru. Para tamu undangan pun sudah mulai berdatangan.Di kamar baby Zayyan dan Zayyen Melani, Naya di bantu Embun sedang mempersiapkan baby Zayyan dan Zayyen.“Ah. Tuan muda kenapa anda sangat lucu.” ucap Embun dengan gemas. Bayi yang baru berusia tujuh hari, diberi kostum pangeran dengan warna biru. Ah. Itu terlihat sangat lucu!“Iya dong tante. Aku kan memang menggemaskan. Sejak lahir.” sahut Naya, dengan menirukan suara anak kecil. Ketiga wanita itu tergelak tertawa bersama. Sedari tadi Melani t
“Eh. Nyonya ada apa? Kenapa malah bengong di situ?” Suara Embun membuyarkan lamunan Melani dari keterkejutannya.Melani terkesikap, lalu melangkah pelan menghampiri Embun.“Bagaimana apa kamu sudah lebih baik?” Melani balik bertanya.Embun tersenyum lalu mengangguk pelan.” Ini sudah jauh lebih baik nyonya.” ‘Apa benar yang aku lihat barusan? Kenapa tanda itu?’ batin Melani masih bertanya-tanya. Ingin bertanya langsung pada Embun pun rasanya sungkan.“Nyonya.” panggil Embun lagi.“Eh. Iya, ah. Syukurlah kalau kau sudah lebih baik.”“Oh. Iya, aku kemari hanya ingin memberi tahu, jika Naya sudah dipindahkan ke ruang rawat inap.” jelas Melani, kemudian wanita itu duduk di kursi yang menghadap ranjang di mana Embun terbaring. Melani menatap Embun dalam, tangannya menggenggam gadis itu. Entah Melani merasakan sesuatu, tapi entah apa. Melani hanya pernah bertemu dengan Embun dua kali yaitu pada saat acara resepsi pernikahan Naya dan sekarang. Tapi merasa dekat seperti sudah lama kenal.T