Tring!Satu pesan kembali masuk dalam ponsel Nick, namun Nick mengabaikannya karena saat ini dirinya sedang berada di ruang meting.Setelah dua jam, akhirnya meeting selesai dan semua kembali ke divisi masing-masing. Begitu juga dengan Felix dan juga tuan Besar Glendale mereka sudah berada di ruangan presdir.Nick yang baru saja tiba di ruangannya, kembali melanjutkan pekerjaan sampai menunggu waktu istirahat."Astaga! Aku melupakan sesuatu." Kemudian Nick merogoh saku celana, mengeluarkan ponsel. Dan benar Nick melupakan pesan yang dikirim seseorang beberapa jam yang lalu."Video apa ini?"Dengan rasa penasaran yang tinggi, akhirnya Nick memutar video itu, lama Nick menunggu akhirnya dia tergelak melihat orang yang ada di dalam video tersebut.Tidak habis pikir Nick dengan cara Naya membuat pria berkacamata kuda itu kesal, bahkan bukan hanya kesal tetapi menguras isi dompetnya pula."Hahaha..anda hebat nona, tuan felix harus tahu ini. Tapi nanti sajalah sepulang dari kantor." Nick
Tanpa menjawab pertanyaan kakeknya, Felix memakai barang tersebut.Ternyata Felix telah memesan topeng mata, yang akan menutupi bagian matanya saja seperti pangeran dalam dongeng Cinderella jaman dulu."Aku harus memakai ini, Kakek. Agar keluarga mertuaku tidak bisa mengenaliku." Glendale mengangguk mengerti,"Baiklah. Jika itu membuatmu nyaman."Setelah semua dipastikan sudah siap, Nick turun terlebih dulu, lalu membukakan pintu. Mempersilahkan tuannya untuk turun.Suasana disana sudah ramai, bukan hanya tamu undangan yang hadir, tetapi banyak juga wartawan yang datang dari berbagai stasiun televisi swasta dan majalah.Ini untuk kedua kalinya perusahaan Glendale mengadakan perayaan, setelah adanya presdir baru. Dan tentu saja semua orang sangat antusias. Berharap kali ini dalam pesta ini, mereka bisa melihat wajah presdir Albert.Begitu pintu mobil terbuka, semua pasang mata dan kamera siap mengabadikan momen yang menurut mereka sangat langka ini.Tuan besar Glendale turun terlebih
Naya yang kala itu memang merasa haus, tanpa berpikir buruk, langsung menerima minuman yang diberikan Alex. Lalu menenggaknya sampai tandas, melihat itu Alex tersenyum licik.Awalnya Naya tidak merasakan apapun, namun setelah sepuluh menit berlalu, tubuh Naya terasa panas. Suara bising dari alunan musik membuat Naya semakin tidak karuan."Kenapa?" tanya Alex dengan sedikit berteriak saking bisingnya. Alex yang melihat Naya duduk dengan gelisah, terlihat pula keringat yang membasahi keningnya.Naya menggeleng samar, setelah itu langsung pergi meninggalkan Alex tanpa ingin menjawab pertanyaannya.Tubuh Naya semakin panas, membuatnya tidak tahan. Naya berlari ke kamar mandi."Astaga! Ada apa dengan tubuhku? Kenapa panas sekali!" Naya beberapa kali mencuci wajahnya, berharap rasa panas itu akan berkurang."Ah! Ini panas sekali!" Naya hampir gila merasakan tubuhnya, hampir saja Naya membuka pakaiannya. Namun seketika kewarasannya kembali."Ini tidak benar. Aku harus segera pergi dari
"Tolong! Tolong aku. Ini sangat panas." Naya berbicara dengan suara serak, matanya sayu menatap Felix dengan penuh harap. Entahlah Naya tidak dapat berpikir apapun saat ini, tubuhnya menginginkan sesuatu yang telah lama tidak pernah dia rasakan. Entah sejak kapan Naya yang sudah polos, begitu juga dengan Felix kemeja yang dikenakannya sudah teronggok di atas lantai."Maafkan aku sayang. Aku akan membantumu menuntaskan ini semua.""Aku tidak bermaksud untuk memanfaatkan keadaan ini. Sungguh!"Felix berbicara dengan wajah penuh rasa bersalah. Jahatkah Felix? Yang terkesan memanfaatkan keadaan ini?Tidak!Felix hanya ingin melindungi istrinya. Apa itu salah?Felix akan merasa sangat bersalah jika membiarkan istrinya disentuh laki-laki lain.Malam panas yang tidak mereka bayangkan sebelumnya pun terjadi dengan sangat dahsyat. Naya yang berada dalam pengaruh obat, melakukannya dengan sangat agresif. Bahkan Naya tidak mengizinkan Felix untuk memimpin permainan.Malam berlalu begitu lamb
"Apa!" Edoardo dan istrinya dibuat dibuat terkejut dengan pengajuan Naya barusan.Alex memandang Naya dengan tatapan mengejek. " Dasar perempuan murahan!" ucapnya, setelah itu Alex pergi meninggalkan rumah Edoardo. Menyisakan tiga orang yang sedang saling tatap menuntut penjelasan.Nyonya Edoardo yang sedari tadi hanya diam menyaksikan, Dia berjalan menghampiri Naya yang tergugu di lantai setelah kepergian Alex.Nyonya Edoardo, merangkulnya, membawanya ke dalam pelukan. Membiarkan putri semata wayangnya meluapkan emosi dengan menangis. Perlahan Nyonya Edoardo mengusap punggung Naya, berharap bisa sedikit membuat Naya tenang.Sedangkan Edoardo memijat kepalanya yang terasa berdenyut.Berkali-kali Edoardo menggeleng tidak percaya, namun ada hal yang lebih di takutkannya saat ini.Bagaimana jika Alex membocorkannya pada media? Reportasi nya akan hancur jika berita ini sampai tersebar.Naya mencoba menjelaskan apa yang baru saja terjadi dengannya, mulai dari acara di pesta itu sampai den
Nick turun terlebih dulu, lalu membukakan pintu untuk Felix.“Silahkan tuan.”Perlahan Felix turun, matanya masih menyisir suasana sekitar.“Untuk apa kau membawaku kemari?” Felix bertanya dengan penuh rasa heran.Bagaimana tidak!Bagunan yang ada di hadapannya saat ini begitu asing. Jika dikatakan ini bangunan terbengkalai sepertinya bukan.Terlihat dari bangunannya yang masih kokoh dan juga terawat. Bangunan ini lebih pantas disebut markas yang sengaja dibangun di tempat ini.Lantas untuk apa Nick mengajak Felix kemari? Apakah Nick punya rencana jahat? Lalu apa maksud katanya bermain tadi?Felix meningkatkan kewaspadaan, bagaimanapun juga dia harus berhati-hati. Apapun bisa terjadi disini.Terlihat Nick merogoh saku celananya, mengeluarkan dua buah masker. Kemudian memberikannya satu pada Felix.“Pakai ini tuan, sebelum kita masuk.” Walau masih tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi namun Felix tetap menerima masker yang Nick berikan, lalu memakainya. Begitu juga dengan Ni
Nyonya Edoardo berlari ke kamarnya untuk mengambil kunci cadangan. Setelah mendapatkan kunci dia langsung kembali ke kamar Naya.Begitu terkejutnya Nyonya Edoardo begitu pintu berhasil di buka.“Astaga! Air kenapa banyak air disini?”“Naya!” teriaknya panik.Nyonya Edoardo langsung berlari masuk kedalam.Kosong!Tidak ada Naya di sana.Lantas dimana Naya?Fokusnya saat ini adalah kamar mandi karena dari sana terdengar suara gemericik air, bahkan sampai banjir keluar.“Naya!” teriak Nyonya Edoardo, begitu melihat putrinya sudah hampir tenggelam di dalam bathup.“Astaga Naya. Apa yang kamu lakukan!”Nyonya Edoardo langsung mematikan keran, kemudian menekan tombol pembuangan. Setelah itu dia berusaha mengangkat tubuh Naya yang sudah membiru dan juga sangat dingin akibat terlalu lama berendam.Dengan susah penuh perjuangan akhirnya, Naya berhasil dikeluarkan dari dalam bathup. Kemudian di baringkan di atas lantai.“Naya. Bangun!” Nyonya Edoardo mencoba menyadarkan Naya dengan menepuk-ne
Flashback.Beberapa bulan yang lalu, disaat perusahaan Bramantyo hampir bangkut akibat tidak adanya investor yang mau menanam saham lagi di perusahaan Bramantyo Nick datang menawarkan kerjasama atas perintah presdir Albert.Apalagi saat itu, rencananya untuk menjodohkan putra semata wayangnya Alex Bramantyo dengan putri Edoardo gagal total.Padahal Bram sudah merancang rencananya dengan matang. Jika Alex berhasil menjebak putri Edoardo makan akan lebih mudah baginya untuk terus memperalat Edoardo.Namun rencana tinggallah rencana. Rencana yang mereka susun dengan baik berantakan sudah. Untung saja waktu itu Alex bisa memutar balikan fakta atas tuduhan yang putri Edoardo tujukan pada Alex.“Bagaimana, ini Pa! Naya sudah tahu jika aku yang memberinya obat itu!” Alex terlihat panik, dia berjalan kesana kemari membuat Bram menjadi ikut pusing melihatnya.“Tenang Alex! Duduklah!” ucap Bram dengan nada tinggi.Mendengar papanya, meninggikan suara. Alex langsung duduk di kursi yang berhada