"Apa lagi?"
Itu yang keluar dari mulut Narendra ketika dia mendengar suara pintu penthouse-nya terbuka. Tidak mungkin Badi karena pria itu sudah berada di kamarnya sejak beberapa jam lalu. Hanya ada satu kemungkinan, Abimana. Kunjungan sepupunya di jam seperti ini berarti kabar buruk.
"Sorry, Dra," Abimana duduk di sampingnya. Tanpa meminta izin dia langsung meneguk habis apapun yang sedang diminum oleh Narendra, "Tapi ini nggak bisa nunggu sampai besok.
Narendra menghela napas panjang, "Spill it out."
Abimana berdeham sebelum buka suara, "Ini tentang Agnia."
"Agnia? Ada apa?" Pengaruh alkoholl yang sempat dirasakannya seketika menghilang ketika mendengar nama kekasihnya disebutkan, "Proses syutingnya ada kendala?"
"Bisa dikatakan seperti itu," Abimana berhati-hati memilih kata dan cara untuk menyampaikannya.
Sebagai tangan kanan Narendra juga sebagai sepupunya, tentu dia sudah mendengar k
"Masih berani berani kamu hubungin saya?"Narendra terkejut mendengar ucapan Kenny ketika sutradara itu menerima panggilan teleponnya. Dia sama sekali tidak menduga ini. Seingatnya dia tidak memiliki masalah dengan Kenny."Apa kita punya masalah?" Seperti kebiasaannya, daripada berspekulasi dengan pikirannya, pria itu memilih untuk mendapatkan jawaban langsung dengan bertanya."Kita? Nggak ada. Tapi saya tahu kalau kamu udah nggak ngehubungin Agnia sejak dia di sini. Agnia juga bilang kalau dia nggak bisa ngehubungin kamu. Seharusnya kamu ...""Hubungannya dengan pertanyaan Anda sebelumnya?" Narendra melihat ke luar jendela mobil.Saat ini pria itu sedang dalam perjalanan menuju gedung Widjaja Group. Biasanya dia menggunakan waktu dalam perjalanan untuk memeriksa email atau membuat daftaran pekerjaan. Kali ini dia memutuskan untuk menghubungi Kenny dan membicarakan masalah terkait foto yang dikirimkan seseorang ke email media. Mobil adalah tempat p
SALAH SEORANG PEWARIS WIDJAJA GROUP DIKABARKAN MENGHILANG!Walau belum dikonfirmasi oleh seorangpun dari keluarga Widjaja tetapi sejak kemarin beredar kabar kalau pewaris utama Widjaja Group, Rajasena Widjaja menghilang dari lokasi kecelakaan di mana mobilnya menjadi salah satu korban dari kecelakaan beruntut. Sampai berita ini diturunkan berita ini masih belum dapat ... <Klik Untuk Membaca Lebih Lanjut>DICULIK ATAU MELARIKAN DIRI?! RAJASENA WIDJAJA MENGHILANG BEGITU SAJASejak kemarin beredar kabar mengenai Rajasena Widjaja yang menghilang dari lokasi kecelakaan mobil beruntut. Keluarga Widjaja masih bungkam dan ini menimbulkan beberapa spekulasi. Sebagian orang percaya kalau Rajasena Widjaja turun menjadi korban dan saat ini terbaring koma di salah satu rumah sakit dengan pengamanan ekstra ketat. Sementara yang lain percaya kalau pewaris utama Widjaja Group itu me
"Lo udah lihat berita hari ini?" Abimana memasuki ruangan Narendra dengan secangkir kopi kesukaan sepupunya. Dengan kejadian yang menimpa Rajasena dan pemberitaan terkait Agnia, sepupunya berhak untuk memulai hari dengan sesuatu yang dapat memperbaiki suasana hatinya."Is it blue mountain?" Narendra hanya melirik sebelum kembali sibuk memperhatikan layar laptopnya."Kesukaan lo," sepupunya tersenyum, "Sengaja gue buatin. Lo udah lihat berita?"Narendra mengangguk sambil menatap cangkir kopi yang baru diletakkan Abimana di meja kerjanya."Berita tentang Kak Raja perlu gue lakuin sesuatu?""Tidak," pria itu memilih untuk menyesap kopi sebelum lanjut berucap, "Biarkan saja.""Yakin?" Abimana kembali bertanya.Sejak tadi malam dia mencoba untuk memahami reaksi sepupunya tetapi tidak berhasil. Walau dia mencoba tetap saja dia tidak paham dengan reaksi dan keputusan yang diambil oleh Narendra. Dia terlalu ... tenang.Ketika dia menem
"Apalagi, Dra?! Masih belum cukup lo nuduh gue?!" Abimana langsung bertanya dengan sinis dan nada tinggi ketika melihat sepupunya masuk ke ruang kerjannya.Sudah lewat jauh dari jam makan siang. Tidak mungkin Narendra berkunjung untuk mengajaknya makan siang. Selain itu, mereka juga masih belum menyelesaikan masalah tadi pagi. Abimana tidak menjawab pertanyaan terakhiryang diajukan oleh sepupunya. Dia memutuskan untuk meninggalkan ruang kerja Narendra. Pria itu bahkan sengaja membanting pintu agar sepupunya tahu kalau dia tuduhan tidak mendasar itu membuatnya marah."Apa kamu memberikan informasi ke Bira terkait rencana Papa ke menjemput Allen?" Nada suara narendra terdengar dingin."Nggaklah! Gila apa gue?! Gue tahu mana yang harus gue info ke bokap mana yang nggak. Lagian itu bukan jadwal resmi Om Asija, ngapain bokap gue tahu?!""Tadi pagi lo nuduh gue yang bukan-bukan. Sekarang lo nyari masalah lagi. Maksud lo apa?!""Kamu yakin?""Yakin
"Langitnya cantik," itu kalimat pertama yang keluar dari mulut Agnia sejak mereka tiba di bukit ini.Bukit ini memang terkenal dengan pemandangan langit malamnya. Kalau akhir pekan ada banyak pasangan dan keluarga yang memutuskan untuk menghabiskan malam di sini. Tidak sedikit yang memutuskan untuk berkemah hanya karena terkesima dengan pemandangan langit yang penuh tabauran bintang. Pemandangan yang tidak pernah mungkin ditemui di kota."Itu kenapa aku ajak kamu ke sini," Kenny yang sejak tadi sibuk mengisap rokok dalam diam ikut bersuara, "Lumayan buat hilangin stress atau apapun yang kamu rasain setelah kejadian kemarin.""Makasih," Agnia berpaling menatap Kenny, "Ini nolong banget. Setidaknya aku jadi ingat kalau kita cuma titik kecil dari alam semesta. Masalah kita nggak ada apa-apanya sama sekali ... ""Kenapa mendadak obrolannya jadi berat, ya?" Kenny terkekeh untuk mencairkan suasana."Nggak tahu," Agnia ikut tertawa kecil, "Mungkin karena
Agnia memperhatikan pantulan dirinya pada cermin. Sudah sejak lima menit yang lalu dia melakukan ini. Entah sudah berapa kali dia menggerai kemudian mengikatnya kembali. Begitu berulang. Tidak hanya itu, dia juga sudah beberapa kali mengganti pakaiannya. Dia bingung harus berpenampilan seperti apa saat ini.Semalam dia memilih untuk membisu setelah mendengar ucapan Kenny. Dia tidak tahu harus berujar apa. Kenyataan itu ... terlalu mengejutkan.Seandainya Kenny mengatakan itu beberapa malam yang lalu ketika pria itu tidak sengaja melihat foto Agnia kecil bersama dengan Gayatri tentu reaksi gadis itu akan sangat berbeda. Tentu dia akan melompat bahagia kemudian memeluk erat pria yang terjadi adalah ayah kandung yang dicarinya selama ini.Tetapi sekarang situasinya berbeda. Ada kekecewaan yang sempat hadir. Kecewa karena Kenny yang diduga adalah ayah kandungnya ternyata bukan. Dan sekarang, ketika dia sedang berusaha mengobati kekecewaannya ... kemudian tiba-tiba p
"Jadi kamu baru bisa naik sepeda kelas enam SD?"Agnia mengangguk, "Iya. Itu juga karena ada anak panti yang baik hati mau ngajarin aku. Waktu Ibu masih ada nggak dibolehin. Kata Ibu aku bisa jatuh terus luka dan berbekas." gadis itu tertawa sebelum menyesap teh hangatnya, "Padahal kenapa memangnya kalau ada bekas luka, kan?""Ya nggak boleh, dong," Kenny terkekeh, "Masa anak Ayah ada bekas lukanya?""Ayah sama aja dengan Ibu," Agnia memamerkan senyum terlebarnya."Lho? Jelas, dong. Mana ada orang tua yang mau anaknya lecet.""Astagaa! Aku bukan mobil atau barang, ya! Lagian lecet sedikit nggak apa-apa," Agnia menggembungkan pipinya, "Sekarang ada yang namanya foundation atau concelar buat nutupin bekas luka."Sekarang sudah dini hari dan seudah berjam-jam sejak mereka mengobrol. Awalnya pembicaraan mereka terasa kaku. Seakan mereka takut melangkah dan membuat situasi menjadi kikuk. Tapi perlahan, suasana mencair dan obrolan mereka mengalir
"INI YANG KAMU BILANG LAPORAN?!" Narendra membuang setumpuk berkas yang baru diberikan oleh petinggi perusahaan keamanan yang dimiliki oleh Widjaja Group."SUDAH DUA HARI RAJASENA HILANG DAN KALIAN MASIH BELUM DAPAT INFORMASI APA-APA?! C'MON! JANGAN MEMPERLALUKAN DIRI KALIAN SENDIRI," tatapan Narendra penuh dengan kemarahan, "Kalian selalu mengaku sebagai yang terbaik. MANA BUKTINYA?!""Ma-Maaf Pak Sabda tapi ..."Narendra mengangkat tangan, "Aku tidak butuh alasan. Simpan sampah itu. Berikan aku bukti!""Baik, baik, Pak Sabda. Kami akan segera mengupayakan yang terbaik.""Bukan mengupayakan! Kalian harus memberikan yang terbaik. Demi Tuhan! Ini Rajasena yang hilang. Pemimpin kalian. Sejak kapan kalian jadi tidak becus seperti ini?!""Maaf ... tapi ...""Mana laporan tentang penculikan Papa dan keponakanku? Jangan bilang kalian belum berhasil menemukan siapa yang menculik mereka!"Kali ini suara Narendra tidak menggelegar tetap