"Lo udah lihat berita hari ini?" Abimana memasuki ruangan Narendra dengan secangkir kopi kesukaan sepupunya. Dengan kejadian yang menimpa Rajasena dan pemberitaan terkait Agnia, sepupunya berhak untuk memulai hari dengan sesuatu yang dapat memperbaiki suasana hatinya.
"Is it blue mountain?" Narendra hanya melirik sebelum kembali sibuk memperhatikan layar laptopnya.
"Kesukaan lo," sepupunya tersenyum, "Sengaja gue buatin. Lo udah lihat berita?"
Narendra mengangguk sambil menatap cangkir kopi yang baru diletakkan Abimana di meja kerjanya.
"Berita tentang Kak Raja perlu gue lakuin sesuatu?"
"Tidak," pria itu memilih untuk menyesap kopi sebelum lanjut berucap, "Biarkan saja."
"Yakin?" Abimana kembali bertanya.
Sejak tadi malam dia mencoba untuk memahami reaksi sepupunya tetapi tidak berhasil. Walau dia mencoba tetap saja dia tidak paham dengan reaksi dan keputusan yang diambil oleh Narendra. Dia terlalu ... tenang.
Ketika dia menem
"Apalagi, Dra?! Masih belum cukup lo nuduh gue?!" Abimana langsung bertanya dengan sinis dan nada tinggi ketika melihat sepupunya masuk ke ruang kerjannya.Sudah lewat jauh dari jam makan siang. Tidak mungkin Narendra berkunjung untuk mengajaknya makan siang. Selain itu, mereka juga masih belum menyelesaikan masalah tadi pagi. Abimana tidak menjawab pertanyaan terakhiryang diajukan oleh sepupunya. Dia memutuskan untuk meninggalkan ruang kerja Narendra. Pria itu bahkan sengaja membanting pintu agar sepupunya tahu kalau dia tuduhan tidak mendasar itu membuatnya marah."Apa kamu memberikan informasi ke Bira terkait rencana Papa ke menjemput Allen?" Nada suara narendra terdengar dingin."Nggaklah! Gila apa gue?! Gue tahu mana yang harus gue info ke bokap mana yang nggak. Lagian itu bukan jadwal resmi Om Asija, ngapain bokap gue tahu?!""Tadi pagi lo nuduh gue yang bukan-bukan. Sekarang lo nyari masalah lagi. Maksud lo apa?!""Kamu yakin?""Yakin
"Langitnya cantik," itu kalimat pertama yang keluar dari mulut Agnia sejak mereka tiba di bukit ini.Bukit ini memang terkenal dengan pemandangan langit malamnya. Kalau akhir pekan ada banyak pasangan dan keluarga yang memutuskan untuk menghabiskan malam di sini. Tidak sedikit yang memutuskan untuk berkemah hanya karena terkesima dengan pemandangan langit yang penuh tabauran bintang. Pemandangan yang tidak pernah mungkin ditemui di kota."Itu kenapa aku ajak kamu ke sini," Kenny yang sejak tadi sibuk mengisap rokok dalam diam ikut bersuara, "Lumayan buat hilangin stress atau apapun yang kamu rasain setelah kejadian kemarin.""Makasih," Agnia berpaling menatap Kenny, "Ini nolong banget. Setidaknya aku jadi ingat kalau kita cuma titik kecil dari alam semesta. Masalah kita nggak ada apa-apanya sama sekali ... ""Kenapa mendadak obrolannya jadi berat, ya?" Kenny terkekeh untuk mencairkan suasana."Nggak tahu," Agnia ikut tertawa kecil, "Mungkin karena
Agnia memperhatikan pantulan dirinya pada cermin. Sudah sejak lima menit yang lalu dia melakukan ini. Entah sudah berapa kali dia menggerai kemudian mengikatnya kembali. Begitu berulang. Tidak hanya itu, dia juga sudah beberapa kali mengganti pakaiannya. Dia bingung harus berpenampilan seperti apa saat ini.Semalam dia memilih untuk membisu setelah mendengar ucapan Kenny. Dia tidak tahu harus berujar apa. Kenyataan itu ... terlalu mengejutkan.Seandainya Kenny mengatakan itu beberapa malam yang lalu ketika pria itu tidak sengaja melihat foto Agnia kecil bersama dengan Gayatri tentu reaksi gadis itu akan sangat berbeda. Tentu dia akan melompat bahagia kemudian memeluk erat pria yang terjadi adalah ayah kandung yang dicarinya selama ini.Tetapi sekarang situasinya berbeda. Ada kekecewaan yang sempat hadir. Kecewa karena Kenny yang diduga adalah ayah kandungnya ternyata bukan. Dan sekarang, ketika dia sedang berusaha mengobati kekecewaannya ... kemudian tiba-tiba p
"Jadi kamu baru bisa naik sepeda kelas enam SD?"Agnia mengangguk, "Iya. Itu juga karena ada anak panti yang baik hati mau ngajarin aku. Waktu Ibu masih ada nggak dibolehin. Kata Ibu aku bisa jatuh terus luka dan berbekas." gadis itu tertawa sebelum menyesap teh hangatnya, "Padahal kenapa memangnya kalau ada bekas luka, kan?""Ya nggak boleh, dong," Kenny terkekeh, "Masa anak Ayah ada bekas lukanya?""Ayah sama aja dengan Ibu," Agnia memamerkan senyum terlebarnya."Lho? Jelas, dong. Mana ada orang tua yang mau anaknya lecet.""Astagaa! Aku bukan mobil atau barang, ya! Lagian lecet sedikit nggak apa-apa," Agnia menggembungkan pipinya, "Sekarang ada yang namanya foundation atau concelar buat nutupin bekas luka."Sekarang sudah dini hari dan seudah berjam-jam sejak mereka mengobrol. Awalnya pembicaraan mereka terasa kaku. Seakan mereka takut melangkah dan membuat situasi menjadi kikuk. Tapi perlahan, suasana mencair dan obrolan mereka mengalir
"INI YANG KAMU BILANG LAPORAN?!" Narendra membuang setumpuk berkas yang baru diberikan oleh petinggi perusahaan keamanan yang dimiliki oleh Widjaja Group."SUDAH DUA HARI RAJASENA HILANG DAN KALIAN MASIH BELUM DAPAT INFORMASI APA-APA?! C'MON! JANGAN MEMPERLALUKAN DIRI KALIAN SENDIRI," tatapan Narendra penuh dengan kemarahan, "Kalian selalu mengaku sebagai yang terbaik. MANA BUKTINYA?!""Ma-Maaf Pak Sabda tapi ..."Narendra mengangkat tangan, "Aku tidak butuh alasan. Simpan sampah itu. Berikan aku bukti!""Baik, baik, Pak Sabda. Kami akan segera mengupayakan yang terbaik.""Bukan mengupayakan! Kalian harus memberikan yang terbaik. Demi Tuhan! Ini Rajasena yang hilang. Pemimpin kalian. Sejak kapan kalian jadi tidak becus seperti ini?!""Maaf ... tapi ...""Mana laporan tentang penculikan Papa dan keponakanku? Jangan bilang kalian belum berhasil menemukan siapa yang menculik mereka!"Kali ini suara Narendra tidak menggelegar tetap
"Selamat siang."Sapaan itu mengejutkan Ariyanto Sabian yang baru tiba di ruang kerjanya. Tergopoh sekretarisnya mengejar dan dengan takut-takut mendekat sebelum membisikkan informasi kalau dia sudah berusaha untuk menahan tamu itu tetapi pria itu bersikeras untuk menunggu di ruang kerja Ariyanto Sabian."Selamat siang Pak Sabda," pria itu bersuara setelah menyuruh sekretarisnya meninggalkan ruangan kerjannya.Narendra dengan santai memutar kursi kerja Ariyanto Sabian yang dengan lancang didudukinya, "Kursi Anda empuk sekali. Nyamana. Boleh saya tahu brand-nya?""Aku tahu Anda ke sini bukan untuk bertanya tentang hal remeh temeh seperti ini.""Tentu saja," Narendra tersenyum, "Hanya hal penting yang bisa membawa saya ke sini. Kita bukan teman, benar, Pak Ariyanto Sabian?""Apa tujuan Anda?""Sebelum saya menyampaikan tujuan saya," Narendra menatap langsung ke arah pria itu, "Saya cukup salut dengan upaya Anda meminimalisir mengendalik
WHISTLEBLOWER! POLISI MENDAPATKAN INFORMASI TERKAIT ALIRAN DANA PERUSAHAAN ARIYANTO SABIAN!!Dini hari tadi mendadak pengguna media sosial dikagetkan dengan sebuah akun yang memberikan informasi terkait Arbiyanto Sabian. Calon pemimpin negara yang didukung oleh banyak pihak itu ternyata tidak sebersih yang digembar-gemborkan pendukungnya. Ada aliran dana yang saat ini masih dalam penyelidikan oleh polisi di perusahaan milik Ariyanto Sabian. Besar kemungkinan itu merupakan aliran dana untuk menyuap beberapa nama besar di peta perpolitikan negara... <klik untuk membaca halaman selanjutnya>ANGKA DUKUNGAN KEPADA ARIYANTO SABIAN MENDADAK DROP!Seiring dengan informasi mengenai aliran dana di perusahaan Ariyanto Sabian sejumlah tokoh dan organisasi masyarakat yang selama ini dengan lantang meneriakkan dukugan terhadap salah satu calom pemimpin negara ini memutuskan untuk menarik dukungan. Mereka mengatakan tidak i
"BAJINGAN!!! ANAK BAU KENCUR ITU BERANI-BERANINYA!!" Ariyanto Sabian mengamuk ketika membaca koran paginya.Seharusnya ini merupakan acara sarapan pagi yang menyenangkan. Sudah seperti ritual, dia akan memulai pagi dengan secangkir kopi dan setangkup roti bakar dengan selai marmalade serta setumpuk surat kabar. Sarapannya harus selalu ditemani oleh surat kabar. Seperti pagi ini.Sayangnya ritual paginya rusak karena berbagai headline berita yang tidak pernah diduga olehnya. Seluruh surat kabar menjadinya sebagai headline. Tetapi tidak seperti yang diharapkannya. Seharusnya headline berita hari ini dipenuhi dengan donasi yang dilakukannya kemarin terhadap korban bencana alam. Tentu saja dia melakukan itu untuk meningkatkan dukungan publik. Walau dia selalu menduduki peringkat teratas dalam polling memberikan jarak sejauh mungkin dengan kandidat lainnya adalah salah satu cara untuk memastikan kemenangannya."Kenapa Pa?" Anak tertuanya yang baru saja bergabung deng