Share

Bab 12: Ismi dan Aku

Penulis: Bemine
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Bab 12: Ismi dan Aku

Pagi itu, aku pulang dengan wajah muram ke rumah. Sembari menghela napas untuk kesekian kalinya, pintu depan aku dorong perlahan.

Begitu daun pintu membuka, kutemukan kehadiran perempuan itu di belakangnya. Dia menatap dengan sorot mata yang penuh arti, seolah sedang memohon agar aku memahami apa yang terjadi dengannya.

Kuabaikan Ismi tanpa sepatah kata dengan berlalu melewati perempuan itu. Mendadak saja, seluruh tubuhku merinding dibuatnya.

Aku langsung membayangkan apa yang terjadi dengan Ismi sebelum bertemu denganku, serta setiap lapisan kejadian yang bahkan tidak kuketahui detailnya. “Mas?” Dia memanggil pelan.

Dari suaranya saja, aku paham benar jika Ismi ketakutan. Lekuk nada bicaranya menunjukkan kekhawatiran yang teramat dalam.

“Jangan memaksaku bicara, Ismi!” balasku dengan intonasi teramat ketus.

Ismi yang pagi ini memakai gamis panjang berwarna hi

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Tiraya
orang tuanya kecelakaan...??
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Ternyata Istri Cantikku Korban Rudapaksa   Bab 13: Kondisi Orangtua dan Mertuaku

    Bab 13: Kondisi Orangtua dan Mertuaku“Pokoknya, ke sini dulu, Mas! Susah jelasinnya dari telepon.” Pria itu menggerutu di seberang sana.Dari intonasi bicaranya saja aku tahu satu hal; keadaan sangatlah buruk. Orangtuaku, mobil dan kondisi mereka, apa yang sebenarnya terjadi?Kupalingkan wajah ke arah Ismi. Perempuan itu menunggu dengan sabar penjelasan dariku.Tapi, hanya satu kalimat yang terucap pagi itu untuknya, “Bersiap sekarang, aku tunggu di mobil lima menit lagi, Ismi. Kita harus ke rumah sakit.”Ekspresi Ismi tepat seperti yang aku duga. Dia memelotot pertanda terkejut, namun baiknya Ismi, dia tidak lagi menuntut penjelasan dariku, melainkan langsung berlari ke dalam rumah dengan tergopoh-gopoh.Gamis panjangnya yang menutup tubuh itu menggelepar, menimbulkan bunyi kepakan seperti sayap burung. Beberapa bulan setelahnya, baru kutahu jika pakaian panjang itu disebut kaftan.

  • Ternyata Istri Cantikku Korban Rudapaksa   Bab 14: Bapak dan Ibu Mertua Pergi

    Bab 14: Bapak dan Ibu Mertua Pergi Pukul 08.30 pagi.Hujan turun dengan derasnya di Desa Ledok Sambi saat kami mengantarkan jenazah ibu dan ayah mertuaku ke peristirahatan terakhir mereka. Pesan terakhir yang diikrarkan pada orangtuaku adalah agar mereka tetap bersama di desa itu.Seolah bisa melihat masa depan, mereka mengobrol perihal hari tua yang akan dihabiskan bersama sebelum berangkat ke Jogja dengan mobil. Juga, berwasiat agar tetap diperistirahatkan di Desa Ledok Sambi suatu hari nanti.Aku menggenggam erat tangan ibu yang melemah di sisi pembaringan ibu mertua. Baru saja mereka hidup bahagia dan berkumpul setelah sekian lama, kini kembali berpisah, untuk selamanya.“Ya Allah, Mbak ....”Jerit tangis itu menggema di bawah guyuran hujan. Dua liang lahat terbuka lebar, jasad ibu dan ayah mertuaku dibaringkan di dalamnya. Diantar oleh isak tangis dari para kerabat dan keluarg

  • Ternyata Istri Cantikku Korban Rudapaksa   Bab 15: Di Luar Dugaan  

    Bab 15: Di Luar Dugaan “Di mana kamar Ibu dan Bapak?” seru ibuku saat kami tiba di Jogja.Mereka langsung menerobos ke dalam dengan tergesa-gesa. Tidak lupa, ibu mengedarkan pandangan ke segala arah. Dia terlihat bergumam, sibuk memerhatikan sampai lupa akan keadaan kami yang sedang berduka.Ditinggalkannya kami bertiga, ibu memilih berjalan menuju kamar yang kini diisi oleh Ismi sendirian. Di sana, dia berdiri, tatapan matanya terus memendar, seperti sedang memindai sesuatu.Sontak aku melirik ke arah Ismi. Ada terlalu banyak bukti yang tertinggal jika hubungan kami tidak manis seperti harapan mereka. Ditambah lagi, kami sudah pisah ranjang sebelum musibah ini menimpa Ismi.“Za, kamu enggak izinkan Ismi mengubah dekor rumah, ya? Kok masih suram begini, sih?” omelnya.Ibu langsung beranjak, memegang gorden gelap yang tidak pernah kuganti sejak rumah ini terbeli. Lalu, dia mengitar

  • Ternyata Istri Cantikku Korban Rudapaksa   Bab 16: Antara Farah dan Ismi

    Bab 16: Antara Farah dan Ismi“Aku di depan kantor, Za!” ucap gadis ramah itu padaku melalui panggilan telepon.Sontak aku terkejut mendengar pengakuannya saat fokusku masih tertaut dengan ribuan kode-kode di layar . Kupastikan sekali lagi nama yang tertera di benda pipih tersebut, benar ‘Farah’ yang tertulis di sana.Tidak ada angin dan hujan, gadis itu menelepon, memberi kabar mengejutkan saat aku sedang sibuk dengan pekerjaan. Jam setengah dua belas, sebentar lagi memang waktunya istirahat. Farah seolah sudah memperkirakan ini semua.“O-okey!” Aku menjawabnya singkat.Lalu, panggilan itu diakhiri oleh Farah. Hal yang membuatku segera mengedarkan pandangan ke segala sudut ruangan.Beberapa teman kerjaku seperti kesetanan di balik layar. Ada yang belum pulang sejak kemarin, ada juga yang tidak berhenti memijat mata dan kening. Ada yang sibuk mengompres muka, ada yang memilih berolahraga r

  • Ternyata Istri Cantikku Korban Rudapaksa   Bab 17: Tatapan Orang-Orang Itu

    Bab 17: Tatapan Orang-Orang ItuMelepasmu dari hidupkuDan mungkin lukai hati, lebih dari ini ....Kita ....“Galau banget lagunya, Za!” Farah protes usai merebut earphone yang aku gunakan untuk mendengarkan lagu.Satu jam yang lalu, gadis itu muncul kembali di kantor. Untungnya, masa-masa kritis kami telah selesai, dan sebentar lagi kami akan meresmikan peluncuran aplikasi terbaru. Karena itulah, aku bisa keluar untuk menghirup napas dengan bebas setelah terkurung selama satu bulan di perusahaan.“Kamu kenapa, sih?” usiknya lagi.Farah mencoba mengambil gawai yang aku selipkan di saku jeans. Buru-buru aku menghindari Farah, karena tidak hanya hal itu tidak sopan, aku khawatir tangannya salah pegang dan bisa mendarat di tempat terlarang.“Ih?” Farah merengut melihatku mengambil langkah mundur. Dia langsung m

  • Ternyata Istri Cantikku Korban Rudapaksa   Bab 18: Perintah Bapak

    Bab 18: Perintah Bapak “Anak tidak tahu diuntung!” Bapak mencelaku malam itu dengan suara yang membelah bak guntur.Dia yang selama ini tidak pernah melayangkan tangannya, malam itu melakukannya hingga dua kali. Tamparan di pipi kanan, lalu di pipi kiri. Hendak diulanginya lagi ketiga kali namun Ismi lebih dulu menahannya dengan tubuhnya sendiri.“Cukup, Bapak ... jangan pukul Mas Reza,” pintanya.Ismi berdiri menggantikan ibu untuk membelaku. Dia tidak gentar meski amarah bapak meledak-ledak, melainkan tetap bertahan di sana. Padahal, bisa saja dia ikut terluka.“Minggir, Ismi. Minggir, aku tidak butuh bantuanmu!” ucapku dengan nada penuh penekanan. Tidak tersentuh sedikit pun hati ini meski Ismi berusaha menyelamatkanku dari amukan bapak.Kubisikkan kata-kata itu di telinga Ismi, berharap dia memahami niat hati ini. Aku belum ingin bapak dan ibu mengetahui permasalahan di

  • Ternyata Istri Cantikku Korban Rudapaksa   Bab 19: Pelukan yang Tertunda

    Bab 19: Pelukan yang TertundaDua hari dua malam aku menghilang dari orang tua dan Ismi. Gawai aku matikan dan hanya muncul di kantor sampai jam kerja selesai. Lalu, kembali mendekap sendirian dalam keheningan.Dua hari penuh, aku tenggelam sembari memikirkan apa yang terjadi dengan keluarga ini. Semenjak memutuskan melamar Ismi, bayang-bayang yang muncul di pikiranku hanyalah tentang bahagianya pernikahan kami nanti. Istri yang salihah, cantik dan rupawan, serta mertua yang bersahabat. Lalu, ada bayi-bayi cantik dan tampan dilahirkan olehnya yang akan kami didik sebaik mungkin.Ternyata, impian itu runtuh dalam waktu kurang dari satu bulan. Kini, hanya tersiksa angan semata.Aku memalingkan muka dan menghadap ke arah dinding sebuah kamar. Sejak kemarin, aku mengurung diri di salah satu kamar hotel sendirian, hanya menyalakan TV agar tidak terlalu sunyi.Namun, ada sesuatu yang cukup mengganggu diriku. Dalam dua hari

  • Ternyata Istri Cantikku Korban Rudapaksa   Bab 20: Surat dari Ibu dan Bapak

    Bab 20: Surat dari Ibu dan BapakTidak kuminta banyak hal darimuSelain kesediaan untuk menerimaku seutuhnya dalam hidupmuJika sudah begitu, aku berjanji jarak dan waktu tidak akan pernah menjadi pemisah di antara aku dan kamu.-Untaian Hati Ismi Diana--Keesokan paginya, aku terbangun di sisi ranjang ibu. Perempuan yang kuhiraukan semalaman sampai tertidur itu ternyata sudah membuka kedua matanya.Dia mengusap pucuk kepalaku dengan sangat lembut. Tatapan matanya jatuh saat kami saling beradu pandang, kemudian ibu berpaling dengan segera.“Bu?” panggilku.Khawatir padanya, aku beranjak dari duduk. Aku memilih untuk menatapnya dengan lebih dalam dan lamat, tidak lupa mengecek sisa air infus serta kondisi tubuhnya yang semalam menghangat.“Kenapa pulang?”Suara ibu berat dan dalam saat

Bab terbaru

  • Ternyata Istri Cantikku Korban Rudapaksa   Bab 38: Penghujung Cerita (TAMAT)

    Bab 38: Penghujung Cerita (TAMAT)“Ini bagaimana, maksudnya?” Aku berseru tanpa sadar pada ibu dan bapak.Keduanya serentak melirik ke arahku. Ibu membenarkan kerudungnya sedikit dan bapak langsung tersenyum.Beliau melipat tangan di dada, kemudian bersandar pada sofa. Ekspresinya seolah berkata jika dirinya telah melakukan sesuatu yang sangat besar hingga wajar untuk disombongkan.“Pak?” Aku memanggil bapak.Penasaran dengan apa yang telah terjadi sebenarnya, hingga bapak dan ibu memasang wajah berseri seperti ini. Jika memang mereka berdua tahu soal masa lalu, lantas kenapa tidak ada yang membicarakannya denganku dan Ismi?Selama ini, kami berdua saling terjebak di dalam labirin gelap. Aku membiarkan Ismi kesulitan sendirian, sedang diriku berusaha mencari jalan keluar sendirian.Andai saja saat itu aku benar-benar berhasil membebaskan diri, tentu saja saat ini kami tidak akan duduk begini. Mungkin, Ismi sudah kembali ke rumah almarhum orang tuanya, dan bapak serta ibu sedang memelu

  • Ternyata Istri Cantikku Korban Rudapaksa   Bab 37: Pengakuan

    “Mas, apa Bapak dan Ibu sudah tiba? Kenapa lampu di rumah ini menyala?” papar Ismi saat aku menghentikan laju mobil di depan rumah.Aku bergegas menengok. Benar dugaan Ismi, lampu rumah kami menyala, terlihat terang dari jendela dan lubang anginnya.Tapi, apa mungkin bapak dan ibu langsung berangkat setelah aku menghubungi mereka berdua? Bagaimana cara mereka masuk jika sudah tiba?“Mas, sepertinya begitu,” sambung Ismi.Perempuan itu menyentuh lenganku. Tangannya terasa dingin dan manik matanya bergoyang saat kuperhatikan. Sepertinya, dia gugup akan sesuatu hingga tidak bisa mengontrol tenang pada dirinya sendiri.“Ah, maaf!” ucapnya tiba-tiba.Ismi menarik tangannya dariku seperti terkejut. Tidak ingin mengubah suasana dan perasaannya, aku menahan gerak Ismi.“Jangan melepasnya, aku tidak akan pernah menolak lagi,” ingatku pada Ismi. Senyum

  • Ternyata Istri Cantikku Korban Rudapaksa   Bab 36: Jogja Lagi

    Bab 36: Jogja LagiMalam itu, untuk pertama kalinya aku dan Ismi menembus jarak yang selama ini menjadi sekat pemisah di antara kami berdua. Tidak ada lagi batasan yang mencekikku dan Ismi, menarik kami dari hubungan dalam dan manis yang seharusnya kami rajut sejak lama berdua.Kami telah berdamai, menerima dengan lapang dada segala permasalahan yang pernah menimpa. Melepas segala rasa sakit dan kecewa antara satu sama lain, dan memilih untuk saling terbuka.Meski pernikahan kami diawali dengan rasa sakit, malam itu aku dan Ismi berhasil menghiasinya dengan obat serta pupuk terbaik. Perlahan-lahan, hubungan yang layu kembali mekar, penuh gairah dan kami berharap akan tumbuh subur hingga akhir hayat.Aku tersenyum paginya, memandangi pantai Kuta Bali yang masih sepi. Tiba-tiba saja hujan mengguyur hingga kegiatan kami untuk berwisata ditunda oleh pihak perusahaan.Bukan karena indahnya pantai Kuta, melainkan manisnya w

  • Ternyata Istri Cantikku Korban Rudapaksa   Bab 35: Titik Temu Perasaan Kami Berdua

    Bab 35: Titik Temu Perasaan Kami BerduaAku tidak bodoh, tentu saja tidak. Melihat ekspresi Ismi yang panik dan histeris itu, aku mulai mencoba menghubungkan satu per satu momen hingga menemukan titik terang.Perempuan yang belum lama ini kuambil dari kedua orang tuanya itu semakin terisak. Dia menutup kedua mata dan memilih untuk tetap diam meski aku masih mencoba menyusun potongan demi potongan kenangan dan kaitannya dengan tangisan Ismi.Satu-satunya hal yang bisa aku lakukan hanyalah memerhatikan Ismi dengan saksama. Perempuan di depanku ini entah mengapa mulai terasa sangat familier. “Ismi?” panggilku hampir setengah berteriak.Aku ikut menyibak selimut karena terkejut dengan pikiranku sendiri, lalu duduk bersila di sebelah perempuan itu. Sedangkan Ismi masih mengatur napas yang memberat akibat ulahnya sendiri.“Aku tidak sedang bercanda sekarang! To-tolong jelaska

  • Ternyata Istri Cantikku Korban Rudapaksa   Bab 34: Seranjang Lagi

    Bab 34: Seranjang Lagi“Mas?” Ismi kembali memanggil namaku dengan suaranya yang mendayu.Sejenak, aku merasa darah berdesir di setiap untaian nadi, lalu menembus cepat hingga ke otak. Di sana, aliran itu mengaktifkan sesuatu yang selama ini terpendam, sebuah hal yang mengundang gejolak hingga berpakaian setipis ini pun di malam dingin terasa begitu panas.“Mas, makanlah lagi?” sambung istriku.Kupalingkan muka padanya. Dua insan yang sedari tadi mengembuskan desah tidak sopan itu sudah berlalu. Mereka meninggalkan balkon dengan pintu terbuka hingga aku dan Ismi leluasa melanjutkan makan malam kami yang tertunda.“Makanannya lezat-lezat, ya? Perusahaan besar memang beda,” ujar Ismi kembali.Meski dia tidak mengucapkannya dengan jelas, aku paham sekali kalau Ismi sedang berbasa-basi. Wajahnya yang bening itu terlihat memerah di bawah sinar rembulan, dan gerak-geriknya begitu r

  • Ternyata Istri Cantikku Korban Rudapaksa   Bab 33: Ho-ney-moon

    Bab 33: Ho-ney-moon “Ini kamar kalian!” Wanita yang selalu mengaku sebagai penggemar Ismi berseru saat kami check in di sebuah hotel berbintang. Hotel mewah yang berbatasan langsung dengan pantai Kuta Bali itu menyambut rombongan kami dengan ramah. Mereka menghidangkan welcome drink dan memberikan kami ruang tunggu untuk meluruskan kaki. Segalanya terasa eksklusif, menjunjung tinggi kenyamanan tamu meski kami datang ke sini karena ditraktir oleh perusahaan, meski kami datang karena diperintah oleh sebuah organisasi besar yang di bawahnya kami mencari makan. Aku duduk di sebuah sofa berbentuk setengah lingkaran berwarna merah, di sebelahku Ismi menempatinya dengan sangat tenang, bahkan punggungnya tegak tanpa bersandar. Selain kami, tiga pasangan lain memilih berdiri, menikmati camilan atau sekadar melempar pandang ke pantai Kuta. Sisanya adalah para perempuan dan laki-laki lajang yang memilih sofa berlawanan.

  • Ternyata Istri Cantikku Korban Rudapaksa   Bab 32: Momen di Pesawat

    Bab 32: Momen di PesawatWajahku murung setelah menikmati sarapan hingga naik ke pesawat. Bukan tanpa alasan, kehadiran tiba-tiba dari makhluk super arogan itulah penyebabnya.Aku tidak tahu kenapa seseorang yang bekerja di proyek yang berbeda bisa ikut bersama kami dalam perjalanan ini. Terlebih, dia akan bergabung dan menginap di hotel yang sama denganku.Biasanya, karyawan di kantorku tidak pernah ikut bergabung dengan divisi atau tim lain saat mereka menerima bonus dari perusahaan, apa lagi jika perjalanan jauh. Setiap tim hanya melihat dengan iri sembari berdoa agar giliran mereka tiba nanti .Sesuai dengan jadwal keberangkatan, kami terbang dari Jogja ke Bali dengan menumpang salah satu mas kapai berplat merah milik Indonesia. Aku dan Ismi duduk berdekatan usai dipersilakan oleh salah satu pramugari.Tidak ingin terlihat buruk, aku aktif membantu Ismi. Perempuan itu juga menerimanya dengan senang hati. Mungkin i

  • Ternyata Istri Cantikku Korban Rudapaksa   Bab 31: Kejutan

    Bab 31: KejutanWeekend! Aku melepas sebuah senyum lega saat melihat Ismi benar-benar menepati janjinya. Dia mengeluarkan sebuah koper kecil dari kamarnya yang juga kecil itu.Hal paling membahagiakan untukku adalah Ismi terlihat sangat cantik dengan gamis panjang berwarna birunya itu. Berpadu dua bahan lembut polos dan bermotif bunga serta kerudung yang disampir di bahu namun tetap menutup dada.Sedangkan aku, hanya ber-kaos biasa dan menutupinya dengan jaket kulit. Jauh berbeda jika dibandingkan dengan penampilan Ismi yang serba rapi.“Apa ada lagi yang ingin dibawa, Mas?” Ismi menegurku yang berdiri di ambang pintu kamar.Sebuah koper kecil sudah tergeletak di tengah ruangan, menunggu milik Ismi bergabung. Sisanya? Sudah pasti tidak ada.Kami hanya akan tinggal selama dua hari di Bali kar

  • Ternyata Istri Cantikku Korban Rudapaksa   Bab 30: Hati Kami Perlahan Mencair

    Bab 30: Hati Kami Perlahan Mencair“Ini, semua pesanan kalian!” Aku berkata dengan suara kesal usai meletakkan sebuah kardus berat di atas meja panjang.Kardus itu aku bawa dari rumah dan telah kuisi dengan puluhan batang sabun terakhir milik Ismi yang siap pakai. Tidak kupedulikan warna, tekstur atau bentuknya, asal sabunnya bisa dipakai maka aku angkut sekalian.Semenjak kejadian pelecehan itu, aku memilih untuk membantu Ismi dengan menjual semua sabun-sabun Ismi kepada rekan kerjaku. Mereka bahagia luar biasa, bahkan tidak protes meski sabun yang mereka mau tidak tersedia.“Ini batch terakhir, sudah kosong di rumah!” tegasku kembali meski di depanku ada dua atasan perempuan yang merupakan penggemar Ismi.Merekalah asal-muasal aku berjualan sabun di kantor. Sebab merekalah, aku terus diteror oleh para penggemar Ismi.“Terakhir?” Perempuan itu mendengkus.Dia

DMCA.com Protection Status