Mengingat acara mereka sampai malam, dan Fina harus pamit pulang terlebih dahulu. Arin, Reva bahkan Riki tidak setuju kalau Fina pulang seorang diri. Mereka menyarankan agar Denias mau mmengantarnya pulang. Itu juga salah satu cara mereka mendekatkan keduanya. “Gausalah, lagian aku juga udah biasa pulang jam segini sendiri, kalian nggak usah lebay,” ucap Fina saat teman-temannya memaksa dirinya pulang diantar oleh Denias. “Gapapa Fin, lagian bener kata mereka, udah malam gini, ya kalau masih di kota masih ramai, tapi kalau udah masuk ke desa kan jalanan pasti sepi, rawan kalau kamu perempuan pulang sendirian,” balas Denias. Benar kata Denias, kalau jalanan di kota memang masih ramai, tapi kalau udah semakin masuk ke kabupaten, mendekati rumahnya, jalanan mulai sepi. Fina juga harus melewati beberapa jalan yang kanan kirinya adalah sawah-sawah, kurang penerangan. Biasanya Fina memang biasa melewati jalanan itu, meskipun sudah malam. Tapi mendapat perhatian dan merasa ada yang mengk
Hidup di desa, tidak lengkap rasanya kalau para tetangga tidak kepo dengan kehidupan tetangga lainnya. Terutama pada sosok yang status janda. Sudah seperti hukum alam sepertinya. Itu yang sekarang Fina rasakan. Setelah malam itu Denias mengantarnya pulang, padahal saat itu seperti yang Fina tau, kampungnya sudah sepi, tapi beberapa tetangganya tau soal kedaangan Denias ke rumahnya, jadilah bahan gosip baru. Hmmm, sudah bukan hal baru lagi buat Fina. Sedari dulu memang ia sering kali menjadi bahan gosipan tetangganya, ya mungkin karena memang Fina sibuk dengan pekerjaannya di kota sampai lupa bersosialisasi dengan tetangga. Karena sudah sering dan sudah terbiasa, Fina menangapinya dengan santai. “Yang kemaren siapa mbak, nganter pulang?” tanya Bu Tanti tetangga depan rumah yang saat pagi-pagi Fina sibuk menjemur pakaiannya, dia sudah sibuk ngumpulin teman-ttemannya ngumpul di depan rumah Fina untuk bergosip. “Temen kantor, karna habis ada acara di rumah temen kantor, terus pulang kem
Perihal mobil yang beberapa lalu Rama tinggalkan di rumahnya, laki-laki itu benar memberikan mobil itu kepada Fina dan anak-anaknya. Rama menyadari jika mobil itu juga milik Fina, karena semasa membayar cicilan mobil, sering kali Fina yang melunasi. Rama juga merasa bersalah jika menggunakan mobil itu sendiri, tidak hanya sendiri, mobil it juga sering digunakan bersama Anna dan anak-anaknya.Fina memang bisa mengemudikan mobil, tapi kalau untuk merawat mobil itu sepertinya ia belum bisa. Belum lagi teman-teman dan orang terdekatnya menyarankan untuk menjual saja. Mengingat mobil itu udah lebih dari lima tahun dipakai. Lebih baik di jual, untuk bisa dibelikan mobil yang baru. Atau mungkin bisa menjadi tabungan untuk anak-anaknya kelak.Fina meminta temannya yang paham mobil untuk membantu menjual mobil tersebut. Sebenarnya Fina juga bukan yang keseahariannya menggunakan mobil. Ia lebih nyaman kemana-mana menggunakan motor, lebih mudah dan lebih cepat.&ldqu
Memilih menjadi single mom bukanlah hal mudah yang harus Fina jalani. Membesarkan anak-anaknya sendiri, menjadi tulang pungung keluarga. Serta tak jarang menjadi bahan pembicaraan tetangganya. Belakangan Fina dengar tetangganya sering mengosipkan dirinya dengan Denias yang beberapa waktu lalu datang ke rumahnya.Mendengar kata Denias di sebut-sebut Fina merasa tidak suka. Fina memang saat ini berhubungan dekat dengan laki-laki itu. Tapi Fina belum tau bagaimana nanti ujungnya. Saat ini ia tidak ingin terlalu memperdulikan omongan orang lain. Ia hanya ingin hidup tenang dan bahagia dengan orang-orang terdekatnya.Minggu-minggu ini Fina sangat sibuk dengan pekerjaan kantornya. Beberapa kali ia harus pulang malam karena lembur pekerjaan yang tidak bisa ia kerjakan di luar kantor. Setiap kali ia pulang malam, Denias selalu menawarkan diri untuk mengantar Fina pulang. Sebenarnya Fina tak enak hati dengan lelaki itu, tapi perhatian yang Denias berikan padanya kerap kali membuat Fina luluh.
Masih jelas teringat di kepala Fina mengenai pertanyaan Denias beberapa waktu lalu, saat keduanya menghabiskan malam berdua. Pertanyaan yang sebenarnya ia sendiri masih bimbang untuk mengambil keputusan. Kehadiran Denias akhir-akhir ini memang mampu membuat dirinya kembali bersemangat. Padahal sebelumnya, ia bersikeras untuk menutup rapat pintu hatinya."Ada kesempatan aku untuk mengisi ruang itu?" pertanyaan Denias yang membuat Fina terus kepikiran.Antara ada dan tiada, luka yang diciptakan oleh Rama masih sangat membekas dan jujur saja membuat Fina trauma untuk kembali membangun hubungan yang baru lagi. Entahlah Fina benar-benar belum bisa menjawab pertanyaan itu. Ia butuh waktu sedikit lagi untuk menyembuhkan luka hatinya, agar ia bisa kembali fokus ke masa depannya."Fin, besok kamu kalau libur sempetin lah main kemana gitu sama anak-anak," ucap Ibu Hana saat melihat Fina sibuk menyiapkan perlengkapan kerjanya."Hmm, iya lihat besok lah buk, lagian Safa juga nggak lagi ada di rum
Ali berlari menuju sang Ayah membuat Alfa yang baru bisa berjalan ikut berlari kesana. Fina tau, Alfa mungkin tidak begitu familiar dengan Ayahnya, tapi melihat apa yang dilakukan oleh kakaknya membuatnya ikut melakukan hal yang sama. Fina masih berdiri dan melihat pemandangan antara anak dan Ayah, kemudian beralih ke arah Denias. Fina memilih mendekat ke arah Denias, membiarkan kedua anaknya bercengkrama dengan sang Ayah.“Maaf, nunggu lama ya,” ucap Fina pada Denias.“Enggak, baru sampai lobby,” jawab Denias.“Jadi staycation nya bareng sama Ayahnya anak-anak?” lanjut tanya Denias.“Enggak, kebetulan Rama ada disini,” jawab Fina.Rama bersama kedua anaknya ikut bergabung ke tempat Fina dan Denias ngobrol. Fina bingung harus bersikap seperti apa dihadapan kedua laki-laki itu. Hingga Fina memutuskan untuk terlebih dahulu memperkenalkan Denias kepada Rama. Karena ia tau bahwa Denias sudah terlebih dahulu mengetahui siapa Rama.“Ram, kenalin ini Denias, teman aku,” ucap Fina memperkanal
Hari ini, menjadi hari terakhir staycation akhir pekan Fina bersama kedua anak-anaknya. Tidak hanya berdua bersama anaknya saja, tapi Rama juga memilih untuk ikut menemani anak-anaknya. Sebelum pulang, Rama mengajak dirinya dan anak-anak untuk makan malam terlebih dahulu."Nanti Ayah antar kita pulang kan?" tanya Ali dengan polosnya.Fina langsung menjelaskan kepada anaknya bahwa Rama harus segera pulang ke rumah keluarga pilihannya. Mendegar penjelasan Fina membuat Rama langsung angkat bicara. Ia mau mengantar anak-anaknya pulang. Namun Fina bersikeras menolak, ia sudah menghubungi taxi langgananya yang akan mengantarkan dirinya pulang."Kamu jangan keras kepala dong Fin," ucap Rama saat ia mulai kesal dengan penolakan Fina."Aku? cukup lah Ram," balas Fina."Apanya yang cukup," tanya Rama."Cukup sampai makan malam, setelahnya biar aku yang urus sendiri," balas Fina.Fina sudah capek harus menghadapi Rama lagi, entah mengapa ia seol
Hari ini Fina sudah siap-siap untuk pergi bersama anak-anaknya. Ya, hari ini ia memiliki janji dengan Denias. Mereka ingin saling memperkenalkan anak-anaknya, setelah sebelumnya mereka berdua memutuskan untuk menjalin hubungan serius. Denias beberapa kali sudah bertemu dengan anak-anak Fina, tapi lain halnya Fina. Ia sama sekali belum pernah bertemu dengan anak-anak Denias. Ia hanya sedikit tahu mengenai cerita mereka saja.Ali sangat excited karena akan pergi jalan-jalan. Sudah cukup lama mereka tidak menghabiskan weekend dengan jalan-jalan. Meskipun kali ini Ali tau, ia tidak akan bertemu dengan Ayahnya. Sebelum benar-benar saling memperkenalkan, beberapa kali Fina memberikan penjelasan kepada Ali, berharap anak sulungnya itu memahami keadaan Mamanya.Ali sudah mulai paham mengenai hubungan Mama dan Ayah nya yang memang sudah tidak bisa lagi bersama. Ali sudah mulai terbiasa dengan itu. Kini ia dituntut harus mengerti keadaan lagi dengan akan diperkenalkannya antara ia dengan keluar
Setelah beberapa waktu berlalu, hari ini Denias mendapat pesan masuk dari Rama yang tidak lain adalah ayah kandung dari anak-anak sambungnya. Denias tau betul konflik yang masih berkelanjutan antara istrinya dan mantan suami. Denias tidak bisa langsung menyalahkan sikap Fina, karena bagaimana pun tidak mudah berada di posisi istrinya tersebut. Begitupun dengan Rama, sikap Fina kepadanya adalah konsekuensi dari perbuatannya dimasa lalu."Sorry Den, aku Rama, ayah dari Ali dan Alfa. Kalau nggak keberatan apa bisa kita bertemu?" pesan Rama pada Denias melalui aplikasi chat.Sebenarnya Denias sudah menerima pesan tersebut dari tadi, hanya saja ia baru memiliki jawaban untuk pesan tersebut. Ia berusaha untuk tenang menyikapi pesan tersebut. Denias juga tidak buru-buru menceritakan hal tersebut kepada Fina."Iya Ram, boleh, kapan?" balas Denias langsung.Tidak butuh waktu lama, pesan tersebut langsung dibalas oleh Rama."Malam ini kalau bisa, kebetulan sekarang masih ada di Malang," balas R
Sebenarnya Fina sudah sangat lelah dengan masa lalunya itu. Setelah ia membangun rumah tangga baru, ia kira hidupnya akan lepas dari bayang-bayang masa lalu, namun nyatanya tidak. Rama masih saja mengusik hidupnya. Andai saja perpisahan dirinya dengan Rama tidak meninggalkan luka, mungkin Fina sudah berdamai dengan Rama. Ia bisa mengesampingkan egonya demi anak-anak. Tapi nyatanya tidak, perpisahannya dengan Rama hanya menyisakan luka, air mata dan trauma bagi Fina.Bagaimana tidak, sepanjang pernikahan pertamanya, ia tidak diterima di keluarga Rama. Jangankan diterima, restu saja tidak ia peroleh, bahkan di hari pernikahannya, sang ibu mertuanya tidak hadir. Saat pertama kali datang ke rumah mertuanya tersebut, ia seolah tidak dianggap, tidak diterima dengan baik. Bahkan selama menikah dengan Rama, status dirinya bukanlah istri pertama, melainkan istri kedua tanpa sepengetahuannya.Masa lalu seperti itu yang bisa Fina terima? tentu tidak. Fina sudah cukup menderita selama pernikahan
"Fin, ikut gabung makan siang sama kita yuk, kita mau makan di kafe belakang kantor," ajak Dita, teman kantor Fina."Sorry, lain kali aja deh kayaknya, aku masih ada kerjaan urgent nih, kebetulan aku juga bawa bekal, kalian duluan aja," balas Fina menolak ajakan Dita."Projeknya sama Pak Aris ya?" tanya Dita memastikan.Fina hanya menganggukan kepalanya sembari tersenyum. Ekspresi senyum Fina membuat Dita seolah paham, perempuan itu sedang butuh disemangatin. Dita sudah pernah turut mengerjakan projek dari Pak Aris yang orangnya super duper teliti, banyak mau dan perfeksionis."Semangat sayang, jangan lupa makan siang ya," ucap Dita memberikan semangat kepada Fina."Sekarang mau kemana? keluar?" lanjut tanya Dita."Iya nih, barusan Pak Aris ngabarin Reno ngajak ketemuan untuk bahas progressnya, dan Reno lagi ada meeting sama klient lain, jadi karna aku yang lagi free, jadi aku yang berangkat," jelas Fina."Udah dulu ya, liat nih, udah di telfon mulu sama Pak Aris, aku berangkat dulu,"
Fina merasa hidupnya kembali sempurna, hari-harinya selalu diselimuti perasaan bahagia. Anak-anaknya tumbuh dengan baik. Sekolah mereka juga berjalan dengan lancar. Perkerjaan Fina dan Denias juga alhamdulillah berjalan dengan baik. Semua terasa indah dan sempurna. Jika mengingat beberapa waktu lalu, rasanya kebahagiaan ini seolah tak akan menghampiri dirinya. Tapi Allah selalu memiliki rencana yang lain. Rencana yang selalu indah, di luar perkiraan yang selalu ia takutkan.Belajar dari pengalaman hidupnya selama ini, Fina selalu ingat bahwa kebahagiaan akan selamanya ada, dan kesedihan juga tidak akan selamanya menghampiri. Hidup yang telah ditentukan oleh sang pencipta selalu seimbang. Saat kebahagian datang menghampiri, pasti akan selalu ada kesedihan yang bergantian akan menghampiri. Untuk itu, Fina tidak ingin terlalu terlena dengan kebahagiaan yang kini ia rasakan. Karna mungkin saja, sebentar lagi kesedihan akan menghampirinya.Pagi ini, seperti biasa, sebelum berangkat kerja,
Menikah dengan Denias merupakan suatu hal yang sangat Fina syukuri dalam hidupnya. Hari-harinya kini selalu dihiasi dengan perasaan senang dan bahagia. Namun kini Fina tengah bingung untuk mengambil keputusan dimana ia dan suami akan tinggal. Selama hampir sebulan ini, ia dan suami masih hrus bolak balik dari rumah Fina ke rumah Denias. Anak pertama Fina masih harus menyelesaikan sekolahnya di dekat rumah Fina. Kemudian anak keduanya juga sangat dekat dengan sang nenek, setiap kali jauh dari neneknya, Alfa selalu bingung mencari sang nenek. Itu sebabnya Fina masih belum bisa tinggal menetap di rumah Denias.Begitupun sebaliknya dengan Denias. Jika ia sering tinggal di rumah Fina, ia tidak tega jika harus selalu menitipkan anak-anaknya kepada sang ibu. Terutama Adit yang masih SD, ia juga membutuhkan perhatian dan kasih sayang penuh darinya. Tidak jarang, mereka harus pulang ke rumah masing-masing. Mereka seperti itu mungkin untuk beberapa bulan ke depan, mengingat Ali sebentar lagi lu
Fina segera meninggalkan Denias yang masih setia menatap langit malam. Ia masuk ke dalam kamar hotel. Tidak lupa menekan tombol yang secara otomatis menutup tirai jendela besar yang memisahkan kamar hotel dengan balkon. Denias yang dengan cepat menangkap sinyal yang diberikan oleh istrinya segera masuk ke dalam kamar hotel. Ia tidak mendapati Fina di dalam sana.Denias memilih menunggu Fina dengan duduk dipinggir ranjang sambil menikmati secangkir minuman yang ia bawa dari balkon. Tidak butuh waktu lama, ia melihat Fina berjalan menuju arahnya menggunakan ligerai seksi yang telah ia pilihkan sebelumnya."Sempurna," gumam Denias saat menatap Fina berjalan ke arahnya.Jalan Fina yang melikuk, membuat Denias ingin sekali segera menerkam dan memangsa habis-habisan istrinya itu. "You look so beautyfull, honey," ucap Denias sambil meletakkan dagunya di atas bahu Fina.Seperti biasa, aroma parfum apel milik Fina membuat Denias semakin tergoda. Ia menghirup aroma tersebut, menyusuri setiap in
Fina keluar dari ruang ganti menggunakan bikini beksi berwarna hitam dengan tali berwarna coklat muda. Potongan kain tipis itu hanya bisa menutup bagian puting dan bagian vaginanya saja. Sungguh minim, terlihat jelas lekuk tubuhnya yang masih terlihat seksi. Apalagi bikini yang ia kenakan merupakan pilihan sang suami yang sangat menyukai dirinya menggunakan warna hitam. Mengingat sedari tadi pakaian yang Denias berlikan selalu berwarna hitam. Dari kejauhan Denias melihat Fina berjalan ke arahnya membuatnya penuh gairah. Ia segera melepas pakaiannya. Meninggalkan bokser mini yang menutup kemaluannya. Ia segera memeluk Fina saat perempuan itu berdiri tepat dihadapanya. Terlihat lebih seksi dari pada sebelum-sebelumnya. Karena ini bukan kali pertama melihat tubuh seksi Fina. Tapi kali ini istrinya sunggu sangat berbeda. Apalagi dengan rambut yang dikuncir asal membuat istrinya terlihat seksi dengan leher jenjang. Membuat ia ingin sekali mengendus disana. "Kamu terlihat
Bahagia, satu kata itu yang kini menggambarkan perasaan Fina. Setelah musibah yang menimpanya beberapa waktu lalu. Ia mengira bahwa tidak akan pernah kembali merasakan kebahagiaan bersama pasangan. Tapi Tuhan masih sangat baik kepadanya. Tuhan mengirimkan sosok lelaki yang kini resmi menjadi suaminya. Laki-laki yang berhasil menjadi penawar disetiap luka yang pernah ia rasakan. Denias, ia yang kini membuat hari-harinya penuh semangat dan diselimuti rasa bahagia.Mungkin karena memang usia pernikahannya dengan Denias masih dalam hitungan hari. Sehingga rasa bahagia, berbunga-bunga yang kini ia rasakan. Bagaimanapun sebelumnya ia sudah pernah merasakan asam garamnya pernikahan sebelumnya. Disetiap pernikahan pasti akan selalu ada suka maupun dukanya. Wajar jika sekarang suka yang mereka rasakan. Karena keduanya kini sudah dipersatukan dalam ikatan suci pernikahan. Fina dan Denias memang berdoa dan berharap rumah tangganya selalu tentram dan damai, tapi balik lagi, roda kehidupan terus b
Setelah acara pernikahan yang mereka gelar secara sederhana di kediaman Fina. Hari ini sebelum seluruh anggota keluarga kembali pulang ke rumah masing-masing. Mbak Tari mengajak semuanya untuk liburan bersama. Beberapa ada yang memberikan usulan untuk pergi ke pantai, beberapa ada yang minta pergi ke wahana air saja yang lebih dekat. Keputusan terakhir yang mereka pilih untuk ke wahana air saja yang lebih dekat sehingga tidak buang waktu di jalan.Sejak hari kedua pernikahan, Fina memang tinggal di rumah Denias, mengingat keluarga besar masih berkumpul disana, Fina tidak ingin kehilangan momen berkenalan dengan keluarga barunya tersebut. Ia kini harus mulai membiasakan anak-anaknya untuk tinggal ikut bersamanya, terutama Alfa. Anak keduanya itu masih belum terbiasa jauh dengan sang nenek. Karena setiap hari waktunya lebih banyak dihabiskan bersama sang nenek dibandingkan dirinya."Nenek, Mama" rengek Alfa."Iya, besok kita ke rumah nenek ya, sayang," ucap Fina k