Bab 65Sari tidak bisa menjawab. Tentu saja ia tak berkutik. Sudah dua tahun mereka tak pernah lagi mendengar kabar soal keluarga Darmawan. Perempuan paruh baya itu hanyalah seorang perempuan biasa yang tidak memiliki daya untuk memperjuangkan hubungan anak dan menantunya.Dia memang menyadari jika Akmal sangat mencintai Hanina, tapi apalah dayanya. Ini memang salahnya, karena dulu turut serta dalam rencana jahat itu. Dan sekarang inilah akibat yang harus mereka tanggung.Karma itu ada.Dulu Hanina mencintai Akmal dengan begitu besar, tapi sekarang justru putranya yang harus patah hati lantaran kehilangan istri yang sangat dicintainya. Cinta yang baru Akmal sadari di saat sang istri tak bisa lagi dihubungi selama dua tahun terakhir.Dulu Hanina yang berjuang untuk mendapatkan restu dari papa dan mamanya. Tapi kini giliran Akmal yang harus berjuang untuk meraih cinta Hanina. "Mama hanya bisa mampu mendoakan, semoga kamu bisa bertemu kembali dengan anak dan istrimu. Mamamu ini bukan de
Bab 66Hanina menyambung hidup dengan membuka sebuah butik yang menjual pakaian muslimah. Hanya itu yang bisa ia lakukan, karena hampir semua harta yang mereka miliki habis untuk pembayaran hutang. Dia tidak mempunyai banyak modal untuk mendirikan perusahaan baru. Sementara kedua orang tuanya memilih untuk berdiam diri di rumah. Liani kembali menjadi ibu rumah tangga dan sehari-hari dialah yang menjaga Aqila, karena mereka tidak punya asisten rumah tangga lagi. Sementara papanya tidak bisa melakukan pekerjaan yang berat, karena sering sakit-sakitan sejak perusahaan kebanggaannya dinyatakan pailit."Sekarang Mommy berangkat dulu ya. Aqila sama Oma dulu." Perempuan itu menyerahkan kembali putrinya ke dalam gendongan ibunya, lalu segera meraih tas tangan yang sebelumnya tergeletak di salah satu kursi makan.Aqila sempat berontak. Namun pegangan tangan neneknya begitu kuat. Wajah mungil itu nampak cemberut, namun terlihat menggemaskan bagi Hanina dan Liani. Hanina melambaikan tangan dan s
Bab 67 Namun nasi sudah menjadi bubur. Hanya rasa penyesalan yang kian berkecamuk di dalam dadanya. Andai tahu akibatnya akan begini, tentu ia tidak akan turut campur di dalam rumah tangga Hanina dan Akmal. Rasa cintanya yang begitu besar dan obsesi pada teman masa kecilnya itu membuatnya gelap mata dan melakukan segala cara untuk memisahkan Hanina dengan pria yang dianggapnya tidak bisa membahagiakan wanita yang dicintainya itu. Rio melupakan fakta jika Hanina mencintai Akmal begitu dalam, apalagi di antara mereka sudah ada seorang anak. Tentunya Hanina akan mempertimbangkan seribu kali untuk mengambil keputusan bercerai dari suaminya, sekalipun Akmal pernah menyakitinya. Rio melangkah gontai meninggalkan butik itu dan kembali ke mobilnya. Sejak Hanina Indo Textile bangkrut, Rio pindah kerja ke sebuah perusahaan yang bergerak di bagian konstruksi. Namun tentu saja jabatannya tidak setinggi dulu. Kini dia hanya seorang staf biasa yang tidak punya cukup wewenang. Harta kekayaan yang
Bab 68Kekesalan Rio sampai ke puncak. Dia sama sekali tidak fokus dengan pekerjaannya. Banyak sekali terdapat kesalahan, hingga akhirnya dia harus bolak-balik ke ruang kerja manajernya untuk revisi dan itu terjadi berkali-kali.Rio bahkan mendapatkan peringatan keras yang membuat nyali pria itu menciut. Ancaman pemutusan hubungan kerja membayang di benaknya. Jika dulu Rio bisa dengan jumawa memegang jabatan sebagai CHRO. Tapi sekarang dia harus tunduk di bawah kepemimpinan orang lain.Sungguh mengesalkan. Apakah ini karma untuknya karena sudah berusaha memisahkan sepasang suami istri yang saling mencintai?Pria itu menggeleng keras. Bukankah dari awal memang rumah tangga Akmal dan Hanina yang bermasalah? Dia hanya turut campur dan membuat ramai masalah yang terjadi.Sore mulai merambat petang dan Rio keluar dari gedung tempat ia bekerja. Pikirannya benar-benar kusut. Kali ini dia menyerah dan butuh refresh untuk menetralisir otaknya yang tiba-tiba saja memanas.Rio tiba di rumahnya j
Bab 69"Risty?! Bagaimana bisa kamu jadi ada di sini?!"Pagi menjelang dan kesadaran Rio sudah mulai terkumpul. Dia sangat kaget saat melihat, lantas mengenali sosok perempuan yang bersamanya dalam satu selimut.Dia berusaha mengingat kejadian beberapa jam yang lalu. Meski ingatannya samar-samar, tetapi pria itu sudah cukup dewasa dan mengerti apa yang sudah terjadi di antara mereka. Dia bersama Risty berbaring di atas ranjang tanpa mengenakan busana, kecuali selimut yang menutupi tubuh mereka"Tuan Lion." Perempuan itu membuka matanya dan menatap kagum saat menyadari partner ranjangnya kali ini sungguh rupawan. Semula ia membayangkan akan bermain kuda-kudaan dengan seorang lelaki tua berperut buncit dengan lipatan-lipatan lemak di wajah dan sekujur tubuhnya. Perempuan itu serasa mendapatkan durian runtuh manakala teringat dengan sentuhan pria itu tadi malam. Sentuhan dan cumbuan pria itu membuat Risty merasa seperti seseorang yang sangat diistimewakan."Lion?! Pria itu kembali terk
Bab 70"Aku nggak nyalahin kamu. Mungkin nasibku saja yang buruk. Mungkin pula aku terlalu dalam mencintai Nina, karena merasa jika hanya Hanina yang aku punya." Pria itu menerawang mengingat masa lalunya, bagaimana dulu dia diperlakukan tidak adil oleh paman dan bibinya.Hanya Hanina yang selalu ada untuknya. Hanina yang waktu itu masih merupakan gadis kecil begitu setia menemani hari-harinya. Ketika Rio menangis lantaran perlakuan dari paman, bibi, dan para sepupunya, Hanina selalu memeluknya. Keduanya begitu dekat sampai akhirnya beranjak remaja dan Hanina mulai menjaga jarak karena ia mengenakan hijab.Rio akhirnya memilih hidup sendiri di saat usianya menginjak 15 tahun. Dia bekerja apa saja untuk menyambung hidup sekaligus membiayai sendiri sekolahnya, demikian juga saat ia masih kuliah. Kehidupan yang demikian sulit membuat Rio nyaris tidak memiliki teman bergaul, kecuali Hanina dan keluarganya, bahkan Darmawan tidak segan-segan memberinya uang untuk melunasi pembayaran biaya k
Bab 71"Maksud Mas?" Risty mengurangkan niatnya untuk menyuap makanan. "Aku tidak mengerti apa yang Mas inginkan.""Ikutlah denganku. Kamu bisa bekerja di rumahku dan mengurus keperluanku.""Termasuk keperluan di tempat tidur?" Rio pria dewasa. Risty mengira jika hal seperti ini bukan yang pertama kali terjadi. Dia melihat bagaimana pergerakan pria itu tadi malam saat bermain dengannya. Rio tidak terlihat sebagai pria amatiran dalam urusan ranjang. Tidak mungkin pria itu masih perjaka sebelum tadi malam."Bisa jadi, tapi itu tergantung kesepakatan, Risty." Pria itu menghela nafas. "Tetapi maaf, aku tidak bisa memberimu gaji yang besar, karena terus terang sekarang aku hanya seorang staf biasa, bukan lagi direktur seperti saat aku masih di Hanina Indo Textile. Gajiku tidak sebesar dulu. Tapi jika kamu mau menerima apa adanya, aku akan sangat berterima kasih. Kamu boleh tinggal di rumahku sesukamu. Tapi jika kamu merasa ada peluang untuk pekerjaan lain, aku akan mengizinkan kamu untuk
Bab 72"Aku tidak tahu, Dira." Lagi-lagi Hanina mendesah. Dia menepuk pundak gadis itu.Adira memang ia pekerjakan di butiknya ini, apalagi gadis itu sudah menyelesaikan kuliahnya, lagi pula pak Joko dan bu Ratmi sudah tidak bisa lagi bekerja kepada mereka, karena Hanina harus menghemat pengeluaran. Walaupun pak Joko dan bu Ratmi menawarkan diri untuk bekerja tanpa dibayar, tetapi tetap saja Hanina tidak enak hati. Sebagai gantinya, dia merekrut Dira untuk bekerja di butiknya.Hanina bersyukur sekali. Di masa-masa sulit ini, dia memiliki orang-orang yang loyal seperti pak Joko, bu Ratmi dan Dira. Kegiatan bu Ratmi sekarang hanya mengasuh Kenzo. Kenzo yang sekarang sudah berumur 7 tahun. Sementara pak Joko memilih kembali menggarap lahan yang selama ini terbengkalai lantaran ia bekerja pada keluarga Darmawan. Pak Joko memiliki sebuah lahan yang tidak terlalu luas dan ditanami oleh pria itu dengan berbagai macam sayuran. Hasilnya cukup lumayan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, ditam
Bab 115" Nah tuh, bener kan? Sudah ada embrio rupanya. Selamat ya, Bu. Ibu positif mengandung. Usia kandungannya sudah 6 minggu," ujar dokter kandungan perempuan yang bernama Herlina itu.Percintaan panasnya dengan Akmal malam itu ternyata membuahkan hasil. Hanina kembali teringat dengan kejadian malam penculikannya. Seharusnya waktu itu Rio lah yang mengeksekusinya. Namun ternyata dia malah bercinta dengan Akmal. Sontak Hanina bergidik. Tak terbayangkan seandainya benih ini milik Rio. Pasti akan sangat rumit. Saat ini Rio sudah menikah dengan Risty.Perempuan itu memejamkan matanya sejenak, berusaha mencerna kejutan yang diterimanya saat ini."Terima kasih, Dok." Hanina kembali bangkit dari tempat tidur setelah selesai pemeriksaan. Dia turun dari tempat tidur di dibantu oleh seorang perawat perempuan yang dengan sigap membawanya duduk di kursi berhadapan dengan sang dokter."Saya resepkan obat anti mual dan vitamin, dikonsumsi secara rutin ya, Bu. Semoga Ibu dan dedek bayinya sehat.
Bab 114"Baru beberapa bulan yang lalu, Bu," sahut Melati sumringah. "Saya nyaman bekerja di perusahaannya Pak Irwan. Sama seperti Ibu, beliau baik dan tidak pernah menekan saya untuk ini dan itu. Namun saya di tuntut harus mendampinginya kemanapun. Ya, mirip-mirip Daisy lah. Cuma beruntungnya, Daisy itu keponakannya Pak Irwan. Jadi aman deh.""Memangnya kenapa? Bukankah mendampingi bos kemanapun itu adalah tugas seorang sekretaris?""Iya, Bu. Tapi yang tidak enaknya itu rumor yang beredar di seputar kantor tentang kedekatan kami," curhat Melati."Memangnya ada apa?" Hanina lagi-lagi merasa tertarik dengan cerita Melati. Dia melambaikan tangan pada ibunya, dan Liani yang paham segera membawa Aqila dari pangkuan Hanina."Pak Irwan itu duda. Jadinya ya.... Bu Hanina bisa membayangkan lah." Wajah sumringahnya berakhir dengan senyum kecut. Melati tak bisa mengabaikan begitu saja tatapan para perempuan di kantornya yang terlihat begitu sinis bercampur iri. Walaupun duda, tetapi Irwan meru
Bab 113"Iya." Wajah Hanina kembali dengan mode serius. "Aku akui aku memang sudah memberitahu soal kalian yang akan menikah, lagi pula aku juga tidak mau menutup-nutupi masalah ini. Aku tidak mau dia terlalu berharap sama kamu.""Aku tidak mau tahu ya, tapi yang jelas aku tidak mau kejadian seperti itu terulang kembali. Aku mau kita mentaati kesepakatan yang sudah dibuat. Bukankah itu juga yang kamu dan Akmal inginkan?!" tegas pria itu. "Kamu menekanku?!" Perempuan itu tersentak balas menatap Rio yang entah kenapa pagi ini tatapannya begitu dalam. "Aku tidak ingin membuatmu tertekan, tetapi apapun yang terjadi, kamu harus menangani dan bertanggung jawab. Kamu pastikan agar Dira tidak mengulangi hal yang merugikan dirinya sendiri." Rio bangkit, kemudian mundur selangkah. "Ya sudah, hanya itu yang ingin aku katakan. Sekarang aku harus pergi. Pekerjaanku hari ini sangat banyak."Hanina masih saja ternganga dengan sikap Rio yang dengan langkah cepatnya menghilang dari balik pintu kaca.
Bab 112"Adira, tapi Mas Rio menganggap kamu sebagai seorang adik, nggak lebih. Dia memang sangat baik sama kamu dan dia merasa kamu adalah saudaranya, di saat saudaranya yang lain tidak peduli. Kamu itu terlalu berharga. Ayolah Dira.... jangan seperti ini lagi ya. Kamu akan tetap memiliki cinta Mas Rio walaupun kami sudah menikah. Kamu nggak akan kehilangan Mas Rio," tutur lirih perempuan itu.Dia memang sengaja memancing dengan kata-kata adik, karena dia ingin tahu atau bagaimana tanggapan gadis itu. "Omong kosong! Kak Nina dan Mas Rio itu juga saudara angkat, tapi ternyata Mas Rio mencintai Kak Nina lebih daripada seorang adik. Kenapa itu tidak bisa berlaku kepadaku? Aku dan Kak Nina itu posisinya sama!" Gadis merengut. Bibirnya mengerucut. "Cinta itu tidak bisa memilih, Dira....""Nah bener, kan? Sebenarnya kalian memang saling mencintai, atau jangan-jangan kalian sudah ada hubungan lain di balik Kak Nina dan Mas Akmal?" tuduh gadis itu.Namun Risty menggeleng. "Enggak Dira. Aku
Bab 111Namun Rio malah menggeleng sembari memperdengarkan kekehannya. "Dia itu masih perawan, Ris. Bagaimana mungkin aku tega memerawani anak orang, terlebih adik angkatku sendiri. Dia akan menyesali seumur hidupnya.""Tapi aku pikir kamu bisa memanfaatkan...." Risty sengaja memancing atensi pria disampingnya ini."Aku bukan pria yang seperti itu. Jika aku mengetahui gadis itu masih perawan, aku tentu tidak akan mengajaknya untuk bersenang-senang. Kasihan. Lagi pula tak mungkin aku merusak adik angkatku sendiri. Dia itu gadis yang baik.""Baik katamu?! Tapi nyatanya dia ke klub malam....""Sepertinya dia ada masalah," bela Rio."Patah hati?" tebak Risty. Jemari lentiknya seketika membelai dada pria itu. "Jangan-jangan patah hati sama kamu?""Kemungkinan besar iya. Tapi aku juga tidak berani mengorek keterangan dari gadis itu. Aku hanya menyuruhnya istirahat dan jangan berpikir yang berat-berat. Setelah itu aku keluar dan pergi meninggalkan hotel. Semoga saja dia baik-baik saja di san
Bab 110"Aku tidak tahu harus bagaimana, tapi aku nggak mungkin membatalkan rencanaku. Kamu itu berhak mendapatkan laki-laki yang lebih baik, Dira." Rio memejamkan mata sejenak, kemudian membuka keran dan membasuh wajahnya.Air dingin yang mengucur dan membasahi wajahnya sedikit mendinginkan suhu di tubuh Rio yang memanas akibat ulah Dira barusan. Setelah ia merasa lebih tenang, Rio pun keluar dari kamar mandi, lalu berjalan mendekati gadis yang tergolek di atas karpet itu. Dan dengan teramat hati-hati, Rio mengangkat tubuh Dira dan kembali merebahkan di pembaringan. Beruntung kali ini tampaknya Dira benar-benar tertidur, sehingga tidak bertingkah yang macam-macam."Kasihan kamu, Dira. Kenapa kamu harus jatuh cinta sama Mas?" keluh pria itu. Kondisi Dira membuat Rio benar-benar risau. Dia menjadi serba salah. Memang ini di luar kendalinya, tapi sebagai seorang kakak tetap saja Rio merasa bertanggung jawab dengan perasaan Dira."Ini bukan soal baik atau buruk, tetapi nyatanya Mas meman
Bab 109Waktu sudah mendekati tengah malam dan Rio masih tidak bisa tertidur lantaran juniornya yang tidak mau diajak kompromi. Berkali-kali ia menelan salivanya sembari mengerang lirih. Namun ia tak mau membangunkan Risty yang sudah lelap, walaupun jika ia meminta, perempuan itu pasti tidak akan keberatan untuk melayani kebutuhan biologisnya.Tidak.Dia sudah berjanji dalam hati untuk tidak melakukan itu, kecuali mereka sudah resmi menikah.Entah pikiran itu berasal dari mana, padahal baik Rio maupun Risty sama-sama menganut kehidupan bebas, yang berarti seks sebelum menikah bukan hal yang tabu.Akhirnya pria itu memutuskan untuk bangkit dari tempat tidurny.a. Dia melepaskan lengannya dari kepala Risty dengan sangat hati-hati, lalu segera menyibak selimut dan akhirnya beringsut dari pembaringan.Setelah mengambil ponsel dari laci meja nakas, Rio keluar dari kamar, terus ke ruang tamu dan akhirnya sampai di pintu utama. Rumah ini memang tidak terlalu besar, tetapi juga tidak terlalu k
Bab 108Belum apa-apa, tapi Risty sudah berpikir ingin lari darinya. Apa sedemikian tidak berharga tawarannya, sehingga membuat Risty selalu mencari cara untuk menghindar dari berkomitmen dengannya? Pria itu seolah merasa hatinya dicubit-cubit. Akmal benar-benar beruntung dicintai dengan hebat oleh dua orang perempuan. Risty dan Hanina. Rio tak bisa membayangkan seandainya dua perempuan ini dulunya sampai akur dan memutuskan untuk tetap menjalani pernikahannya."Aku menyukaimu, Ris. Jadi tolong berhenti berpikiran suatu saat kamu akan pergi dariku. Sebuah pernikahan itu tidak mesti dengan diawali oleh cinta. Kita tidak perlu cinta untuk membuat sebuah rumah tangga. Kita hanya perlu sebuah kesepakatan.""Aku hanya mencoba untuk realistis, Mas, lagi pula kamu masih muda dan aku berpikir jika masih banyak wanita yang mau denganmu. Setelah hatimu lebih kuat dan lukamu sembuh, aku bisa pergi dari hidupmu dan kita akan kembali menjadi orang lain.""Bagaimana dengan perasaanmu? Kamu tidak
Bab 107"Ada apa sih? Kok main peluk-pelukan?" tegur Liani."Nggak ada apa-apa, Ma." Perempuan itu berdiri dan menarik sang mama untuk kembali bergabung dengan mereka. Liani memang terlambat sedikit masuk ke rumah ini lantaran ia memang harus benar-benar mengantar ketiga tamunya itu sampai mobil yang membawa mereka menghilang dari pandangan. Sementara Hanina dan papanya hanya mengantar ketiga tamu itu di depan pintu utama, bahkan setelahnya Hanina mengantar Aqila masuk ke dalam kamar dan membiarkan putrinya bermain sendirian di sana."Nggak apa-apa, Ma. Papa hanya menasehati Nina." Pria itu menggeleng penuh arti. "Papa nggak mau Hanina mencintai seseorang tanpa logika. Cinta itu perlu logika. Cinta itu bukan menyakiti, tetapi membahagiakan. Jika cinta tidak bisa lagi membahagiakan, berarti bukan cinta yang salah, tetapi cara kamu mencintai seseorang itu yang salah. Kamu berhak untuk bahagia dengan cara kamu sendiri.""Aku merasa Papa seperti kembali muda," komentar Liani setelah mende