Bab 70"Aku nggak nyalahin kamu. Mungkin nasibku saja yang buruk. Mungkin pula aku terlalu dalam mencintai Nina, karena merasa jika hanya Hanina yang aku punya." Pria itu menerawang mengingat masa lalunya, bagaimana dulu dia diperlakukan tidak adil oleh paman dan bibinya.Hanya Hanina yang selalu ada untuknya. Hanina yang waktu itu masih merupakan gadis kecil begitu setia menemani hari-harinya. Ketika Rio menangis lantaran perlakuan dari paman, bibi, dan para sepupunya, Hanina selalu memeluknya. Keduanya begitu dekat sampai akhirnya beranjak remaja dan Hanina mulai menjaga jarak karena ia mengenakan hijab.Rio akhirnya memilih hidup sendiri di saat usianya menginjak 15 tahun. Dia bekerja apa saja untuk menyambung hidup sekaligus membiayai sendiri sekolahnya, demikian juga saat ia masih kuliah. Kehidupan yang demikian sulit membuat Rio nyaris tidak memiliki teman bergaul, kecuali Hanina dan keluarganya, bahkan Darmawan tidak segan-segan memberinya uang untuk melunasi pembayaran biaya k
Bab 71"Maksud Mas?" Risty mengurangkan niatnya untuk menyuap makanan. "Aku tidak mengerti apa yang Mas inginkan.""Ikutlah denganku. Kamu bisa bekerja di rumahku dan mengurus keperluanku.""Termasuk keperluan di tempat tidur?" Rio pria dewasa. Risty mengira jika hal seperti ini bukan yang pertama kali terjadi. Dia melihat bagaimana pergerakan pria itu tadi malam saat bermain dengannya. Rio tidak terlihat sebagai pria amatiran dalam urusan ranjang. Tidak mungkin pria itu masih perjaka sebelum tadi malam."Bisa jadi, tapi itu tergantung kesepakatan, Risty." Pria itu menghela nafas. "Tetapi maaf, aku tidak bisa memberimu gaji yang besar, karena terus terang sekarang aku hanya seorang staf biasa, bukan lagi direktur seperti saat aku masih di Hanina Indo Textile. Gajiku tidak sebesar dulu. Tapi jika kamu mau menerima apa adanya, aku akan sangat berterima kasih. Kamu boleh tinggal di rumahku sesukamu. Tapi jika kamu merasa ada peluang untuk pekerjaan lain, aku akan mengizinkan kamu untuk
Bab 72"Aku tidak tahu, Dira." Lagi-lagi Hanina mendesah. Dia menepuk pundak gadis itu.Adira memang ia pekerjakan di butiknya ini, apalagi gadis itu sudah menyelesaikan kuliahnya, lagi pula pak Joko dan bu Ratmi sudah tidak bisa lagi bekerja kepada mereka, karena Hanina harus menghemat pengeluaran. Walaupun pak Joko dan bu Ratmi menawarkan diri untuk bekerja tanpa dibayar, tetapi tetap saja Hanina tidak enak hati. Sebagai gantinya, dia merekrut Dira untuk bekerja di butiknya.Hanina bersyukur sekali. Di masa-masa sulit ini, dia memiliki orang-orang yang loyal seperti pak Joko, bu Ratmi dan Dira. Kegiatan bu Ratmi sekarang hanya mengasuh Kenzo. Kenzo yang sekarang sudah berumur 7 tahun. Sementara pak Joko memilih kembali menggarap lahan yang selama ini terbengkalai lantaran ia bekerja pada keluarga Darmawan. Pak Joko memiliki sebuah lahan yang tidak terlalu luas dan ditanami oleh pria itu dengan berbagai macam sayuran. Hasilnya cukup lumayan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, ditam
Bab 73Malam mulai beranjak dan Akmal mengerjapkan matanya berkali-kali. Dia sempat terlelap saat di kursi pesawat. Pria itu segera bangkit dan mengambil barang-barangnya yang tak seberapa, lalu segera menuruni tangga pesawat. Sesuai dengan jadwal, ternyata sudah ada mobil jemputan untuknya yang berasal dari pihak Sierra Hotel.Tatkala Akmal sampai ke lokasi, ternyata persiapan sudah seratus persen. Pria itu bisa tersenyum dan berharap jika besok acara akan berlangsung dengan baik.Akmal diarahkan untuk memasuki sebuah ruangan yang ada di hotel itu. Sebagai GM, ia memiliki ruangan tersendiri di hotel ini yang berfungsi sebagai ruang kerja sekaligus ruang peristirahatannya.Akmal merebahkan tubuhnya di pembaringan, lalu kembali berusaha memejamkan mata. Namun sosok istri keduanya itu justru tergambar di benaknya, yang membuat Akmal segera teringat sesuatu. Ya, dia belum shalat magrib sekaligus isya akibat waktu itu masih berada di perjalanan.Pria itu segera bangkit, lalu melepas paka
Bab 74Perempuan itu seketika terpana. Lelaki di depannya ini benar-benar tampan, keren dan sangat berkelas, jauh lebih berkelas ketimbang waktu pertama kali mereka bertemu. Saat itu Risty mengakui jika Akmal memiliki beberapa bisnis. Tampaknya sekarang Akmal sudah jauh lebih berkembang. Pertemuannya dengan Akmal merupakan keberuntungan bagi Sierra. Tapi ngomong-ngomong nih, gimana kabar Risty?Pertanyaan itu tiba-tiba saja muncul di benak Sierra."Oh, ya. Dari tadi saya belum menanyakan gimana kabarnya Risty. Setelah kasusnya kemarin yang sempat viral itu, saya belum pernah ketemu sama dia lagi," telisik perempuan itu."Saya juga nggak tahu, Mbak. Setelah kasusnya selesai, dia memang sempat bekerja di hotel Adinda, sama seperti saya, tapi setelah kami bercerai, dia keluar dari hotel dan saya nggak tahu lagi sekarang dia berada di mana. Kami putus kontak begitu saja.""Sabar ya Mas." Refleks perempuan itu meraih tangan Akmal, lalu menggenggamnya. "Saya pribadi juga akan melakukan hal
Bab 75"Apa? Mama Sari pernah ke rumah kita?!" Perempuan itu menatap tajam kedua orang tuanya bergantian. "Kenapa tidak bilang sama aku, Ma? Lagi pula kenapa Mama dan Papa nggak ngizinin Mama Sari ketemu sama Aqila. Dia itu neneknya Aqila juga loh.""Kamu masih menyayangi perempuan tua yang matre seperti Ibu Sari?" Perempuan paruh baya itu mendelik, lalu mengusap-usap dadanya. Apakah Liani merasa shock? Entahlah."Ada banyak hal yang tidak kita ketahui dan mungkin nanti akan kita ketahui. Selama ini aku hidup dalam kebohongan. Aku tidak tahu bagaimana keadaan Mas Akmal yang sebenarnya, gimana latar belakangnya." Perempuan itu mendesah kecewa. Perempuan itu tidak menampik jika Akmal sudah mengecewakan hati kedua orang tuanya, tapi bukan berarti mereka lantas memutus hubungan antara seorang nenek dengan cucunya.Hanina pun bukan tidak kecewa dengan ibu mertuanya yang hanya tahu uang bulanan, tapi setidaknya ia menghargai kunjungan ibu mertuanya untuk menjenguk cucunya di tengah badai
Bab 76Minggu pertama ia bekerja merupakan hari-hari sibuk bagi Akmal. Berlokasi yang dekat dengan tempat wisata ditambah lagi dengan promosi yang gencar terutama di media sosial, bahkan tim marketing juga bekerja sama dengan beberapa platform perjalanan wisata. Tamu-tamu mulai berdatangan, tentu bukan sekedar tergiur dengan promosi kenyamanan yang ditawarkan, tetapi juga diskon. Ada diskon 50-70% untuk 3 hari pertama. Itu memang disengaja, supaya orang-orang menjadi tertarik untuk mencoba merasakan sensasi menginap dan pelayanan di Sierra Hotel. Setelah itu seminggu ke depan semua kamar hotel dan ruangan yang ada akan mendapatkan diskon 30-50%. Dan sampai sebulan ke depan, masih tetap ada diskon, yaitu 10-30%Kenapa bisa seperti itu?Ini adalah trik marketing. Akmal ingin agar para tamu dan pengunjung tidak kaget dengan perubahan harga yang mungkin terjadi bagi tamu yang tidak menyadari jika harga di awal adalah harga promo. Bisa dipastikan, selama sebulan penuh sejak Sierra Hote
Bab 77Perjalanan Jakarta-Bali memakan waktu yang tidak sedikit. Hanina tidak mungkin menyusul Akmal ke Bali tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya. Sementara mendiamkan saja masalah ini tentu tidak mungkin. Ada rasa ingin tahu di hati Hanina tentang hubungan suaminya dengan sang owner hotel, Sierra Allena.Andai boleh memilih, untuk saat ini, Hanina tidak ingin mengetahui apapun tentang Akmal. Namun dia sudah terlanjur tahu, dan kemungkinan Dira pun juga tidak mengetahui dampak yang ditimbulkan akibat ia memberitahu soal launching Sierra Hotel itu kepada Hanina.Seandainya pemberitaan tentang hal yang baik, mungkin tidak masalah. Namun akibat pemberitaan itu, Hanina menjadi kepikiran soal kedekatan antara suaminya dengan perempuan cantik pemilik hotel yang baru buka itu.Apakah Akmal bisa bekerja sebagai general manager lantaran rekomendasi dari Sierra yang tertarik dengan ketampanan suaminya?Hanina sudah pernah melakukan itu, dan akhirnya ia terpaksa mengambil alih jabatan CEO lant
Bab 145"Nggak usah didengerin ucapan Mama. Kalau memang kamu nggak siap melakukan hubungan suami istri, aku bisa menunggu kok. Santai aja," ujar Reza menenangkan Dira yang terlihat amat gelisah saat mereka dalam perjalanan pulang dari bandara untuk mengantar rombongan ibunya."Bukan soal itu. Aku hanya kepikiran soal kita kedepannya. Aku nggak menyangka kita bisa melangkah sejauh ini," keluh gadis itu."Tidak apa-apa. Memang sudah jalannya begitu, yang penting kamu bisa menjalaninya dengan baik.""Aku nggak yakin." Tatapan Dira nampak kosong, meski di sepanjang perjalanan, nampak gedung-gedung pencakar langit berdiri dengan angkuh, mengalahkan rumah-rumah petak di sekitarnya."Aku akan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk meyakinkan kamu. Yang penting kamu nggak menentang jalan yang sudah kita ambil. Ini hanya soal waktu, jadi kita kembalikan saja kepada waktu.""Kamu begitu yakin, Reza?""Tidak ada hal yang membuatku tidak yakin, karena kurasa yang ada dalam dirimu itu bukan cinta,
Bab 144Luka itu kembali terbuka. Dia tidak menyangka Rio dan Risty muncul, padahal gadis itu merasa tidak pernah mengundang kedua orang itu. Lalu siapa yang mengundangnya? Apakah Hanina?!"Kamu harus hadapi semuanya, Dira. Jangan menghindar terus, karena terapi yang paling baik buat kesembuhan hati kamu adalah bertemu dengan orang yang membuat hatimu sakit, walaupun mungkin di awal perih. Tapi percayalah, lukamu akan segera sembuh." Hanina berbisik, lalu dia segera undur dua langkah dan memberikan kesempatan kepada para undangan yang lain untuk bersalaman dengan Dira dan Reza.Lagi-lagi gadis itu mengangguk dan anggukan itu pula yang ia tunjukkan saat harus bersalaman dengan Rio dan Risty. Pria di samping Dira itu hanya tersenyum kecut manakala akhirnya bisa bertemu langsung dengan pria yang sangat dicintai oleh Dira.Tanpa sadar dia membandingkan antara ia dengan Rio. Dilihat dari postur tubuh, dia tidak kalah dengan Rio, sama-sama gagah dan tampan, meski tentu struktur wajah mereka
Bab 143Aroma bunga yang semerbak tercium dengan jelas dari bunga-bunga yang disebarkan ke seluruh penjuru ruangan ini. Ruangan tamu di rumahnya yang tidak terlalu luas kini disulap menjadi ruangan tempat akad nikah. Pagi ini Reza akan melafalkan akad nikah atas nama dirinya. Dira menghela nafas. Akhirnya dia menyerah. Dia bersedia menikah dengan Reza, meski tak ada sedikitpun rasa cintanya pada pria itu. Sebelumnya dia selalu berkhayal jika ia akan menikah satu kali seumur hidup dengan orang yang ia cintai, tapi kenapa semuanya menjadi begini? Seolah takdir memaksanya untuk menerima pria itu. Dia hanya menganggap Reza sebagai teman, malaikat penolongnya. Seandainya tidak ada Reza waktu itu, maka barangkali dia sudah rusak oleh kecerobohan yang dibuatnya sendiri.Klub malam bukanlah tempat yang baik untuk gadis perawan seperti dirinya."Sebentar lagi mempelai pria akan datang, Nak. Jangan cemberut terus," tegur ibunya yang saat itu sudah masuk ke dalam ruangan dan kini duduk di sis
Bab 142Hanina celingak-celinguk, sembari mengerjapkan matanya berulang kali. Bayangan yang sempat dilihatnya barusan kini telah lenyap, padahal dia merasa belum lima menit ia memalingkan wajah ke arah lain, tapi sosok yang ia kenali sebagai Reza dan Dira itu sudah lenyap dari pandangannya."Kenapa, Sayang?" Akmal yang tengah menggendong Aqila itu pun memasang tampang keheranan menyaksikan tingkah istrinya. Dia memang lebih fokus pada putrinya dan mengabaikan sekelilingnya."Aku seperti melihat Dira di sini, tapi ke mana ya? Barusan dia ada di situ," tunjuk Hanina pada sebuah bangku dan meja yang memang barusan digunakan oleh Dira dan Reza untuk duduk bersantai sembari menikmati udara dan pemandangan laut."Nggak ada tuh." Akmal menatap arah yang ditunjuk oleh istrinya. Hanya ada sepasang kursi dan meja yang di atasnya dua batok kelapa dan bungkus cemilan."Tapi aku seperti melihat mereka. Aku masih mengenali Dira dan...." Perempuan itu menyanggah."Kok bilang mereka? Memangnya kamu l
Bab 141Reza tertegun sejenak. Namun sedetik kemudian dia sudah bisa menguasai diri. "Tenanglah, aku nggak sakit kok. Kamu nggak perlu segitunya." Pria itu menarik tubuh Dira hingga akhirnya gadis itu kembali bangkit dan terduduk di ranjang.Keduanya kini duduk berhadapan dan lagi-lagi Reza menangkup kedua pipi gadis itu."Aku akan tanggung jawab. Sejak awal aku yang membawamu kemari, meskipun itu atas keinginanmu sendiri. Jika memang kedua orang tua kita mengira kita tinggal bersama atau melakukan hal yang tidak benar, aku akan berusaha meluruskannya. Kamu tenang aja." Reza meyakinkan."Bagaimana aku bisa tenang jika sudah seperti ini? Bagaimana kalau nanti kita dipaksa untuk menikah? Aku nggak mau kita terlibat dengan urusan pribadi. Lagi pula kita nggak ada hubungan apa-apa, masa iya dipaksakan gitu? Aku nggak mau tahu, kamu harus pastikan mereka bisa mengerti bahwa kita nggak ada hubungan apa-apa. Aku ke sini cuma untuk kerja," oceh Dira panjang lebar."Ya, tinggal nikah saja." P
Bab 140Dengan berat hati, Adira memberikan alamatnya di Jakarta. Kali ini ia tidak punya pilihan, meski perasaannya semakin resah, tak bisa membayangkan bagaimana tanggapan orang tuanya nanti seandainya ibunya Reza benar-benar datang ke rumahnya.Dia tidak kuasa membayangkan kemarahan bapak dan ibunya.Namun menilik dari sikap yang ditunjukkan oleh perempuan tua itu, sepertinya Kartika memang serius. Ibunda dari Reza itu kini sedang menelpon seseorang dan terlibat pembicaraan serius. Bahkan Dira mendengar namanya dan Reza disebut-sebut dalam pembicaraan mereka.Apa yang sedang direncanakan oleh perempuan tua itu?"Baiklah. Sekarang Mama pamit dulu. Dan ingat Reza, jangan macam-macam dengan anak gadis orang selama kamu belum bisa menghalalkannya," pesan Kartika yang iringi anggukan oleh Reza."Iya Ma. Jangan khawatir. Aku bukan pria rendahan yang suka mengumbar hawa nafsuku pada sembarang wanita," sahut Reza menimpali."Kecuali pada gadis ini, kan?" balas Kartika seraya mendengus. Seb
Bab 139Perempuan bernama Kartika itu menatap Adira dari atas ke bawah. "Jadi kamu yang bernama Adira?!""Iya Tante, maaf." Adira seolah kehabisan kata-kata. Dia tidak menyangka jika ternyata ibunda dari Reza ini pagi-pagi sudah sampai di apartemen ini. Apakah Sonya sudah bercerita tentang mereka? Mengapa Sonya bercerita secepat itu? Padahal mereka baru saja bertemu kemarin siang. "Sudah berapa lama kalian tinggal bersama?" Tentu saja perempuan tua itu langsung mengira hal yang tidak-tidak. Saat ini Adira hanya mengenakan celana pendek dengan atasan gaun tanpa lengan, itu pun dari bahan kain yang cenderung menerawang. Adira pun tidak menyadari penampilannya ini karena saat keluar kamar pertama kali usai bangun tidur, dia lupa jika di apartemennya ini ada seorang lelaki dewasa yang berpotensi akan terangsang saat melihat penampilannya yang seksi.Gadis itu meringis saat menyadari penampilannya. Pantas saja tatapan Reza saat ia memasak tadi begitu berbeda. "Ya Tuhan, aku terlihat beg
Bab 138"Malam ini Papa ingin mengunjungimu, Nak. Jangan marah ya," ucap Akmal dalam hati saat ia memulai penyatuan mereka. Hanina memekik tertahan ketika merasakan liang surgawinya yang terasa penuh. Seperti biasa, Akmal memang seperti itu. Dan kali ini pria itu begitu kuat, menghentak di atas tubuhnya.Dia tak munafik. Salah satu alasan yang membuat dia bertahan selama ini adalah karena permainan Akmal di tempat tidur. Sentuhannya, caranya mendamba, serta saat dia meracau nikmat, semua itu membuatnya tak bisa move on, walaupun sudah bertahun-tahun mereka berpisah. Nyatanya Akmal memang sedahsyat itu di atas pembaringan. Jadi tidak heran jika ia dengan mudah hamil Aqila sebulan setelah mereka menikah. Dan hal itu pula yang membuat Sierra begitu tergila-gila dan penasaran karena mendengar cerita Risty tentang Akmal yang begitu luar biasa jika tengah berada di tempat tidur.Satu pelajaran yang membuat semua orang harusnya tahu jika urusan tempat tidur adalah rahasia rumah tangga yang
Bab 137"Lumayan, tapi opening stand Hanina Collection tadi cukup ramai. Para jamaahnya Ustadz Zubair juga terlihat antusias mungkin mereka senang karena mendapatkan barang sekelas butik dengan harga kaki lima." Perempuan itu terkekeh-kekeh mengenang keseruan tadi sore. Dia memang sangat menikmati berinteraksi dengan para jamaahnya Ustadz Zubair yang ramah-ramah. Berasa mendapatkan teman baru saja! "Emak-emak memang begitu. Termasuk aku sendiri. Memangnya siapa sih yang nggak mau dapat barang berkualitas dengan harga murah?"Akmal langsung tepuk jidat. Dia melirik Aqila yang kini sudah berbaring di tempat tidur, berharap semoga saja pembicaraan mereka tidak membuat tidur putrinya terganggu. Aqila tidur di dalam gendongannya saat mereka akan menuju kemari, sehingga Akmal langsung merebahkan putrinya di pembaringan, sementara Hanina menaruh tasnya di atas meja nakas."Para perempuan memang selalu begitu, dan aku nggak masalah, Sayang. Lagi pula kecintaan kamu pada dunia fashion akhirn