Bab 76Minggu pertama ia bekerja merupakan hari-hari sibuk bagi Akmal. Berlokasi yang dekat dengan tempat wisata ditambah lagi dengan promosi yang gencar terutama di media sosial, bahkan tim marketing juga bekerja sama dengan beberapa platform perjalanan wisata. Tamu-tamu mulai berdatangan, tentu bukan sekedar tergiur dengan promosi kenyamanan yang ditawarkan, tetapi juga diskon. Ada diskon 50-70% untuk 3 hari pertama. Itu memang disengaja, supaya orang-orang menjadi tertarik untuk mencoba merasakan sensasi menginap dan pelayanan di Sierra Hotel. Setelah itu seminggu ke depan semua kamar hotel dan ruangan yang ada akan mendapatkan diskon 30-50%. Dan sampai sebulan ke depan, masih tetap ada diskon, yaitu 10-30%Kenapa bisa seperti itu?Ini adalah trik marketing. Akmal ingin agar para tamu dan pengunjung tidak kaget dengan perubahan harga yang mungkin terjadi bagi tamu yang tidak menyadari jika harga di awal adalah harga promo. Bisa dipastikan, selama sebulan penuh sejak Sierra Hote
Bab 77Perjalanan Jakarta-Bali memakan waktu yang tidak sedikit. Hanina tidak mungkin menyusul Akmal ke Bali tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya. Sementara mendiamkan saja masalah ini tentu tidak mungkin. Ada rasa ingin tahu di hati Hanina tentang hubungan suaminya dengan sang owner hotel, Sierra Allena.Andai boleh memilih, untuk saat ini, Hanina tidak ingin mengetahui apapun tentang Akmal. Namun dia sudah terlanjur tahu, dan kemungkinan Dira pun juga tidak mengetahui dampak yang ditimbulkan akibat ia memberitahu soal launching Sierra Hotel itu kepada Hanina.Seandainya pemberitaan tentang hal yang baik, mungkin tidak masalah. Namun akibat pemberitaan itu, Hanina menjadi kepikiran soal kedekatan antara suaminya dengan perempuan cantik pemilik hotel yang baru buka itu.Apakah Akmal bisa bekerja sebagai general manager lantaran rekomendasi dari Sierra yang tertarik dengan ketampanan suaminya?Hanina sudah pernah melakukan itu, dan akhirnya ia terpaksa mengambil alih jabatan CEO lant
Bab 78"Aku baik-baik saja, Ma. Selama ini aku kuat menghadapi masalah sebesar apapun. Mama tentu tahu jika kami sudah tidak sekaya dulu lagi. Sebenarnya aku sedikit malu datang ke rumah mama. Tapi aku benar-benar ingin tahu soal Mas Akmal dengan perempuan itu. Aku butuh kepastian, Ma.""Kepastian apa yang kamu inginkan?" Sari kembali menatap wajah menantunya ini."Aku hanya ingin memastikan soal kedekatannya dengan perempuan itu. Jika Mas Akmal memang menginginkan perempuan itu, maka aku akan menyerah. Aku siap kok untuk mengalah lagi.""Tolong, Nak. Percaya pada Akmal. Dia nggak mungkin tergoda sama perempuan lain. Dia hanya cinta sama kamu. Seminggu yang lalu dia datang dan mengatakan itu kepada Mama.""Mas Akmal datang?" Perempuan itu tergagap."Dia mencarimu kemana-mana, Nak. Tapi karena kamu pindah, jadi dia tidak bisa menemukan keberadaanmu. Dia bahkan sampai meminta bantuan sama Ricky." Sari lantas menceritakan pertemuan mereka seminggu yang lalu."Jadi Mas Akmal mencariku?" t
Bab 79"Oh, ya, apa malam ini Mas Akmal punya waktu luang?" tanya Sierra."Ada apa, Mbak?" sahut Akmal. Kini hanya ada mereka berdua di tempat ini, karena semua orang sudah kembali ke ruangan kerjanya masing-masing."Saya ingin mengajak Mas Akmal makan malam untuk merayakan keberhasilan ini. Saya benar-benar sangat puas. Saya nggak nyangka di bulan pertama kita sudah bisa profit. Ini luar biasa loh," urai Sierra. Dia mengedip-ngedipkan mata, gayanya sungguh mengundang atensi pria itu.Untuk sesaat pikiran Akmal berkelana. Namun bukan Akmal namanya jika ia larut dalam pikiran liarnya."Itu semua berkat kerja keras dari tim, bukan cuma saya, Mbak." Akmal mulai berusaha untuk mengelak."Ya, saya tahu, tetapi berkat kepemimpinan Mas Akmal, mereka bisa menjadi tim yang hebat. Salut banget sama Mas Akmal." Perempuan itu mengeluarkan lidahnya, lalu membasahi bibirnya sendiri sehingga bibir yang berwarna merah menyala itu terlihat basah dan itu membuatnya terlihat begitu sensual."Terima kasi
Bab 80"Antara penting dan nggak penting sih, Mas. Tapi bagi saya itu sangat penting.""Tolong jangan berbelit-belit, Mbak." Pria itu berusaha mengedarkan pandangannya ke sekeliling area, mencari celah dan kemungkinan ada orang yang memvideokannya secara sembunyi-sembunyi.Namun sampai sejauh ini dia belum menemukan sesuatu hal yang mencurigakan."Tampaknya Mas Akmal sudah nggak sabar ya? Baiklah, Mas. Sebelumnya saya ingin tanya tentang status Mas Akmal sekarang. Apa.... Oh, maaf." Perempuan itu segera menangkupkan tangan di dadanya. "Sebenarnya pertemuan ini bukan menyangkut urusan pekerjaan. Saya benar-benar ingin mengetahui secara detail kehidupan pribadi Mas Akmal.""Tapi sayangnya saya berkomitmen, berhubungan dengan Mbak Sierra hanya dalam urusan pekerjaan. Di luar itu enggak, karena kita adalah orang lain, bukan keluarga dekat atau sahabat." Akmal memberikan penekanan pada kata keluarga dekat atau sahabat.Kini dia sudah bisa meraba akan seperti apa ending acara makan malam ka
Bab 81Akmal baru saja masuk ke dalam ruang kerjanya, tetapi mendadak ia merasakan hawa panas menyergap tubuhnya. Tubuhnya memanas dengan keringat dingin yang melembabkan pelipisnya. Pria itu mendesah kesal. Tangannya seketika terkepal. Benar tebakannya. Untung saja dia sudah mengantisipasi kemungkinan ini. Ini hotel umum, dan mayoritas pengunjungnya adalah para wisatawan. Apapun bisa saja terjadi. Akmal segera berjalan menuju dispenser, mengambil segelas air putih dan menuangkan isi plastik kecil yang ia ambil dari saku bajunya.Itu adalah bubuk penawar untuk menetralisir reaksi obat perangsang yang kini mulai bekerja di tubuhnya. Dia harus cepat-cepat meminumnya, sebelum reaksi obat sialan itu semakin menjadi-jadi.Glek.Akmal menghabiskan minumannya, lalu segera duduk di sofa. Pria itu melepas arlojinya, lalu menaruhnya di atas meja kaca, tepat di hadapannya. Tidak cuma itu. Akmal pun menghidupkan AC demi membuat ruangan menjadi lebih dingin. Setelah itu ia menyandarkan tubuhnya
Bab 82Akibat pengaruh obat perangsang di dalam tubuhnya, Akmal baru bisa tertidur menjelang dini hari. Pria itu merasa sangat bersyukur. Untung saja dia waspada. Seandainya tidak menyediakan obat penawar itu, pasti sekarang dia tengah bergulat di bawah selimut bersama dengan Sierra. Ini sangat mengerikan. Akmal tidak bisa membayangkan.Di sisi lain, dia tengah berjuang demi masa depan bersama dengan Hanina dan putri mereka. Sementara jika kejadian itu sampai terjadi, ia pasti akan terlibat hubungan terlarang dengan Sierra. Tidak mungkin setelah insiden itu tidak berlanjut ke sebuah hubungan yang lebih serius, bukan? Sierra memang licik dan Akmal menghadapi dengan kelicikannya juga."Kita sama-sama pemain, Sierra. Jadi kamu salah orang." Senyum samar terbit dari bibir pria itu Namun dia masih berpura-pura tidak tahu. Kegiatan Akmal hari ini berjalan seperti biasa. Diawali dengan memberikan briefing pagi ke semua tim yang bertugas, kemudian dilanjutkan dengan pertemuan dengan bebe
Bab 83Dua hari kemudian, Akmal bertolak menuju ibukota. Masalah ini harus ia selesaikan. Cerita dari ibunya membuatnya menarik kesimpulan jika saat ini Hanina sudah mulai membuka diri dengannyaIni adalah sebuah kemajuan.Setelah pencariannya menemukan jalan buntu, akhirnya titik terang itu mulai ia dapatkan. Akmal merasa sangat bersemangat."Di mana sekarang Hanina tinggal, Ma?" Pertanyaan itu langsung terlontar dari mulut Akmal tatkala wanita yang telah melahirkannya itu membukakan pintu untuknya."Duduk dulu, Nak," tegur ibunya."Aku tidak bisa tenang jika Hanina tidak diketahui keberadaannya. Aku tidak ada niat untuk pulang, tetapi demi Hanina, maka aku rela mengambil cuti....""Tapi kita bicarakan semuanya baik-baik, Nak."Kali ini Akmal menurut, lantaran melihat pelototan mata ibunya."Jangan berbelit-belit, Ma. Katakan di mana sekarang Hanina tinggal! Aku akan segera menjemputnya, sebab aku sudah tidak tahan sendirian di tempat kerjaku," tukas pria itu."Memangnya kenapa? Apak
Bab 116"Selama putri kita nggak berzina, mengapa kita harus repot? Anak kita cuma satu dan sekarang anak kita udah mau punya anak dua. Kenapa kita nggak bersyukur, Ma?? Kalau bukan Hanina dan anak-anaknya, lalu siapa yang akan merawat kita kelak?! Nggak usah kesel, yang penting putri kita nggak berzina. Anak itu ada bapaknya, walaupun Papa masih belum mengizinkan bapaknya untuk membawa mereka. Papa masih ingin mengajari Akmal untuk menjadi kepala keluarga yang baik."Ucapan pria itu sungguh menenangkan dan Liani harus mengakui jika Darmawan memang benar. Hanya saja dia masih belum bisa menerima kehamilan Hanina. Dia merasa kecolongan. Bukannya selama ini dia dan suaminya melarang keras Hanina dan Akmal berhubungan? Lah, ini kok malah hamil?!"Papa masih ingat, kan bagaimana kita susahnya mendapatkan Hanina? Sampai-sampai Mama dikira mandul, karena hampir 10 tahun menikah, belum juga dikaruniai anak. Lalu kenapa setelah ia dewasa malah mendapatkan suami seperti Akmal?! Mama nggak rela
Bab 115" Nah tuh, bener kan? Sudah ada embrio rupanya. Selamat ya, Bu. Ibu positif mengandung. Usia kandungannya sudah 6 minggu," ujar dokter kandungan perempuan yang bernama Herlina itu.Percintaan panasnya dengan Akmal malam itu ternyata membuahkan hasil. Hanina kembali teringat dengan kejadian malam penculikannya. Seharusnya waktu itu Rio lah yang mengeksekusinya. Namun ternyata dia malah bercinta dengan Akmal. Sontak Hanina bergidik. Tak terbayangkan seandainya benih ini milik Rio. Pasti akan sangat rumit. Saat ini Rio sudah menikah dengan Risty.Perempuan itu memejamkan matanya sejenak, berusaha mencerna kejutan yang diterimanya saat ini."Terima kasih, Dok." Hanina kembali bangkit dari tempat tidur setelah selesai pemeriksaan. Dia turun dari tempat tidur di dibantu oleh seorang perawat perempuan yang dengan sigap membawanya duduk di kursi berhadapan dengan sang dokter."Saya resepkan obat anti mual dan vitamin, dikonsumsi secara rutin ya, Bu. Semoga Ibu dan dedek bayinya sehat.
Bab 114"Baru beberapa bulan yang lalu, Bu," sahut Melati sumringah. "Saya nyaman bekerja di perusahaannya Pak Irwan. Sama seperti Ibu, beliau baik dan tidak pernah menekan saya untuk ini dan itu. Namun saya di tuntut harus mendampinginya kemanapun. Ya, mirip-mirip Daisy lah. Cuma beruntungnya, Daisy itu keponakannya Pak Irwan. Jadi aman deh.""Memangnya kenapa? Bukankah mendampingi bos kemanapun itu adalah tugas seorang sekretaris?""Iya, Bu. Tapi yang tidak enaknya itu rumor yang beredar di seputar kantor tentang kedekatan kami," curhat Melati."Memangnya ada apa?" Hanina lagi-lagi merasa tertarik dengan cerita Melati. Dia melambaikan tangan pada ibunya, dan Liani yang paham segera membawa Aqila dari pangkuan Hanina."Pak Irwan itu duda. Jadinya ya.... Bu Hanina bisa membayangkan lah." Wajah sumringahnya berakhir dengan senyum kecut. Melati tak bisa mengabaikan begitu saja tatapan para perempuan di kantornya yang terlihat begitu sinis bercampur iri. Walaupun duda, tetapi Irwan meru
Bab 113"Iya." Wajah Hanina kembali dengan mode serius. "Aku akui aku memang sudah memberitahu soal kalian yang akan menikah, lagi pula aku juga tidak mau menutup-nutupi masalah ini. Aku tidak mau dia terlalu berharap sama kamu.""Aku tidak mau tahu ya, tapi yang jelas aku tidak mau kejadian seperti itu terulang kembali. Aku mau kita mentaati kesepakatan yang sudah dibuat. Bukankah itu juga yang kamu dan Akmal inginkan?!" tegas pria itu. "Kamu menekanku?!" Perempuan itu tersentak balas menatap Rio yang entah kenapa pagi ini tatapannya begitu dalam. "Aku tidak ingin membuatmu tertekan, tetapi apapun yang terjadi, kamu harus menangani dan bertanggung jawab. Kamu pastikan agar Dira tidak mengulangi hal yang merugikan dirinya sendiri." Rio bangkit, kemudian mundur selangkah. "Ya sudah, hanya itu yang ingin aku katakan. Sekarang aku harus pergi. Pekerjaanku hari ini sangat banyak."Hanina masih saja ternganga dengan sikap Rio yang dengan langkah cepatnya menghilang dari balik pintu kaca.
Bab 112"Adira, tapi Mas Rio menganggap kamu sebagai seorang adik, nggak lebih. Dia memang sangat baik sama kamu dan dia merasa kamu adalah saudaranya, di saat saudaranya yang lain tidak peduli. Kamu itu terlalu berharga. Ayolah Dira.... jangan seperti ini lagi ya. Kamu akan tetap memiliki cinta Mas Rio walaupun kami sudah menikah. Kamu nggak akan kehilangan Mas Rio," tutur lirih perempuan itu.Dia memang sengaja memancing dengan kata-kata adik, karena dia ingin tahu atau bagaimana tanggapan gadis itu. "Omong kosong! Kak Nina dan Mas Rio itu juga saudara angkat, tapi ternyata Mas Rio mencintai Kak Nina lebih daripada seorang adik. Kenapa itu tidak bisa berlaku kepadaku? Aku dan Kak Nina itu posisinya sama!" Gadis merengut. Bibirnya mengerucut. "Cinta itu tidak bisa memilih, Dira....""Nah bener, kan? Sebenarnya kalian memang saling mencintai, atau jangan-jangan kalian sudah ada hubungan lain di balik Kak Nina dan Mas Akmal?" tuduh gadis itu.Namun Risty menggeleng. "Enggak Dira. Aku
Bab 111Namun Rio malah menggeleng sembari memperdengarkan kekehannya. "Dia itu masih perawan, Ris. Bagaimana mungkin aku tega memerawani anak orang, terlebih adik angkatku sendiri. Dia akan menyesali seumur hidupnya.""Tapi aku pikir kamu bisa memanfaatkan...." Risty sengaja memancing atensi pria disampingnya ini."Aku bukan pria yang seperti itu. Jika aku mengetahui gadis itu masih perawan, aku tentu tidak akan mengajaknya untuk bersenang-senang. Kasihan. Lagi pula tak mungkin aku merusak adik angkatku sendiri. Dia itu gadis yang baik.""Baik katamu?! Tapi nyatanya dia ke klub malam....""Sepertinya dia ada masalah," bela Rio."Patah hati?" tebak Risty. Jemari lentiknya seketika membelai dada pria itu. "Jangan-jangan patah hati sama kamu?""Kemungkinan besar iya. Tapi aku juga tidak berani mengorek keterangan dari gadis itu. Aku hanya menyuruhnya istirahat dan jangan berpikir yang berat-berat. Setelah itu aku keluar dan pergi meninggalkan hotel. Semoga saja dia baik-baik saja di san
Bab 110"Aku tidak tahu harus bagaimana, tapi aku nggak mungkin membatalkan rencanaku. Kamu itu berhak mendapatkan laki-laki yang lebih baik, Dira." Rio memejamkan mata sejenak, kemudian membuka keran dan membasuh wajahnya.Air dingin yang mengucur dan membasahi wajahnya sedikit mendinginkan suhu di tubuh Rio yang memanas akibat ulah Dira barusan. Setelah ia merasa lebih tenang, Rio pun keluar dari kamar mandi, lalu berjalan mendekati gadis yang tergolek di atas karpet itu. Dan dengan teramat hati-hati, Rio mengangkat tubuh Dira dan kembali merebahkan di pembaringan. Beruntung kali ini tampaknya Dira benar-benar tertidur, sehingga tidak bertingkah yang macam-macam."Kasihan kamu, Dira. Kenapa kamu harus jatuh cinta sama Mas?" keluh pria itu. Kondisi Dira membuat Rio benar-benar risau. Dia menjadi serba salah. Memang ini di luar kendalinya, tapi sebagai seorang kakak tetap saja Rio merasa bertanggung jawab dengan perasaan Dira."Ini bukan soal baik atau buruk, tetapi nyatanya Mas meman
Bab 109Waktu sudah mendekati tengah malam dan Rio masih tidak bisa tertidur lantaran juniornya yang tidak mau diajak kompromi. Berkali-kali ia menelan salivanya sembari mengerang lirih. Namun ia tak mau membangunkan Risty yang sudah lelap, walaupun jika ia meminta, perempuan itu pasti tidak akan keberatan untuk melayani kebutuhan biologisnya.Tidak.Dia sudah berjanji dalam hati untuk tidak melakukan itu, kecuali mereka sudah resmi menikah.Entah pikiran itu berasal dari mana, padahal baik Rio maupun Risty sama-sama menganut kehidupan bebas, yang berarti seks sebelum menikah bukan hal yang tabu.Akhirnya pria itu memutuskan untuk bangkit dari tempat tidurny.a. Dia melepaskan lengannya dari kepala Risty dengan sangat hati-hati, lalu segera menyibak selimut dan akhirnya beringsut dari pembaringan.Setelah mengambil ponsel dari laci meja nakas, Rio keluar dari kamar, terus ke ruang tamu dan akhirnya sampai di pintu utama. Rumah ini memang tidak terlalu besar, tetapi juga tidak terlalu k
Bab 108Belum apa-apa, tapi Risty sudah berpikir ingin lari darinya. Apa sedemikian tidak berharga tawarannya, sehingga membuat Risty selalu mencari cara untuk menghindar dari berkomitmen dengannya? Pria itu seolah merasa hatinya dicubit-cubit. Akmal benar-benar beruntung dicintai dengan hebat oleh dua orang perempuan. Risty dan Hanina. Rio tak bisa membayangkan seandainya dua perempuan ini dulunya sampai akur dan memutuskan untuk tetap menjalani pernikahannya."Aku menyukaimu, Ris. Jadi tolong berhenti berpikiran suatu saat kamu akan pergi dariku. Sebuah pernikahan itu tidak mesti dengan diawali oleh cinta. Kita tidak perlu cinta untuk membuat sebuah rumah tangga. Kita hanya perlu sebuah kesepakatan.""Aku hanya mencoba untuk realistis, Mas, lagi pula kamu masih muda dan aku berpikir jika masih banyak wanita yang mau denganmu. Setelah hatimu lebih kuat dan lukamu sembuh, aku bisa pergi dari hidupmu dan kita akan kembali menjadi orang lain.""Bagaimana dengan perasaanmu? Kamu tidak