Ponsel bergetar, pertanda sebuah pesan kembali masuk. Aku malas membukanya. Karena baru saja mendapat pesan dari Fay.Namun, setelahnya kembali bergetar beberapa kali. Karena merasa terganggu aku pun membukanya. Sementara Gus masih sibuk membidik sesuatu di luar sana.[Li, maaf aku tak bisa melepasmu][Li, lambat laun Ubed akan tau][Jangan menghindariku, karena semakin kamu menghindar aku akan semakin mendekat.][Aku tidak mau berpisah dari anakku, Li]Pesan-pesan sialan itu menambah kegelisahan. Ini lah konsekuensi yang harus kuterima karena memilih bungkam. Dihantui rasa bersalah dan takut kejadian itu akan bocor untuk kemudian membuat Gus Bed benar-benar membenciku.Yah, setiap pilihan ada konsekuensi yang harus ditanggung. Itu adalah keniscayaan. Tidak ada gunanya mengeluh? Aku akan mengahadapinya dengan segenap kekuatan yang kupunya.[Bagus Li] Kutatap nanar pesan yang baru saja masuk. Mungkin Fay melihat centang biru, hingga merasa tak diabaikan.Aku mendesah lelah.Netra ini
"Ta-tapi Bu. Bagaimana kalau Gus Bed tau? Dia pasti akan sangat ...." tanyaku gugup. Yah, meski ada benarnya. Ini keputusan berat. Kenyataannya ini harga sebuah nyawa.Bagaimana jika kelak hari kiamat anak itu datang bertanya dan meminta tanggung jawabku."Kenapa harus tau, Li? Kamu tinggal bilang, kalau ternyata tes pack yang kamu gunakan tidak bekerja dengan benar. Dan sekarang sedang memperoleh haid. Biar ibu yang bilang pada Bed, agar kamu tinggal di sini sementara waktu, jadi dia tidak akan melihatmu mengerjakan sholat dan pekerjaan lain yang diharamkan ketika haid."Ibu menjelaskan dengan gamblang.Aku mendesah panjang. Apa ini cukup jadi hujjahku kelak di akhirat? Untuk mempertahankan pernikahan suci kami dan menghindari kerancuan nasab.Terlalu lama bicara pada Ibu, aku lupa harus segera kembali ke kamar. Menyiapkan pakaian Gus yang tengah mandi."Ya, sudah Bu. Atur saja, lah. Li ke kamar Li dulu.""Ya, Nduk. Nanti malam saja mau tidur kamu minum obat penggugurnya, ya. Indra s
Moodku benar-benar buruk pagi ini. Salah seorang abdi dalem bercerita bahwa Raudah mengajar di salah satu kelas di pesantren puteri. Kuharap dia tak punya motif lain selain pekerjaan. Tidak mengajar saja beberapa kali aku melihatnya di dapur Abah Yai, apalagi nanti saat resmi jadi guru, bisa tiap hari dia mampir ke rumah kami.Ah, kenapa sih mantannya Gus harus secantik dia? Kenapa tak berwajah biasa seperti Mbak Sri, abdi dalem yang dipercayai Umi Aisyah. Atau seperti Ustazah Maya yang sampai sekarang masih single? Kenapa harus secantik Raudah? Itu sangat menyiksa untukku. Semoga ini bukan pertanda buruk. Astagfirullah ....Aku takut pertemuan intensnya dengan Gus di pesantren, meski hanya berpapasan akan menumbuhkan kembali benih cinta di hati Gus Bed yang pernah mati. Gusti, aku tak kuat menanggung rasa cemburu ini.Melangkah ke luar kampus, kukirim pesan singkat untuk Gus, memberi tahu aku pergi ke rumah Ibu. [Bang, adek mampir rumah Ibu] kukirim pesan tersebut.Padahal meski t
"Apa masih sangat sakit?" Gus bertanya panik. Apa yang bisa kuucapkan? Kenyataannya pinggul ini rasanya dipukul benda besar yang membuatnya begitu nyeri."Jika kontraksi melahirkan harusnya itu hal wajar," celetuk Fay menimpali ucapan suami."Tidak. Semoga bukan itu sebabnya. Usia kandungannya masih lima bulan." Gus menggeleng. Menepis pernyataan Fay yang sepertinya membuatnya takut."Yah, semoga." Fay mendesah.Apa maksud Fay? Apa dia sangat yakin yang kualami adalah kontraksi? Apa dia berniat menyiksa mentalku sekarang?Karena Shinta bilang, itu bisa saja kontraksi kelahiran terjadi dengan banyaknya faktor terutama saat stres, lelah dan tertekan.Ya Tuhan, Shinta ... aku terlupakan sesuatu."Bang, ke klinik Shinta saja." Pintaku sambil menahan sakit.Gawat jika ke rumah sakit, dokter di sana akan langsung tahu janin yang kukandung berusia tujuh bulan. Dengan begitu semua orang juga pasti akan tahu, terutama Fay."Em, sepertinya tidak sempat. Ke klinik Shinta paling nggak perlu waktu
Bukan hanya bayangan indah bersama Gus Bed muncul, bayangan Fay pun menyusup dalam ingatan."Jadi apa yang sebenarnya terjadi?" tanyaku pada Fay dengan menyilang di dada. Menandai bahwa sekarang posisiku ada di atasnya.Pria itu terdiam beberapa saat, kala kutanya perihal kebenaran, yang menurutnya fitnah dari Shinta untuknya.Walau bagaimana kami sudah punya komitmen. Hubungan yang sehat itu mendengar dari dua arah. Mengenyampingkan provokatif dari luar agar ikatan cinta tetap terjaga. Sudah cukup aku mendiamkan dan menghindarinya selama dua hari. Segalanya perlu diselesaikan.Pacaran hampir tiga tahun, bukanlah perkara mudah untuk putus begitu saja. Apalagi Fay makin hari membuatku semakin mencintainya, hingga kejadian tempo hari yang membuatku goyah lagi .... setelah sikapnya progresif sejak pulang dari Belanda. Katanya dia tak ingin terjadi sesuatu padaku dan tak mau memberi kesempatan pria lain menyentuhku."Em, hari itu Doddy minta bantuan kakak.""Hem. Lalu?" Mataku menyipit.
"Bed, aku lihat mantanmu sering berkeliaran di pesantren. Apa itu tidak menyakiti hati istrimu?" tanya Kang Fay padaku yang tengah menatap setiap mobil yang datang, untuk disambut.Pertanyaan itu membuat kepala menoleh seketika. Hingga pandangan kami bertemu.Tak dipungkiri, sebagai lelaki normal, setiap kali melihat sosok Raudah mengingatkan pada kejadian masa lalu yang kami lalui bersama. Dari sekadar hal manis sampai pahit sekali pun. Itu lah kenapa sebisa mungkin aku menghindar bertemu dengannya. Namun, entah kenapa pihak pesantren malah memanggilnya untuk mengajar? Prediksiku, mungkin mereka pikir karena aku sudah menikah, dan kami sudah sama-sama move on terhadap masa lalu."Lalu, Kang Fay sendiri? Apa menurut Kang Fay keberadaan njenengan tidak membuatku sakit hati?" Aku bertanya dengan nada datar."Haha. Ayolah, laki-laki dan perempuan itu punya porsi berbeda. Perasaan perempuan lebih sensitif, Bed. Lagian kalau aku kan sudah berusaha keras menjauh dari kalian." Kini Kang Fay
"Bagaimana kabarmu sekarang, Fay?" Dokter itu bicara seolah adalah sahabat bagiku."Aku hancur.""Hancur? Kenapa? Kamu gagal bertemu dengannya?"Aku mengangguk kecewa. "Bukan hanya tak bertemu, dia pergi ke luar negeri mengambil S2-nya.""Wah, itu bukan kabar buruk, Fay!" Pria yang mengenakan pakaian kasual itu menopang dagu nya dengan kedua tangan di meja. Aku yang menunduk lemah lantaran tak punya semangat hidup lagi karena kepergian Lian, sontak mendongak. Menatap Dokter Jack penuh tanya.Ya, aku sempat sangat bersemangat. Setelah setahun berjuang keras melawan depresi dengan terapi. Begitu ke Indonesia dan mencari ke rumahnya, wanita itu tengah ke Malaysia. Tadinya, kupikir dia menghindariku. Namun, Dokter Jack mengubah pemikiran tersebut."Kalau begitu kamu harus lebih keras mensejajarinya. Ini kesempatanmu, Fay. Selama dia mengambil program S2-nya kamu juga punya kesempatan berjuang keras dan menyelesaikan studimu.""Begitu kah, Dok?"Dokter Jack tersenyum tipis. "Berjuang lah
Tenanglah, Bed. Ini adalah berita yang belum tentu benar. Bukan kah Liana bilang sekali pun ia tidak pernah berzina dengan Kang Rifay? Karena ia tahu betul, untuk apa hubungan tanpa dilandasi kejujuran?Bersabar, cari waktu yang tepat untuk betabayyun."Pergilah .... Jangan buat kekacauan sekarang! Apa Kang Fay tidak bisa melihat bagaimana keadaan Liana sekarang?! Pergi! Pergi!"Kudorong tubuh tegap sepupuku, menjauhi ruangan di mana Liana terbaring.Sejujurnya aku sangat takut jika yang Kang Fay katakan benar. Bagaimana aku akan menjalani hidup dengan sakit hati dan cemburu lantaran tubuh istriku pernah dijamah pria lain?Membayangkan saja aku tak sanggup! Aku terlalu mencintainya.Astagfirullah! Kutepis pikiran buruk itu jauh-jauh. Bisa saja itu hanya fitnah keji pada seorang istri sholihah yang menjaga kesuciannya, sebagaimana yang dialami Bunda Aisyah dulu? Kala itu Bunda Aisyah juga tengah sakit, dan Rasulullah bersikap berbeda dari biasa karena fitnah keji tersebut, hingga ayat
Administrasi sudah selesai dilaksanakan oleh Alhesa. Ketika kembali ke kamar dilihatnya semua barang bawaan sudah bersih tidak ada, faqih begitu tangkas dan cekatan akan hal ini, lalu abi dan uminya sudah siap untuk kembali ke pesantrennya.Faqih membantu membopong abinya dari samping dan umi menggandengan tangan alhesa dari belakang. Jika hal ini dilihat orang mereka seperti sudah menjadi keluarga asli. Dimana menantu bersama sang mertua laki-laki dan putrinya bersama sang ibu dari belakang.Sesampainya di mobil kyai ubed yang duduk disamping faqih banyak berbincang mengenai perhelatan politik yang sedang terjadi. Dirinya bersama umi berbincang mengenai model gamis yang saat ini sedang tren. Sudah sangat seperti keluarga yang menyatu dari mereka.Sesampainya dirumah para santri sudah berjejer di sepanjang jalan untuk menyambut sang guru yang sudah sehat. Iringan hadroh dan sholawat saling bersahutan, di saat itu juga kyai ubed menitikan air mata karena pesantren yang selama ini dilind
“Baiiklah kyai, saya memahami semua itu. Tapi saya sebagai laki-laki yang sudah sangat jatuh hati dengan putri kyai berusaha untuk mencoba bisa mempersunting putri kyai. Alasan saya mempersuntingmu bukan hanya sekedar paras yang memang cantik, tapi perilaku, kepribadian dan kecerdasannya yang membuat saya luluh untuk jatuh hati yang pertama kalinya. Karena selama ini saya belum pernah merasakan yang namanya jatuh hati kepada wanita. Apapun hasilnya nanti, saya sudah menyiapkan diri dengan segala kemungkinan. Jika kyai berkenan al hess saya sunting saya akan berjanji membuat dirinya bahagia, aman dan nyaman seumur hidup. Tapi sebaliknya jika Alhesa sendiri yang sudah memiliki tambatan hati, dirinya merasa bahagia bersama orang tersebut maka saya akan menerimanya. Bagi saya kebahagiaan Alhesa yang terpenting bagi saya.” Ujarnya kepada nabinya.“Baiklah, saya ucapkan terimakasih atas niat baikmu dan saya juga yakin kamu memang orang yang baik,amanah, dan bisa bertanggung jawab. Tapi kam
Alhesa kembali terbangun dan merasakan sakit dikepalanya. Dirinya diam sejenak dan meratapi apa yang sedang terjadi padanya. Dirinya tidak menyangka akan menerima mimpi yang sangat aneh baginya. Seolah-olah mimpi itu sangat nyata adanya. Lal dilihat jam yang berada di dinding kamarnya, dirinya melihat waktu sedang menunjukkan pukul empat dini hari. Akhirnya dirinya menuju ke kamar mandi untuk buang air kecil dan sekalian mengambil air wudhu.Dilaksanakannya sholat malam dan diri nya terlihat sangat khusuk di setiap rakaatnya. Selain itu dirinya mengucapkan dzikir di setiap untaian tasbih yang terjadi putranya. Dirinya memohon petunjuk mengenai permasalahan yang sedang dihadapinya. Tapi sebelum itu dirinya memanjatkan rasa syukur akhirnya dirinya dan keluarganya bisa hidup tenang tanpa ada rasa takut dan penuh tekanan dari para penjahat yang selma ni menegurnya. Sang nabi juga sudah kembali normal dan umi puns sangat bahagia dengan keadaan nabi yang sekarang.“berilah hamba jodoh yang
Sesampainya di kamar Alhesa, dirinya langsung mandi dan menyalakan shower air hangatnya. Dipakaikan sabun yang memberikan aroma terapi yang menenangkan isi kepalanya yang sedang berkecamuk. Dirinya harus bagaimana agar perjodohan itu tidak terjadi. Jujur dalam waktu yang diluar duanya saat ini ada laki-laki yang mendekat tanpa terduga.Alex yang begitu berkharisma dan entah mengapa dirinya begitu nyaman saat bercerita dengannya. Bukan tangisan yang biasanya dirinya sembunyikan dikeluarkan seketika kepadanya.Tapi saat ditelusuri kepada alex, hantianya hanya sebatas berteman seperti biasa. Tidak ada rasa jatuh hati sedikitpun, dirinya merasa nyaman dan aman menjadi teman alex. Lalu laki-laki yang ditemuinya hari ini adalah ustadz faqih yaitu laki-laki yang membuatnya cukup berdebar hatinya sejak pertama kali masuk ke ruangan tdi. Entah mengapa rasa aman dan terlindungi langsung terkuak saat melihatnya. Apalagi tadi terjadi sedikit obrolan yang membuatnya cukup untuk semkai penasaran den
“anakku Alhesa ini dirinya masih senang berpetualang dan mencari wawasan. Entah kapan dirinya memikirkan pesantren dan nasib keturunanku.”“y amlaah baik tp kyai, dirinya begitu demi membangun pesantren sang ayah untuk menjadi lebih baik lagi dan inovatif. Karena kau dengar kalau Alhesa juga menulis banyak buku dan aksi sosialnya membela pernikahan untuk tidak buru-buru. Harus matang secara spiritual, sosial dan finansial. Bukan begitu nak?” Tanya sang kyai kepada Alhesa.“hee betul kyai!” Jawabnya kepada sang kiai.Setelah semuanya terasa nyaman, dan tenang sang kyai yang undur diri dan berkata sesuatu yang membuat Alhesa mengerutkan keningnya. “nanti ku tunggu jawabanmu terhadap Alhesa ya!” Sambil bersalaman dan cipika-cipiki layaknya tradisi para kyai yang demikian. Alhesa hanya mampu diam dan berpura-pura tidak tahu akan hal yang membuat hatinya tidak enak hati.Semuanya berpamitan termasuk dengan faqih yang tadi cukup berbincang dengannya dan bisa nyambung dengan pemikirannya me
Korean melihat Alhesa sudah merasa sedih dirinya tidak ingin melanjutkan perbincangan mengenai perjodohan tersebut. Lalu dialihkannya topic mengenai masa depannya itu, dan tak lama kemudian datanglah pesanan mereka berdua. Alhesa juga memesankan bungkusan nasi kepada umminya agar mati usai makan dirinya tidak usah menunggu lama lagi.“ayuk makan” ujar Alhesa yang melihat alex terlihat melamun.Suasana makna pun tras ahneing. Alhesa terbiasa untuk tidak bicara saat makan, selain itu alex juga tidak ingin membuat suaan aman tidak nayamanapalagi Alhesa makan dengans edikit menahan gerak karena luka yang ada di lengannya.Setelah selesai makan bersama. Akses menuju ke kasir untuk membayar semua tagihannya, alex yang berada disampingnya membantu membawakan nasi bungkus untuk sang ummi.Setelah menyelesaikan pembayaran alex pamit ke para temannya untuk mengantarkan Alhesa kembali. Sebenarnya Alhesa menolak untuk diantarkan, tapi alex berkata kalau dirinya tidak tega dan tidak enak dengan ky
Alex yang baru saja keluar ruangan seketika langsung melenggang tanpa menengok ke belakang. Dirinya kaget ketika Alhesa mengantarkannya sampai pada pintu ruangan.“hati-hati” ujarnyaAlex langsung berhenti dan mengobrol dengannya seketika.“kamu begitu menyayangi kedua orang tuamu ya, sampai-sampai berkata pun tidak keluar tadi.”“ya begitulah, mereka yang membesarkanku susah payah terutama suamiku yang aku tahu perjuangannya yang tidak mudah. Jadi di hari tua nanti aku ingin mereka damai tanpa memikirkan apapun. Hidup nyaman dan aman. ““keren ah kamu ini, gimana kalau makan bareng ya? Kamu kan juga belum makan sama sekali?” Tanya alexAlhesa tampak berpikir sejenak dan menengok ke belakang. Akhirnya dia setuju tapi harus minta izin kepada abi dan uminya.“oke, sekalian beliin ummi sepertinya beliau juga belum makan, aku izin dulu ya. Tunggu!”Alex hanya menganggukkan kepalanya dan Alhesa langsung masuk ke dalam lagi.“abi, ummi , alhesa beli makan dulu ya baeng sam alex. Nanti sek
“Tentu saja tidak, melihat abi yang terus dalam bahaya. Lalu ummi yang begitu khawatirnya aku selalu diam dan mengatasinya sendiri.”“Kalau seperti tadi aku tidak datang kau mati disini juga tidak masalah kalau keluargamu juga tidak tahu?’’“Ya mungkin saja begitu, toh juga abi sudah siuman.” Jawabnya dengan enteng.Alex hanya terkagum dengan wanita yang sedang dibopongnya ini. Karena dari depan yang terlihat anggun, kalem dan cuek dirinya memiliki sikap kokoh dan sangat berprinsip.Alhesa tidak sadar bahwa dirinya sedang dibopong oleh laki-laki asing yang itupun pertama kalinya. Karena dirinya tengah asyik ngobrol panjang lebar. Sedangkan alex yang sadar akan tindakannya hanya berpura-pura diam hingga Alhesa sadar dan dirinya jika thu minta turun seketika akan diturunkan seketika.Di saat itu juga seluruh tim mleihat kemesraaan dan keindahan pemandangan sang big bos dan wanita yang meman ayu dan terlihat sangat cerdas.‘cantik bener rek, kayak yuki kato. Tahu begini ya benar saja bos
Alex langsung pergi ke kantor rahasianya untuk mengirim beberapa senjata yang harus dikirimkan oleh para tim ke tim yang berada di lapangan. Seketika juga dirinya pergi tanpa pamit karena kondisi sangat tepat untuk melangkah maju ke strategi selanjutnya.Setelh sampai di lokasi dirinya memilih baju-baju dan senjata yang harus dibawa ketika nanti ke tahap strategi selanjutya. Karena di tahap itu seharusnya ada ranah-arah yang harus segera diwaspadai karena dirinya juga berada di titik vital. Saat strategi sudah berjalan dengan sangat baik. Dirinya merasa ada insting tidak enak, karena sesuatu yang mudah di awal pasti akan ada hal yang diluar dugaan. Tapi dirinya terus fokus dan meneliti setiap step agar bisa menjaga sisi rawan-rawan tertentu.Tiba-tiba ada telepon dari penjaga di rumah sakit bahwa Alhesa tidak kunjung ada di rumah sakit. Dan dari tim yang berada di sasaran kembali menelpon bahwa sedang melihat seorang wanita berkerudung dibawa masuk ke lokasi.Dan alex langsung menangk