"Bagaimana kabarmu sekarang, Fay?" Dokter itu bicara seolah adalah sahabat bagiku."Aku hancur.""Hancur? Kenapa? Kamu gagal bertemu dengannya?"Aku mengangguk kecewa. "Bukan hanya tak bertemu, dia pergi ke luar negeri mengambil S2-nya.""Wah, itu bukan kabar buruk, Fay!" Pria yang mengenakan pakaian kasual itu menopang dagu nya dengan kedua tangan di meja. Aku yang menunduk lemah lantaran tak punya semangat hidup lagi karena kepergian Lian, sontak mendongak. Menatap Dokter Jack penuh tanya.Ya, aku sempat sangat bersemangat. Setelah setahun berjuang keras melawan depresi dengan terapi. Begitu ke Indonesia dan mencari ke rumahnya, wanita itu tengah ke Malaysia. Tadinya, kupikir dia menghindariku. Namun, Dokter Jack mengubah pemikiran tersebut."Kalau begitu kamu harus lebih keras mensejajarinya. Ini kesempatanmu, Fay. Selama dia mengambil program S2-nya kamu juga punya kesempatan berjuang keras dan menyelesaikan studimu.""Begitu kah, Dok?"Dokter Jack tersenyum tipis. "Berjuang lah
Tenanglah, Bed. Ini adalah berita yang belum tentu benar. Bukan kah Liana bilang sekali pun ia tidak pernah berzina dengan Kang Rifay? Karena ia tahu betul, untuk apa hubungan tanpa dilandasi kejujuran?Bersabar, cari waktu yang tepat untuk betabayyun."Pergilah .... Jangan buat kekacauan sekarang! Apa Kang Fay tidak bisa melihat bagaimana keadaan Liana sekarang?! Pergi! Pergi!"Kudorong tubuh tegap sepupuku, menjauhi ruangan di mana Liana terbaring.Sejujurnya aku sangat takut jika yang Kang Fay katakan benar. Bagaimana aku akan menjalani hidup dengan sakit hati dan cemburu lantaran tubuh istriku pernah dijamah pria lain?Membayangkan saja aku tak sanggup! Aku terlalu mencintainya.Astagfirullah! Kutepis pikiran buruk itu jauh-jauh. Bisa saja itu hanya fitnah keji pada seorang istri sholihah yang menjaga kesuciannya, sebagaimana yang dialami Bunda Aisyah dulu? Kala itu Bunda Aisyah juga tengah sakit, dan Rasulullah bersikap berbeda dari biasa karena fitnah keji tersebut, hingga ayat
Entah kenapa suasana ini jadi sangat tak menyenangkan? Ada sesuatu yang terasa ganjal. Abah terlihat aneh. Pria yang biasanya selalu bijaksana kini menampakkan wajah tak sukanya padaku."Ingat, Bed! Kamu harus adil!" Suara itu meninggi seiring pintu yang dibanting sebelum kepergiannya.Aku terhentak kaget."Bapak Ubaidillah." Suara seseorang membangunkan. Hanya mimpi rupanya.Aku tertidur sambil duduk di depan dipan Liana.Memang tak mungkin Abah memperlihatkan perangai buruk, lebih padaku. Abah juga menyinggung nama Raudah, yang aku sendiri sama sekali tak memikirkannya ke sana. Kecuali, jika selama ini Abah memendam kekesalannya selama bertahun-tahun atas sikapku pada Raudah. Calon mantu yang sering mendapat pujian Umi di hadapan Abah.Ini sangat mengganggu. Saat aku berusaha menepis pikiran buruk karena ucapan Kang Fay, justru perkara tersebut hadir dalam mimpi. Seolah aku tak boleh meremehkan. Ah, kalau saja kejadian itu benar, takdir pasti tengah bekerja memberiku hukuman karena
"Muhammad Rifay. Hem ... nama yang bagus." Kiai Hanafi mengulum senyum. Sementara Fay tertunduk mendengar setiap petuah pria paruh baya di depannya."Selain ingin mendapat berkah dari nama Rasulullah Muhammad, orang tua Mas pasti menginginkan Mas menjadi insan mulia," sambung sang kiai. "Jika Mas yakin apa yang akan diceritakan menjaga kemuliaan Mas sebagai seorang muslim, katakan secara detail pada saya. Namun, jika menurut Mas itu akan menghancurkan Mas dan banyak orang, maka sebaiknya Mas memilih diam.""Tapi saya sudah terlanjur bicara Yai. Jika saya diam sekarang justru semua akan kacau."Kening Kiai Hanafi mengerut. "Apa maksud Mas Fay?""Saya sudah membukanya pada suaminya, karena perempuan yang saya perkosa baru saja melahirkan. Dan ... dan saya sangat yakin anak perempuan yang dilahirkan adalah anak saya. Wanita itu sengaja membuat alibi di depan suaminya bahwa dia hamil di bulan ketiga. Namun, Allah berkehendak lain ... di usia kandungan lima bulan menurut banyak orang, Lian
Tak ada yang tahu Ubed pergi dengan terpaksa. Bahkan dalam langkahnya wajah Liana memenuhi pandangan. Putaran ingatan dari sejak ia mengenalnya, taaruf, menikah, lalu melewati hari-hari bak candu yang membawanya melayang ke langit ke tujuh.Namun, semua rasa manis itu sekarang berubah jadi pahit racun yang akan membunuhnya. Senyum Liana yang tergambar di kepala seperti pisau yang merobek-robek akal. Ia tak mampu lagi berpikir selain menurutkan kemarahan.Bahkan untuk mendengar bagaimana kejadian itu berlangsung pun Ubed tak mampu.Selama ini cintanya untuk Liana sudah tertancap kuat-kuat. Maka ketika tercabut, rasa sakitnya tak terperi.Sama halnya wanita yang hanya bisa duduk pasrah di atas ranjang pesakitannya. Seseorang telah pergi menunjukkan punggungnya pada Liana. Ia berjalan dengan kerikil yang memenuhi hati. Hatinya sendiri hancur. Mungkin kah ia akan lagi dapati senyum tulus dari sang suami?Padahal ... dia bukan tak setia apalagi dengan sengaja berbuat dosa ....Kalau saja s
"Ada apa, Dek? Kenapa Dek Li begini?" Aishwa bertanya cemas. Dia sendiri sempat dengar kabar Liana kena depresi pasca melahirkan. Namun, itu baru dugaan awal. Ubed bilang Liana terlihat tenang sepanjang bersamanya, hanya kejadian heboh terjadi saat Fay datang. Sebab biasanya depresi yang Aishwa ketahui harusnya setiap waktu berubah-ubah emosinya."Gus pergi, Mbak. Gus pergi ...," jawab Liana dengan derai air mata yang kembali menderas. Pundak Liana naik turun dalam pelukan kakak iparnya."Iya, Ubed pulang, Dik. Dia ndak pergi ke mana-mana. Mbak cuma pengen tau apa yang terjadi?" Aishwa mengusap pundak Liana pelan. Berusaha menenangkan agar isaknya reda. Tanpa terasa mata Aishwa turut basah, lalu beberapa air mata lolos jatuh ke pipi."Gus pergi!" tangis Liana makin menjadi. Hatinya terlalu sakit. Ia tak mampu berkata banyak hal. Hingga Ibu Liana mendekat dan ingin bicara pada Aishwa. Barangkali lewat saudara Gus Bed, masalah ini bisa mendapatkan titik terangnya. Lagipula keadaan Lia
Mereka makin terhentak kaget mendapati dua orang yang memasuki ruangan. Melihat tubuh Fay yang terlempar ke sofa, Arina bangkit dan mendekat. Untuk sekadar memberi perhatian pada anaknya.Dari sikapnya ia ingin mengatakan, 'Semua akan baik-baik saja, Fay. Meski kamu salah, ada mama di sini yang akan selalu menguatkanmu.'Sementara Ubed memiringkan senyum sinis. Pria macam Fay tak pantas mendapat pembelaan melainkan makian dan hukuman atas perbuatannya yang menjijikkan. Setiap kali tangannya mencengkeram dan memperlakukan Fay dengan kasar, ingatannya berputar pada saat Liana menangis dalam bis. Saat di mana istrinya meminta pendapat tentang seorang teman yang dilecehkan.Batinnya terluka bukan hanya karena Liana yang memilih untuk tidak jujur. Namun, juga bayangan yang berkelebatan bagaimana Fay menyentuh tubuh wanita yang sangat dicintai. Ia juga ingat bagaimana Fay sok bijak menasehatinya agar menjaga hati Liana sessaat sebelum wanita itu jatuh di dapur dan akhirnya melahirkan. Kalau
Hati Ubaidillah hancur. Setiap kata dari banyaknya chat yang Liana kirim seperti berondongan peluru yang menembus dadanya. Meski berisi kalimat cinta dan permintaan maaf. Seolah semua itu tak ada gunanya.Saat amarah merajai diri, baginya ... cinta, kesetiaan dan kebahagiaan itu tak cocok untuk mereka yang berdusta pada kekasihnya. Seharusnya Liana jujur sedari awal, dengan begitu tidak perlu ada kejadian seperti sekarang. Begitu lah, Ubed menjadi sangat egois saat marah. Walau bagaimana ia juga manusia biasa. Meski mengatakan pada Liana, agar menutupi aib temannya yang dilecehkan di depan sang suami, nyatanya saat pria itu adalah dirinya, ia tak lagi bisa berpikir jernih dan mampu melakukan apa yang dinasehatkan sendiri. Teori memang seribu kali lebih mudah dibanding memprkatekkannya secara langsung.Saat ke luar dari dapur, langkah Umi memelan. Ia senang, akhirnya puteranya ke luar kamar. Meski hanya berdiri di depan kaca ruang tamu memandangi santri yang berkegiatan di seberang ha
Administrasi sudah selesai dilaksanakan oleh Alhesa. Ketika kembali ke kamar dilihatnya semua barang bawaan sudah bersih tidak ada, faqih begitu tangkas dan cekatan akan hal ini, lalu abi dan uminya sudah siap untuk kembali ke pesantrennya.Faqih membantu membopong abinya dari samping dan umi menggandengan tangan alhesa dari belakang. Jika hal ini dilihat orang mereka seperti sudah menjadi keluarga asli. Dimana menantu bersama sang mertua laki-laki dan putrinya bersama sang ibu dari belakang.Sesampainya di mobil kyai ubed yang duduk disamping faqih banyak berbincang mengenai perhelatan politik yang sedang terjadi. Dirinya bersama umi berbincang mengenai model gamis yang saat ini sedang tren. Sudah sangat seperti keluarga yang menyatu dari mereka.Sesampainya dirumah para santri sudah berjejer di sepanjang jalan untuk menyambut sang guru yang sudah sehat. Iringan hadroh dan sholawat saling bersahutan, di saat itu juga kyai ubed menitikan air mata karena pesantren yang selama ini dilind
“Baiiklah kyai, saya memahami semua itu. Tapi saya sebagai laki-laki yang sudah sangat jatuh hati dengan putri kyai berusaha untuk mencoba bisa mempersunting putri kyai. Alasan saya mempersuntingmu bukan hanya sekedar paras yang memang cantik, tapi perilaku, kepribadian dan kecerdasannya yang membuat saya luluh untuk jatuh hati yang pertama kalinya. Karena selama ini saya belum pernah merasakan yang namanya jatuh hati kepada wanita. Apapun hasilnya nanti, saya sudah menyiapkan diri dengan segala kemungkinan. Jika kyai berkenan al hess saya sunting saya akan berjanji membuat dirinya bahagia, aman dan nyaman seumur hidup. Tapi sebaliknya jika Alhesa sendiri yang sudah memiliki tambatan hati, dirinya merasa bahagia bersama orang tersebut maka saya akan menerimanya. Bagi saya kebahagiaan Alhesa yang terpenting bagi saya.” Ujarnya kepada nabinya.“Baiklah, saya ucapkan terimakasih atas niat baikmu dan saya juga yakin kamu memang orang yang baik,amanah, dan bisa bertanggung jawab. Tapi kam
Alhesa kembali terbangun dan merasakan sakit dikepalanya. Dirinya diam sejenak dan meratapi apa yang sedang terjadi padanya. Dirinya tidak menyangka akan menerima mimpi yang sangat aneh baginya. Seolah-olah mimpi itu sangat nyata adanya. Lal dilihat jam yang berada di dinding kamarnya, dirinya melihat waktu sedang menunjukkan pukul empat dini hari. Akhirnya dirinya menuju ke kamar mandi untuk buang air kecil dan sekalian mengambil air wudhu.Dilaksanakannya sholat malam dan diri nya terlihat sangat khusuk di setiap rakaatnya. Selain itu dirinya mengucapkan dzikir di setiap untaian tasbih yang terjadi putranya. Dirinya memohon petunjuk mengenai permasalahan yang sedang dihadapinya. Tapi sebelum itu dirinya memanjatkan rasa syukur akhirnya dirinya dan keluarganya bisa hidup tenang tanpa ada rasa takut dan penuh tekanan dari para penjahat yang selma ni menegurnya. Sang nabi juga sudah kembali normal dan umi puns sangat bahagia dengan keadaan nabi yang sekarang.“berilah hamba jodoh yang
Sesampainya di kamar Alhesa, dirinya langsung mandi dan menyalakan shower air hangatnya. Dipakaikan sabun yang memberikan aroma terapi yang menenangkan isi kepalanya yang sedang berkecamuk. Dirinya harus bagaimana agar perjodohan itu tidak terjadi. Jujur dalam waktu yang diluar duanya saat ini ada laki-laki yang mendekat tanpa terduga.Alex yang begitu berkharisma dan entah mengapa dirinya begitu nyaman saat bercerita dengannya. Bukan tangisan yang biasanya dirinya sembunyikan dikeluarkan seketika kepadanya.Tapi saat ditelusuri kepada alex, hantianya hanya sebatas berteman seperti biasa. Tidak ada rasa jatuh hati sedikitpun, dirinya merasa nyaman dan aman menjadi teman alex. Lalu laki-laki yang ditemuinya hari ini adalah ustadz faqih yaitu laki-laki yang membuatnya cukup berdebar hatinya sejak pertama kali masuk ke ruangan tdi. Entah mengapa rasa aman dan terlindungi langsung terkuak saat melihatnya. Apalagi tadi terjadi sedikit obrolan yang membuatnya cukup untuk semkai penasaran den
“anakku Alhesa ini dirinya masih senang berpetualang dan mencari wawasan. Entah kapan dirinya memikirkan pesantren dan nasib keturunanku.”“y amlaah baik tp kyai, dirinya begitu demi membangun pesantren sang ayah untuk menjadi lebih baik lagi dan inovatif. Karena kau dengar kalau Alhesa juga menulis banyak buku dan aksi sosialnya membela pernikahan untuk tidak buru-buru. Harus matang secara spiritual, sosial dan finansial. Bukan begitu nak?” Tanya sang kyai kepada Alhesa.“hee betul kyai!” Jawabnya kepada sang kiai.Setelah semuanya terasa nyaman, dan tenang sang kyai yang undur diri dan berkata sesuatu yang membuat Alhesa mengerutkan keningnya. “nanti ku tunggu jawabanmu terhadap Alhesa ya!” Sambil bersalaman dan cipika-cipiki layaknya tradisi para kyai yang demikian. Alhesa hanya mampu diam dan berpura-pura tidak tahu akan hal yang membuat hatinya tidak enak hati.Semuanya berpamitan termasuk dengan faqih yang tadi cukup berbincang dengannya dan bisa nyambung dengan pemikirannya me
Korean melihat Alhesa sudah merasa sedih dirinya tidak ingin melanjutkan perbincangan mengenai perjodohan tersebut. Lalu dialihkannya topic mengenai masa depannya itu, dan tak lama kemudian datanglah pesanan mereka berdua. Alhesa juga memesankan bungkusan nasi kepada umminya agar mati usai makan dirinya tidak usah menunggu lama lagi.“ayuk makan” ujar Alhesa yang melihat alex terlihat melamun.Suasana makna pun tras ahneing. Alhesa terbiasa untuk tidak bicara saat makan, selain itu alex juga tidak ingin membuat suaan aman tidak nayamanapalagi Alhesa makan dengans edikit menahan gerak karena luka yang ada di lengannya.Setelah selesai makan bersama. Akses menuju ke kasir untuk membayar semua tagihannya, alex yang berada disampingnya membantu membawakan nasi bungkus untuk sang ummi.Setelah menyelesaikan pembayaran alex pamit ke para temannya untuk mengantarkan Alhesa kembali. Sebenarnya Alhesa menolak untuk diantarkan, tapi alex berkata kalau dirinya tidak tega dan tidak enak dengan ky
Alex yang baru saja keluar ruangan seketika langsung melenggang tanpa menengok ke belakang. Dirinya kaget ketika Alhesa mengantarkannya sampai pada pintu ruangan.“hati-hati” ujarnyaAlex langsung berhenti dan mengobrol dengannya seketika.“kamu begitu menyayangi kedua orang tuamu ya, sampai-sampai berkata pun tidak keluar tadi.”“ya begitulah, mereka yang membesarkanku susah payah terutama suamiku yang aku tahu perjuangannya yang tidak mudah. Jadi di hari tua nanti aku ingin mereka damai tanpa memikirkan apapun. Hidup nyaman dan aman. ““keren ah kamu ini, gimana kalau makan bareng ya? Kamu kan juga belum makan sama sekali?” Tanya alexAlhesa tampak berpikir sejenak dan menengok ke belakang. Akhirnya dia setuju tapi harus minta izin kepada abi dan uminya.“oke, sekalian beliin ummi sepertinya beliau juga belum makan, aku izin dulu ya. Tunggu!”Alex hanya menganggukkan kepalanya dan Alhesa langsung masuk ke dalam lagi.“abi, ummi , alhesa beli makan dulu ya baeng sam alex. Nanti sek
“Tentu saja tidak, melihat abi yang terus dalam bahaya. Lalu ummi yang begitu khawatirnya aku selalu diam dan mengatasinya sendiri.”“Kalau seperti tadi aku tidak datang kau mati disini juga tidak masalah kalau keluargamu juga tidak tahu?’’“Ya mungkin saja begitu, toh juga abi sudah siuman.” Jawabnya dengan enteng.Alex hanya terkagum dengan wanita yang sedang dibopongnya ini. Karena dari depan yang terlihat anggun, kalem dan cuek dirinya memiliki sikap kokoh dan sangat berprinsip.Alhesa tidak sadar bahwa dirinya sedang dibopong oleh laki-laki asing yang itupun pertama kalinya. Karena dirinya tengah asyik ngobrol panjang lebar. Sedangkan alex yang sadar akan tindakannya hanya berpura-pura diam hingga Alhesa sadar dan dirinya jika thu minta turun seketika akan diturunkan seketika.Di saat itu juga seluruh tim mleihat kemesraaan dan keindahan pemandangan sang big bos dan wanita yang meman ayu dan terlihat sangat cerdas.‘cantik bener rek, kayak yuki kato. Tahu begini ya benar saja bos
Alex langsung pergi ke kantor rahasianya untuk mengirim beberapa senjata yang harus dikirimkan oleh para tim ke tim yang berada di lapangan. Seketika juga dirinya pergi tanpa pamit karena kondisi sangat tepat untuk melangkah maju ke strategi selanjutnya.Setelh sampai di lokasi dirinya memilih baju-baju dan senjata yang harus dibawa ketika nanti ke tahap strategi selanjutya. Karena di tahap itu seharusnya ada ranah-arah yang harus segera diwaspadai karena dirinya juga berada di titik vital. Saat strategi sudah berjalan dengan sangat baik. Dirinya merasa ada insting tidak enak, karena sesuatu yang mudah di awal pasti akan ada hal yang diluar dugaan. Tapi dirinya terus fokus dan meneliti setiap step agar bisa menjaga sisi rawan-rawan tertentu.Tiba-tiba ada telepon dari penjaga di rumah sakit bahwa Alhesa tidak kunjung ada di rumah sakit. Dan dari tim yang berada di sasaran kembali menelpon bahwa sedang melihat seorang wanita berkerudung dibawa masuk ke lokasi.Dan alex langsung menangk