Share

Kebaikan Gus Bed

Penulis: Wafa Farha
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-15 07:23:33

Jantungku detaknya tak beraturan. Apa yang terjadi selama berjam-jam aku menunggu? Pikiran buruk tentang Fay terus mengganggu. Sedikit saja bahkan tak bisa berprasangka baik pada bajingan itu.

"Kamu harus tetap tenang, Li. 90 persen dari apa yang kita takutkan sering kali tak terjadi. Gegabah hanya akan menghancurkanmu!" Nasihat bijak Ibu terus terngiang-ngiang dalam ingatan. Wanita itu seorang Ibu sekaligus motivator bagiku.

"Em, maaf, ya, Dik. Tadi guru abang dari Ma'had tempat abang mondok dulu datang. Ndak enak kalau ndak ngobrol dulu."

"Inggih Gus, eh, Bang," jawabku gugup. Saat melihatnya sekilas, bibir merah Gus membentuk senyum simpul. Manis.

Kenapa dia tersenyum? Jika dugaanku tentang Fay benar, harusnya Gus marah. Kecuali dia seperti malaikat, ah, tapi aku tak percaya jika ada manusia bak malaikat. Ini dunia nyata, segala sesuatunya bersifat realistis. Itulah mengapa aku memilih bungkam.

"Apa adek mau memulainya sekarang?"

tanya Gus Bed yang memandangku dengan jarak begitu dekat. Ya Tuhan, wajah tampannya yang putih berseri membuatku tak bisa menguasai diri. Detak jantung ini tak karuan.

"Hem?" Alis tebalnya terangkat menunggu jawaban dariku. Seketika aku menunduk malu. Sangat malu.

"Duh, malah merah begitu pipinya," goda Gus menyentuh pipi, dan mengusapnya pelan. Kehangatan tangannya menjalar hingga membuat dada semakin berdebar. Aku mencintaimu, Gus. Aku sangat mencintaimu.

"Sebenarnya abang juga mau mulai sekarang, Dik. Tapi apa daya, tamu di luar sangat banyak." Tawa kecil menyusul pernyataan yang menunjukkan sesal dan rasa bersalah.

"Ah, ndak papa, Gus eh Bang. Ke luar saja dulu." Aku menjawab cepat dengan nada canggung.

Justru ini bagus, semua itu bisa mengulur waktu untuk mencari cara menjelaskan keadaanku sebelum keduluan Fay. Yah, setelah melihat Fay tadi, tentunya aku harus memberanikan diri bicara yang sebenarnya. Sebab, jika pemuda jahat itu yang lebih dulu, dia bisa playing victime dan memutar balikkan fakta. Harapan untuk tetap ada di sisi Gus sangat kecil. Ah, bahkan tanpa kehadiran Fay, kesempatan itu nyaris tak ada.

Lalu apa yang kuharapkan? Tentu saja aku masih percaya pada keajaiban. Allah yang membolak-balikkan hati manusia, besar harapanku Tuhan akan membuat hati Gus legowo dan menerimaku. Karena semua ini adalah takdir. Yah, takdir.

"Wah, kok abang malah jadi kecewa jawabannya gitu." Mulut pria berwajah oriental itu sedikit memanyun seperti anak kecil.

Aku sampai bingung sendiri akan menanggapinya seperti apa. Akhirnya kupilih diam saja sambil nyengir.

"Baik lah. Abang senang Adek istri yang sabar dan pemalu." Lagi, senyumnya membuatku tak bisa mengendalikan diri. Tangan kanannya mengacak kerudungku hingga kusut.

Menit kemudian ....

Aku tak mengerti sejak kapan tiba-tiba tak ada jarak antara kami, beberapa detik terjadi ia melepasnya. Mataku melebar, ia tersenyum sambil mengusap pipiku lagi sebelum benar-benar bangkit dan ke luar.

Kupegangi bibir sembari melihatnya berjalan ke arah pintu.

Apa itu tadi? Kenapa rasanya seperti disetrum yang membuatku sangat bahagia.

"Oya, Dik. Sambil nunggu boleh dikhatamin kitab yang Abang berikan tempo hari. Kalau Adik lupa membawanya, di laci paling atas juga ada kitab yang sama." Pria itu kembali bicara, selagi separuh tubuhnya sudah tertutup pintu dan hanya bagian kepala yang melongok padaku.

Ya Allah, nakal juga Gus Bed.

Tempo hari, saat di kampus, salah seorang mahasiswi sekaligus santriwati Darul Falah memberikan sebuah buku yang terbungkus rapi. Katanya titipan Gus Ubaidillah. Mataku melotot saat benda tersebut adalah sebuah kitab khusus yang menerangkan hubungan dalam rumah tangga.

Aku pun juga memiliki dan menyimpannya di rumah, dan sudah mengkhatamkan kitab tersebut setelah mendapat ijazah dari seorang ustazah. Tapi, masa iya kutolak dan kukembalikan? Tentu saja aku malu bilang sudah membaca kitab yang membahas hal tabu dalam hubungan suami istri.

Duh, kenapa sikapmu begitu lembut, Gus? Ini membuatku merasa bersalah, rasa yang bersamaan hadir dengan rasa tak ingin kehilangan yang makin besar.

______

Beraktivitas sekitar setengah jam, kudengar seseorang mengetuk pintu.

"Li, buka, Nduk. Ini ibu."

Aku bergegas bangkit dan membawa masuk perempuan yang melahirkanku dua puluh lima tahun silam.

"Bu, Ibu lihat pria jahat itu, kan?" tanyaku dengan bergelayut di lengannya.

"Iya, Li. Sabar, Nduk. Kamu ndak boleh gegabah. Jika ternyata Fay nekad dan Gus Bed akhirnya bertanya minta dia temui ibu dan abah, okey? Biar kami yang urus."

Aku mengangguk takut.

"Tapi, Bu. Malam ini adalah malam pertama kami, kalau pun Fay tidak bicara pada Gus, suamiku itu pasti tau Li sudah tidak perawan. Lihat Bu, pangkal kakiku saja masih sakit gara-gara ulah Fay," aduku ingin diperhatikan.

Ibu tersenyum tipis. Ia mengusap kepalaku pelan.

"Ibu senang kamu tidak lagi menangis membicarakan ini, Li. Suamimu pasti sudah berbuat kebaikan padamu. Jadi jangan membayangkan yang tidak-tidak."

"Hem?" Benar juga. Suasana hatiku tetap saja bagus ketika membicarakan mantanku yang biadab itu. Tapi ... tidak mungkin aku cerita pada Ibu bahwa Gus Bed telah menciumku barusan. Aku hanya bisa tersenyum karena sangat senang.

"Sudah ayok keluar, kamu harus dekat dengan keluarga mereka."

"Tapi ada ibu Fay di sana."

"Li, ibu bilang kamu tidak boleh lemah. Jangan menunjukkan rasa bersalahmu karena kamu tak bersalah. Kamu berhak bahagia."

Setelah Ibu membujuk, akhirnya aku ikut ke luar. Menghadap keluarga besar Gus Bed yang berkumpul di ruang tengah.

Ibu Fay juga masih duduk di sana, perempuan berpenampilan glamour itu sedang bicara akrab.

"Wah, lihat siapa yang datang." Ibu Fay menyambut kami dengan hangat. "Kirain ditahan sama tole di kamar. Hehe." Tawanya renyah.

"Ke marilah, Nak. Ini Bude Arina baruuu aja balik ke Indonesia, setelah dua tahun menetap di Belanda."

"Iya, alhamdulillah Islam di sana disambut hangat, tak ada kasus diskriminatif terhadap aktivis malah mualaf terus bertambah tiap tahun. Mana penduduknya ramah." Bude Arina mulai bercerita betapa senangnya ia. Ibu diam tak menanggapi, bahkan tersenyum pun tidak. Pasti karena kemarahannya pada Fay yang membuatnya benci siapa pun yang berhubungan dengan pria itu.

Tak masalah lagi pula objek di sini adalah aku, jadi tidak akan membawa kecurigaan bagi orang lain.

Aku hanya sedikit menarik bibir agar tak terlihat kaku.

"Yah, semua tergantung pemimpin kebijakan pemerintahnya, Bude. Kalau yang menjabat bisa dibeli yah, mau ndak mau toh bikin aturan yang memusuhi ummat Islam. Opini kan cepet kalau penguasa yang menghembuskan."

"Yah, bisa jadi, Nduk. Tapi buda ndak gitu ngerti politik, taunya merasa aman aja."

Di saat kami bicara ke sana ke mari, Gusku datang, ia bicara dengan seseorang yang kemudian terlihat setelahnya. Fay!

Dua pria itu duduk di seberang kami.

"Itu Mas, yang masih pake gamis dan kerudung segi empat istriku, namanya Liana Anindita. Katanya dia dulu juga kuliah di Mataraman."

"Oh ya? Mungkin kami beda angkatan. Yah, maklum kan aku mahasiswa yang satu semester menghabiskan waktu sampai tiga tahun, mana mungkin mahasiswi berprestasi sepertinya mengenalku. Ya kan, Mbak?" Fay bertanya padaku yang membuatku seketika gelagapan.

"Heh? Em, ya."

Ibu menatap Fay dengan raut wajah yang kesal.

"Wah, bener kata mama, cantik istrimu, Bed." Fay melirik padaku sekilas. Seperti tatapan ancaman bahwa semua rahasiaku akan ia bongkar!

Aku sangat jijik melihat senyumnya. Seolah keberadaannya adalah pisau yang mengupas luka-lukaku yang mulai mengering, hingga sakit kembali menghujam dengan kalian lipat lebih perih.

'Biadab kamu, Fay!

Jika kamu tahu aku adalah calon istri sepupumu, kenapa masih tega lakukan perbuatan bejat itu padaku?!'

Kalau saja bukan karena banyak orang di sini, sudah kuremes-remes mulutnya, kuinjak tubuhnya sampai penyet dan mati.

'Ah, Lian ... bahkan tempo hari kamu tak bisa mengalahkannya barang sedikit, sampai kamu kehilangan mahkotamu!' Sisi lain diriku memaki.

'Hidupmu sungguh menyedihkan Lian!

Lemah ....

Pengecut!

Tak punya pijakan!

Pembohong!'

"Ya, sudah Fay. Sebaiknya kita pulang." Bude Arina mengucap sambil melihat benda yang melingkar di pergelangan tangannya.

Bagus cepat lah pulang, Fay! Keberadaanmu membuatku muak!

"Ya, Ma." Fay menjawab cepat.

"Loh, kirain mau nginap sini." Umi Aisyah menimpali.

"Yah, boleh lain kali, Bulek." Fay menjawab. Lagi-lagi matanya melirikku. Ish, ingin kucongkel saja rasanya.

__________

Malam akhirnya datang. Rumah semakin sepi. Hanya terdengar suara racau santri-santri yang masih terjaga di asrama dari kejauhan.

Aku dan Gus Bed menghabiskan waktu bersama. Tak ada lagi kata yang bisa melukiskan keindahannya, dari sekadar sholat, berdoa dan wirid bersama sampai bersatunya kami dalam lautan cinta.

"Ana uhibbuki," bisik Gus Bed mesra.

Aku lupa setiap rasa sakit yang kurasa, sampai semua itu usai ....

Gus lalu duduk di sisi ranjang membelakangiku. Tak ada tanda-tanda ia seperti orang kesurupan seperti dalam bayanganku. Tapi ....

"Dek." Suara itu memanggil seolah akan mengatakan sesuatu.

"Ya?"

Ya Allah, tubuhku kembali menegang. Apa yang akan ia katakan.

BERSAMBUNG

Bab terkait

  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Malam Pertama

    Malam P(4)"Dek ....""Ya, Bang."Tuhan ... beri hamba kekuatan menerima apa pun keputusannya. Kepada siapa lagi aku berharap? Bukankah makhluk adalah tempat bersandar yang lemah?Pria yang kini hanya mengenakan sarung dan kaus oblong putih tipis itu menolehkan kepala. Dari samping hidung bangirnya mendominasi pandanganku. Pipi putih bersih ditumbuhi jenggot halus. Betapa paripurna ciptaan Allah itu? Fisik rupawan dengan akhlak menawan.Bukankah wajar jika aku mati-matian berusaha menutupi kejadian sebelumnya?Tak lama meluncur pernyataan dari bibirnya. "Maafkan, abang, ya."Maaf? Apa? Apa aku tak salah dengar? Kenapa maaf kata yang keluar dari mulutnya? Harusnya ia murka saat mendapati istrinya sudah tidak lagi masih gadis.Atau minta maaf karena tidak bisa menerima keadaanku?Tidak. Pasti ada yang tak beres."Untuk apa, Bang?" tanyaku bingung. Sebisa mungkin kulembutkan suara di hadapannya. Aku pun ingin dia benar-benar jatuh cinta padaku, seperti halnya aku yang tak mau kehilangan

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-15
  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Kegaduhan dalam Resepsi

    Waktu telah berganti. Namun, bayangan menjijikkan Fay dan anaknya yang bisa saja sudah tumbuh dalam rahim tidak juga hilang. Aku harus berpura-pura tak terjadi apa pun di depan Gus Bed dengan bahagia. Layaknya pengantin baru. Semoga saja kehamilan benar tidak datang di tahun pertama, agar Fay tak mengira ini anaknya dan terus menerorku. Tuhan, kebohongan ini sungguh menyiksa. Sampai kapan aku terus dihantui rasa takut seperti sekarang? "Tidak, Li! Kamu tidak boleh lemah."Setelah frustasi dengan pesan yang Fay kirim, aku memutuskan untuk menggunakan kontrasepsi. Dengan atau tanpa izin Gus. Kuharap memang belum ada pembuahan dalam rahim. Tak membuang waktu kutekan kontak temanku 'Shinta' yang kini berprofesi sebagai seorang bidan. [Shin, lo bisa ke pesantren malam ini. Gue butuh bantuan lo buat pasang KB.]Tak berapa lama Shinta membalas. [Boleh, Li. Jam berapa?]Cepat aku membalas. [Habis magrib aja, ya, Shin. Tolong jangan bilang siapa-siapa tujuan kamu nemuin aku. Ta

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-15
  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Sholu Alaa Muhammad

    Berbagai macam kejadian mulai bermunculan di benak. 'Mas Indra yang tidak bisa mengendalikan diri dan memukuli Fay. Lalu keduanya adu mulut dan rahasiaku terbongkar di depan semua orang.''Fay tidak terima atas pernikahanku, lalu dia cari gara-gara dengan menceritakan semuanya pada semua orang, lalu Gus Bed tak terima dan bertengkar dengan Fay.''Atau yang paling ringan .... Fay mabuk dan menyerang Gus atau siapa pun sambil berteriak bahwa dia telah meniduriku.'Ah, Fay kamu benar-benar membuatku snewen setiap harinya!Raudah dan beberapa santri yang memegang urusan konsumsi sampai ikut ke luar dari tenda dan berdiri bersama tamu lain di kain pembatas antara laki-laki dan perempuan. Aku sangat penasaran dan takut sekaligus. Kalau saja tanpa dandanan ini, aku sudah berlari ke arah mereka dan membantah semua ucapan Fay. Namun, apa daya? Aku seorang pengantin yang didandani sedemikian rupa cantiknya, hingga akan jadi fitnah jika keluar dan dipandang semua lelaki yang bukan mahram.Saba

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-17
  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Aku pun Pernah Sangat Menggilainya

    "Loh, tole di sini." Kiai Abdullah masuk dan menyapa begitu melihat Fay."Hehe, iya Paklek. Kata Mama malu anaknya jadi pusat perhatian.""Yah, biasalah ... namanya orang banyak, pasti punya pikiran lain. Dan itu resikonya orang hijrah." Kini Kiai melihat padaku, hingga aku tersenyum tipis merespon ucapan Abah Yai.Betapa baik keluarga ini, mereka bisa menerima apa yang terjadi di masa laluku. Entah, jika keluarga lain, mereka pasti malu saat pengantinnya dihina di depan semua orang. Mungkin kah, jika aku jujur nanti mereka juga akan memaafkanku dan tetap menerima sebagai bagian dari keluarga?"Li juga kudu sabar. Tidak menutup kemungkinan suatu hari akan ada yang mengungkitnya lagi." Nasehat ayah mertua kini ditujukan padaku. Kuanggukkan kepala untuk menghormatinya."Ya wes, Rifay. Paklek mau masuk dulu." Pria yang rambutnya mulai beruban itu memegang pundak Fay sebentar lalu meneruskan tujuannya masuk ke rumah."Nggeh, Paklek.""Loh, Abah mau nyari apa? Biar Ubed bantu." Gus baru bu

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-18
  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Akhirnya

    "Yakin, ndak mau dijemput?" Gus Bed bertanya menggoda. Kenapa sikap pria berkulit putih bersih itu selalu membuatku senyum-senyum begini? Rasanya tubuhku selalu panas ada di dekatnya, padahal AC menyala sepanjang jalan.Sudah lebih sepuluh menit mobil yang kami tumpangi berhenti di parkiran universitas, tapi aku tidak juga turun. Entahlah, berat sekali perpisahan ini. Padahal cuma mau pisah beberapa jam. Apa ini alasan Dilan bilang kalau rindu itu berat? Tapi buatku lebih dari itu, rindu itu sangat teramat berat, lebih untuk kami yang baru halal seperti ini. Kebersamaan yang baru dimulai selepas akad. Sama-sama menjaga diri dari apa pun aktifitas yang mendekati zina. Kami menahan-nahan seperti layaknya tengah berpuasa, begitu berbuka bahagia dan nikmatnya tak terkira."Iya, nanti biar Adek naik taksi. Kan Abang katanya mau ikut nyimak pengajian Abah Yai di majlis Kiai Hanafi. Ndak enak kalau belum selesai pulang duluan.""Ya udah sana turun!" titahnya seperti merajuk. Duh, menggema

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-18
  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Sesaknya Cemburu

    Mendengar dengkuran kecil, kualihkan tangan kekar Gus Bed yang melingkar di perut perlahan. Sepertinya dia sudah lelap dalam tidur. Sampai kugerakan-gerakan tapak tangan di depan wajahnya untuk memastikan.Menyerupai maling, diam-diam meraih pakaian luar lingerie, lantaran hawa terlalu dingin. Lebih setelah lepas dari selimut dan tubuh hangat Gus Bed. Lalu mengambil ponsel sebelum masuk ke kamar mandi. Agar aman tak mendapat gangguan dari suami, atau tertangkap basah tengah menelepon seseorang, pintu kukunci.Kutekan sebuah kontak atas nama 'Shinta'. Tadinya aku mau sabar sampai besok. Ke apotik terdekat untuk membeli tes pack, untuk mengetahui apakah yang kualami datang bulan atau implantasi karena hamil? Tapi aku tak sabar dan dipenuhi kekhawatiran. Setidaknya aku harus tenang sebelum tidur.Tak lama panggilan tersambung dan seseorang mengangkatnya."Assalamualaikum.""Waalaikumsalam." Suara di seberang sana terdengar sedikit serak. Sepertinya perempuan berusia 25 tahun itu baru te

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-20
  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Tespack

    Ini hanya soal waktu Ibu. Semua akan terbongkar seiring berjalannya waktu yang kulalui bersama kekasihku. Jika saja hari itu aku memilihi jujur, perasaanku mungkin belum sebesar sekarang pada Gus Ubaidillah. Hingga rasa sakit kehilangannya tidak akan membuat terluka lebih dalam.Namun, semua sudah terjadi. Masa lalu tak bisa diubah meski kita memilihnya sekali pun. Aku tak bisa menyalahkan Ibu. Sebab, wanita yang melahirkan dan membesarkanku hanya menginginkan kebaikan untuk putrinya.Bukan hanya perut mual, kepala juga terasa sedikit berputar. Ada apa ini? Perasaan datang bulan yang kujalani selama ini tidak semenyakitkan sekarang. "Adek ndak papa? Masuk angin mungkin," ucapnya cemas. Tangan kiri Gus bergerak memegang pundakku lalu beralih mematikan AC dan membuka kaca mobil sedikit, memberi ruang oksigen untuk masuk.Aku mengangguk sambil menutup mulut karena mual."Iya, akhir-akhir ini kita sering begadang malam." Ucapan itu mengingatkan bahwa aktivitas malam kami memang menyita b

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-25
  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Garis Merah

    "Hamil?" Gus tersentak. Ia memandangku setelah sempat menoleh pada Fay. Detik kemudian, senyum terbentuk di bibirnya. Gus Bed pasti senang aku hamil. Tapi, apa jadinya jika yang kukandung adalah anak Fay dan dia mengetahui itu?"Wah, MaasyaAllah. Cepat sekali ...." Tangan kanan Bude memegangi pundakku, sementara tangan lain memegangi perut."Tapi kan Adek datang bulan." Gus menimpali kemudian."Oh." Wajah Fay meredup. Syukurlah, ucapan Gus menghancurkan dugaannya. Apa kamu sangat ingin aku hamil anakmu, Fay? Jika iya, kamu sungguh di luar batas. "Em, ya. Li sedang datang bulan Bude. Hehe." Aku meringis senang."Ouh, jadi datang bulan. Kalau begitu mungkin sedang masuk angin kali." Bude berasumsi. "Ya, sudah. Lebih baik kita masuk sekarang. Barusan sudah ada panggilan.""Ya, Bude." Gus Bed setuju, ia lalu memegangi dua pundakku dan merangkulnya sembil berjalan. Lalu pria itu menyempatkan berpamitan pada Fay."Mari Kang, kami pergi dulu.""Ya." Fay menjawab singkat sembari meraih tan

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-02

Bab terbaru

  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Pernikahan Alhesa

    Administrasi sudah selesai dilaksanakan oleh Alhesa. Ketika kembali ke kamar dilihatnya semua barang bawaan sudah bersih tidak ada, faqih begitu tangkas dan cekatan akan hal ini, lalu abi dan uminya sudah siap untuk kembali ke pesantrennya.Faqih membantu membopong abinya dari samping dan umi menggandengan tangan alhesa dari belakang. Jika hal ini dilihat orang mereka seperti sudah menjadi keluarga asli. Dimana menantu bersama sang mertua laki-laki dan putrinya bersama sang ibu dari belakang.Sesampainya di mobil kyai ubed yang duduk disamping faqih banyak berbincang mengenai perhelatan politik yang sedang terjadi. Dirinya bersama umi berbincang mengenai model gamis yang saat ini sedang tren. Sudah sangat seperti keluarga yang menyatu dari mereka.Sesampainya dirumah para santri sudah berjejer di sepanjang jalan untuk menyambut sang guru yang sudah sehat. Iringan hadroh dan sholawat saling bersahutan, di saat itu juga kyai ubed menitikan air mata karena pesantren yang selama ini dilind

  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Faqih juga Melamar

    “Baiiklah kyai, saya memahami semua itu. Tapi saya sebagai laki-laki yang sudah sangat jatuh hati dengan putri kyai berusaha untuk mencoba bisa mempersunting putri kyai. Alasan saya mempersuntingmu bukan hanya sekedar paras yang memang cantik, tapi perilaku, kepribadian dan kecerdasannya yang membuat saya luluh untuk jatuh hati yang pertama kalinya. Karena selama ini saya belum pernah merasakan yang namanya jatuh hati kepada wanita. Apapun hasilnya nanti, saya sudah menyiapkan diri dengan segala kemungkinan. Jika kyai berkenan al hess saya sunting saya akan berjanji membuat dirinya bahagia, aman dan nyaman seumur hidup. Tapi sebaliknya jika Alhesa sendiri yang sudah memiliki tambatan hati, dirinya merasa bahagia bersama orang tersebut maka saya akan menerimanya. Bagi saya kebahagiaan Alhesa yang terpenting bagi saya.” Ujarnya kepada nabinya.“Baiklah, saya ucapkan terimakasih atas niat baikmu dan saya juga yakin kamu memang orang yang baik,amanah, dan bisa bertanggung jawab. Tapi kam

  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Alex yang Melamar

    Alhesa kembali terbangun dan merasakan sakit dikepalanya. Dirinya diam sejenak dan meratapi apa yang sedang terjadi padanya. Dirinya tidak menyangka akan menerima mimpi yang sangat aneh baginya. Seolah-olah mimpi itu sangat nyata adanya. Lal dilihat jam yang berada di dinding kamarnya, dirinya melihat waktu sedang menunjukkan pukul empat dini hari. Akhirnya dirinya menuju ke kamar mandi untuk buang air kecil dan sekalian mengambil air wudhu.Dilaksanakannya sholat malam dan diri nya terlihat sangat khusuk di setiap rakaatnya. Selain itu dirinya mengucapkan dzikir di setiap untaian tasbih yang terjadi putranya. Dirinya memohon petunjuk mengenai permasalahan yang sedang dihadapinya. Tapi sebelum itu dirinya memanjatkan rasa syukur akhirnya dirinya dan keluarganya bisa hidup tenang tanpa ada rasa takut dan penuh tekanan dari para penjahat yang selma ni menegurnya. Sang nabi juga sudah kembali normal dan umi puns sangat bahagia dengan keadaan nabi yang sekarang.“berilah hamba jodoh yang

  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Bantuan Bude

    Sesampainya di kamar Alhesa, dirinya langsung mandi dan menyalakan shower air hangatnya. Dipakaikan sabun yang memberikan aroma terapi yang menenangkan isi kepalanya yang sedang berkecamuk. Dirinya harus bagaimana agar perjodohan itu tidak terjadi. Jujur dalam waktu yang diluar duanya saat ini ada laki-laki yang mendekat tanpa terduga.Alex yang begitu berkharisma dan entah mengapa dirinya begitu nyaman saat bercerita dengannya. Bukan tangisan yang biasanya dirinya sembunyikan dikeluarkan seketika kepadanya.Tapi saat ditelusuri kepada alex, hantianya hanya sebatas berteman seperti biasa. Tidak ada rasa jatuh hati sedikitpun, dirinya merasa nyaman dan aman menjadi teman alex. Lalu laki-laki yang ditemuinya hari ini adalah ustadz faqih yaitu laki-laki yang membuatnya cukup berdebar hatinya sejak pertama kali masuk ke ruangan tdi. Entah mengapa rasa aman dan terlindungi langsung terkuak saat melihatnya. Apalagi tadi terjadi sedikit obrolan yang membuatnya cukup untuk semkai penasaran den

  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Perjodohan Lagi

    “anakku Alhesa ini dirinya masih senang berpetualang dan mencari wawasan. Entah kapan dirinya memikirkan pesantren dan nasib keturunanku.”“y amlaah baik tp kyai, dirinya begitu demi membangun pesantren sang ayah untuk menjadi lebih baik lagi dan inovatif. Karena kau dengar kalau Alhesa juga menulis banyak buku dan aksi sosialnya membela pernikahan untuk tidak buru-buru. Harus matang secara spiritual, sosial dan finansial. Bukan begitu nak?” Tanya sang kyai kepada Alhesa.“hee betul kyai!” Jawabnya kepada sang kiai.Setelah semuanya terasa nyaman, dan tenang sang kyai yang undur diri dan berkata sesuatu yang membuat Alhesa mengerutkan keningnya. “nanti ku tunggu jawabanmu terhadap Alhesa ya!” Sambil bersalaman dan cipika-cipiki layaknya tradisi para kyai yang demikian. Alhesa hanya mampu diam dan berpura-pura tidak tahu akan hal yang membuat hatinya tidak enak hati.Semuanya berpamitan termasuk dengan faqih yang tadi cukup berbincang dengannya dan bisa nyambung dengan pemikirannya me

  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Bertemu Faqih

    Korean melihat Alhesa sudah merasa sedih dirinya tidak ingin melanjutkan perbincangan mengenai perjodohan tersebut. Lalu dialihkannya topic mengenai masa depannya itu, dan tak lama kemudian datanglah pesanan mereka berdua. Alhesa juga memesankan bungkusan nasi kepada umminya agar mati usai makan dirinya tidak usah menunggu lama lagi.“ayuk makan” ujar Alhesa yang melihat alex terlihat melamun.Suasana makna pun tras ahneing. Alhesa terbiasa untuk tidak bicara saat makan, selain itu alex juga tidak ingin membuat suaan aman tidak nayamanapalagi Alhesa makan dengans edikit menahan gerak karena luka yang ada di lengannya.Setelah selesai makan bersama. Akses menuju ke kasir untuk membayar semua tagihannya, alex yang berada disampingnya membantu membawakan nasi bungkus untuk sang ummi.Setelah menyelesaikan pembayaran alex pamit ke para temannya untuk mengantarkan Alhesa kembali. Sebenarnya Alhesa menolak untuk diantarkan, tapi alex berkata kalau dirinya tidak tega dan tidak enak dengan ky

  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Kasih Sayang

    Alex yang baru saja keluar ruangan seketika langsung melenggang tanpa menengok ke belakang. Dirinya kaget ketika Alhesa mengantarkannya sampai pada pintu ruangan.“hati-hati” ujarnyaAlex langsung berhenti dan mengobrol dengannya seketika.“kamu begitu menyayangi kedua orang tuamu ya, sampai-sampai berkata pun tidak keluar tadi.”“ya begitulah, mereka yang membesarkanku susah payah terutama suamiku yang aku tahu perjuangannya yang tidak mudah. Jadi di hari tua nanti aku ingin mereka damai tanpa memikirkan apapun. Hidup nyaman dan aman. ““keren ah kamu ini, gimana kalau makan bareng ya? Kamu kan juga belum makan sama sekali?” Tanya alexAlhesa tampak berpikir sejenak dan menengok ke belakang. Akhirnya dia setuju tapi harus minta izin kepada abi dan uminya.“oke, sekalian beliin ummi sepertinya beliau juga belum makan, aku izin dulu ya. Tunggu!”Alex hanya menganggukkan kepalanya dan Alhesa langsung masuk ke dalam lagi.“abi, ummi , alhesa beli makan dulu ya baeng sam alex. Nanti sek

  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Alhesa Membuka Hati

    “Tentu saja tidak, melihat abi yang terus dalam bahaya. Lalu ummi yang begitu khawatirnya aku selalu diam dan mengatasinya sendiri.”“Kalau seperti tadi aku tidak datang kau mati disini juga tidak masalah kalau keluargamu juga tidak tahu?’’“Ya mungkin saja begitu, toh juga abi sudah siuman.” Jawabnya dengan enteng.Alex hanya terkagum dengan wanita yang sedang dibopongnya ini. Karena dari depan yang terlihat anggun, kalem dan cuek dirinya memiliki sikap kokoh dan sangat berprinsip.Alhesa tidak sadar bahwa dirinya sedang dibopong oleh laki-laki asing yang itupun pertama kalinya. Karena dirinya tengah asyik ngobrol panjang lebar. Sedangkan alex yang sadar akan tindakannya hanya berpura-pura diam hingga Alhesa sadar dan dirinya jika thu minta turun seketika akan diturunkan seketika.Di saat itu juga seluruh tim mleihat kemesraaan dan keindahan pemandangan sang big bos dan wanita yang meman ayu dan terlihat sangat cerdas.‘cantik bener rek, kayak yuki kato. Tahu begini ya benar saja bos

  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Menyelamatkan Alhesa

    Alex langsung pergi ke kantor rahasianya untuk mengirim beberapa senjata yang harus dikirimkan oleh para tim ke tim yang berada di lapangan. Seketika juga dirinya pergi tanpa pamit karena kondisi sangat tepat untuk melangkah maju ke strategi selanjutnya.Setelh sampai di lokasi dirinya memilih baju-baju dan senjata yang harus dibawa ketika nanti ke tahap strategi selanjutya. Karena di tahap itu seharusnya ada ranah-arah yang harus segera diwaspadai karena dirinya juga berada di titik vital. Saat strategi sudah berjalan dengan sangat baik. Dirinya merasa ada insting tidak enak, karena sesuatu yang mudah di awal pasti akan ada hal yang diluar dugaan. Tapi dirinya terus fokus dan meneliti setiap step agar bisa menjaga sisi rawan-rawan tertentu.Tiba-tiba ada telepon dari penjaga di rumah sakit bahwa Alhesa tidak kunjung ada di rumah sakit. Dan dari tim yang berada di sasaran kembali menelpon bahwa sedang melihat seorang wanita berkerudung dibawa masuk ke lokasi.Dan alex langsung menangk

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status