Share

Malam Pertama

Author: Wafa Farha
last update Last Updated: 2022-05-15 07:24:22

Malam P

(4)

"Dek ...."

"Ya, Bang."

Tuhan ... beri hamba kekuatan menerima apa pun keputusannya. Kepada siapa lagi aku berharap? Bukankah makhluk adalah tempat bersandar yang lemah?

Pria yang kini hanya mengenakan sarung dan kaus oblong putih tipis itu menolehkan kepala. Dari samping hidung bangirnya mendominasi pandanganku. Pipi putih bersih ditumbuhi jenggot halus. Betapa paripurna ciptaan Allah itu? Fisik rupawan dengan akhlak menawan.

Bukankah wajar jika aku mati-matian berusaha menutupi kejadian sebelumnya?

Tak lama meluncur pernyataan dari bibirnya. "Maafkan, abang, ya."

Maaf? Apa? Apa aku tak salah dengar? Kenapa maaf kata yang keluar dari mulutnya? Harusnya ia murka saat mendapati istrinya sudah tidak lagi masih gadis.

Atau minta maaf karena tidak bisa menerima keadaanku?

Tidak. Pasti ada yang tak beres.

"Untuk apa, Bang?" tanyaku bingung. Sebisa mungkin kulembutkan suara di hadapannya. Aku pun ingin dia benar-benar jatuh cinta padaku, seperti halnya aku yang tak mau kehilangannya.

"Karena abang tak jantan."

"Tak jantan?"

Kini Gus Bed berbalik, duduk bersila menghadapku. Melihatnya akan bicara serius,  aku pun duduk bersandar dengan menarik selimut.

"Em, ya. Karena abang tak mampu jadi suami yang baik."

Apa mungkin Bang Bed sebenarnya pecandu sesuatu? Kenapa bicara soal suami yang baik? Atau dia beneran kesurupan? Ah, kan aku jadi ngelantur.

"Ada apa, Bang?" tanyaku sabar.

"Tapi ayok coba lagi besok, dengan begitu kita masih punya energi lebih."

Ya Tuhan, apa sebenarnya maksud, Gus?

"Adek ndak paham, Bang." Aku menjawab pelan.

"Em, karena abang membuat adek kecewa. Tak ada noda di malam pertama kita."

Deg.

"Em itu ...." Aku menunduk, menyiapkan kata-kata terbaik untuk jujur agar tak menyakitinya.

"Abang janji akan berusaha yang terbaik begitu pulih. Karena sekarang abang juga baru tau kalau ternyata menafkahi istri itu perlu kekuatan." Pria itu mengucap polos.

Aku tak bisa berkata-kata selain menatap wajah suami. Dari ucapannya aku yakin 1000 persen ini yang pertama buatnya, bersamaan mengingatkan bahwa aku bukan gadis suci dan bekas orang lain.

'Maaf Gus ... bukan kamu yang pertama.'

Mataku jadi berembun. Pandangan kabur karena air yang menggenang di sana.

Kalau saja Gus tahu, dua hari lalu noda itu sudah kutemukan karena perbuatan keji seorang pria, apa dia akan tetap sebaik sekarang?

"Heh, sudah Sayang. Lha kok malah nangis ini, gimana?" Satu tangannya mengusap pipi yang basah tak tahu sejak kapan.

Karena emosi, aku bergerak mendekat dan memeluknya erat-erat. Menahan keinginanku untuk jujur sekarang. Kutenggelamkan kepala di dada kekar Gus Bed hingga kaos tipis itu basah dan membuatnya menempel ke kulit.

"Sudah, Dek." Tangan pria itu bergerak mengusap rambut panjangku yang terurai berantakan.

"Kalau pun nanti ternyata ndak bernoda dan segel gadisnya jebol saat melahirkan ndak papa toh, biar anak abang yang gantikan."

Aku tersenyum mendengarnya. Apa ini cara Allah menjaga aibku dari suami?

Kutarik tubuh agak menjauh darinya. "Apa Abang tidak ingin tahu masa laluku?"

"Hem?"

Ayo Gus bilang tidak. Jangan biarkan aku terus merasa bersalah dan berniat memberi tahu tanpa diminta.

"Masa lalu?" Gus menelengkan kepala seperti tengah berpikir. "Bukannya Adek sudah cerita, dan itu cukup buat abang. Abang memaafkan semua itu. Ada fase di mana seseorang memang harus ada di tempat terburuk, sedang saat ini Adek sudah Allah pilih untuk berhijrah. Itu artinya Allah menyayangi Adek, lalu apa ada alasan tepat buat Abang untuk tidak menyayangi orang yang Allah sayang. Lebih dia istri abang," ucapnya sambil mencubit hidungku.

"Lagi pula abang juga punya masalalu," sambungnya lirih.

Tapi masa lalumu tidak mungkin seburuk masa laluku, Gus. Apalah aku bukan hanya mantan pecandu, bergaul dengan jahil dan tidak gadis lagi. Maaf jika aku memilih diam.

Kupeluk lagi tubuhnya, dan membiarkan diriku tenang untuk waktu yang lama.

"Ohya, Dik. Tadi Bude Arina menawari abang untuk ikut bersamanya ke Belanda. Katanya buat honeymoon. Kalau Adek mau, abang akan minta cuti sedikit lebih lama."

"Belanda?"

Duh, apalagi ini? Aku tidak mungkin setuju karena pasti akan bertemu lagi dan lagi dengan Fay.

"Huum."

"Apa tidak membuang uang terlalu banyak, Bang? Lebih baik ditabung atau dipakai umroh saja."

"Dik, untuk umroh juga ada. Soal uang kenapa harus dipikirkan jika memang ada. Lagian ini cuma sekali, supaya ada kesan di awal pernikahan kita. Selain itu kita juga menyenangkan hati orang tua seperti Bude Arina, kan?"

"Em, tapi ...." Sebenarnya aku sangat ingin membantah dan mencari alasan lagi. Misal, mending ke Turki, lihat Aya Shofia yang sekarang sedang ramai diperbincangkan sebab kembali difungsikan sebagai masjid.

Namun, aku tak ingin memberi kesan buruk di depan suami. Semoga saja Fay tidak ikut serta dan membuat masalah baru dalam hidupku.

"Hem?"

"Ya, sudahlah." Aku menyerah. "Adek kira Bude Arina dan anaknya menetap di sini dan tidak akan kembali ke sana."

"Betul tapi ada yang mesti diurus. Pindah negara itu tidak semudah pindah kost-kostan, Sayang."

Gus Bed tersenyum menjawil daguku. Matanya lalu melihat ke arah dinding, memperhatikan angka jarum jam 12.45 di sana. "Masih malam, kita sebaiknya tidur, supaya bersemangat lagi besok."

"Ih, nakal." Kucubit pelan perutnya hingga ia mengaduh sambil tertawa geli.

Direngkuhnya tubuhku yang jauh lebih kecil darinya, hingga kami terlelap bersama. Inilah, kenapa malam pertama selalu menjadi hal manis ... sepasang kekasih letih karena hanyut sebelumnya, lalu mereka terpejam bersama dengan senyum bahagia.

Alangkah sempurna kebahagiaan malam ini, jika tubuhku belum pernah dijamah pria lain.

____________

Usai bantu-bantu merapikan bekas sarapan di dapur. Aku memilih kembali ke kamar, sementara Gus pamit ke madrasah melihat anak-anak. Katanya, walaupun telah mengambil cuti rasanya ada yang kurang jika tak melihat aktifitas santrinya.

"Duh, perasaan tadi subuh sudah mandi. Kok sekarang kerudungnya basah lagi?" goda Ning Aishwa yang baru masuk rumah. Malu sekali mendapat sindiran itu.

"Oya, Dek. Apa kakak Dek Li kenal sama Fay?"

Deg. Ada apa dengan Mas Indra? Kenapa Ning mendadak bertanya seperti itu?

"Kenapa Mbak?"

"Kemarin aku sempat liat mereka seperti sedang bertengkar. Indra menarik kerah Fay, tapi begitu aku mendekat segera dilepasnya. Sepertinya mereka saling kenal sejak lama."

"Oya?"

"Ck. Ya sudah lah jangan dipikirkan, Fay kadang emang nyebelin orangnya."

Aku hanya tersenyum menanggapinya dan terus melangkah ke kamar, sedang wanita yang berusia sekitar 35 tahun itu bergerak menuju dapur. Jangan sampai Mas Indra bikin ulah pada Fay, ia pasti sangat geram pada Fay.

Untung saja Ning Aishwa terlihat buru-buru. Ada beberapa santri yang baru tiba di dapur. Sepertinya mereka akan persiapan resepsi dua hari lagi.

Baru akan masuk, langkahku terhenti saat seorang gadis mengucapkan salam dari arah depan.

"Waalaikumsalam." Aku menoleh dan melihatnya.

"Eh, Raudah ...." Ning Aishwa sudah lebih dulu menyambut gadis itu.

"MaasyaAllah. Kapan datang?"

"Sudah dua hari, Ning. Tapi saya ndak dikabari kalau Gus Bed menikah. Taunya juga tadi malam." Gadis yang kutaksir berusia kisaran 20 tahun itu menjawab.

Kakak perempuan Gus Bed itu lalu merangkulnya untuk masuk ke dalam. Aku bahkan dilewati dan tak dihiraukan saking asiknya mereka bicara.

Siapa wanita itu? Kenapa dia tampak sangat akrab dengan Ning Aishwa.

Perasaan dari kemarin aku tak pernah melihatnya. Ini kali pertama aku melihat wajah gadis cantik yang memakai abaya hitam dengan kerudung berwarna soft membingkai wajahnya.

"Eh, sini Dek." Ning Aishwa memanggilku untuk bergabung.

Dengan canggung aku melangkah ke arah mereka.

"Ini?" Gadis yang dipanggil Raudah itu menunjukku sambil menatap Ning Aishwa seolah mempertanyakan tentangku.

"Oh, ini istrinya Gus Bed. Dia lulusan s2 loh."

"Wah, senior donk. Kenalin Mbak nama saya Raudah, satu angkatan sama Gus dulu." Gadis itu mengulurkan tangan.

Satu angkatan? Gus kan usianya di atasku. Dan lagi perasaanku mulai tak enak saat dia menyebut nama Gus.

"Satu angkatan. Tapi bukannya Gus sudah ...."

"Em, kamu pasti mikir dia masih 17 tahun kan, Dek. Dia memang baby face, awet muda dan cantik. Makanya sekarang umurnya udah 29 tapi masih kaya remaja." Ning Aishwa menyahut cepat.

Baguslah kalau gitu aku tak perlu cemburu, dia pasti sudah menikah di usianya sekarang. Ah, Li ... padahal tak ada angin tak ada hujan, sudah cemburu aja hanya karena namanya disebut.

"Wah, MaasyaAllah. Udah punya anak berapa, Mbak?" tanyaku yang penasaran. Agar tak terkesan apa aku menginterogasinya.

Perempuan itu menatap bingung ke arah Ning Aishwa.

"Dek Li ... Raudah ini masih single. Dia baru aja pulang dari Mesir menyelesaikan studinya."

Apa? Duh, kenapa dadaku panas gini? Ada perempuan cantik yang dekat dengan keluarga Gus. Pasti pernah terjadi apa-apa dulu di antara mereka. Pikiranku jadi tidak-tidak.

Untung saja Gus sedang ke asrama putra jadi dia tak perlu melihat sosok cantik perempuan yang datang bertamu sekarang. Aku tak rela matanya melihat perempuan cantik dan memujinya dalam hati.

_____________

Di dalam kamar, kusempatkan membuka ponsel. Barangkali ada pesan dari Ibu. Bukan pesan darinya yang aku dapat melainkan sebuah pesan dari nomor tak kukenal.

[Li, maaf. Aku melakukannya karena aku sangat merindukanmu.]

[Kuharap kamu tidak hamil selama setahun ke depan, dengan begitu hidupku dn hidupmu akan tenang]

Kulempar ponsel seketika ke atas kasur. Bayangan menjijikkan dengan Fay tiba-tiba memenuhi pikiran. Kenapa aku tak kepikiran bisa saja aku hamil anaknya.

Ya Rabb. Jahat sekali kamu, Fay! Tidak bisakah kamu membiarkanku hidup tenang setelah kamu merenggut sebagian masa depanku?

BERSAMBUNG

Related chapters

  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Kegaduhan dalam Resepsi

    Waktu telah berganti. Namun, bayangan menjijikkan Fay dan anaknya yang bisa saja sudah tumbuh dalam rahim tidak juga hilang. Aku harus berpura-pura tak terjadi apa pun di depan Gus Bed dengan bahagia. Layaknya pengantin baru. Semoga saja kehamilan benar tidak datang di tahun pertama, agar Fay tak mengira ini anaknya dan terus menerorku. Tuhan, kebohongan ini sungguh menyiksa. Sampai kapan aku terus dihantui rasa takut seperti sekarang? "Tidak, Li! Kamu tidak boleh lemah."Setelah frustasi dengan pesan yang Fay kirim, aku memutuskan untuk menggunakan kontrasepsi. Dengan atau tanpa izin Gus. Kuharap memang belum ada pembuahan dalam rahim. Tak membuang waktu kutekan kontak temanku 'Shinta' yang kini berprofesi sebagai seorang bidan. [Shin, lo bisa ke pesantren malam ini. Gue butuh bantuan lo buat pasang KB.]Tak berapa lama Shinta membalas. [Boleh, Li. Jam berapa?]Cepat aku membalas. [Habis magrib aja, ya, Shin. Tolong jangan bilang siapa-siapa tujuan kamu nemuin aku. Ta

    Last Updated : 2022-05-15
  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Sholu Alaa Muhammad

    Berbagai macam kejadian mulai bermunculan di benak. 'Mas Indra yang tidak bisa mengendalikan diri dan memukuli Fay. Lalu keduanya adu mulut dan rahasiaku terbongkar di depan semua orang.''Fay tidak terima atas pernikahanku, lalu dia cari gara-gara dengan menceritakan semuanya pada semua orang, lalu Gus Bed tak terima dan bertengkar dengan Fay.''Atau yang paling ringan .... Fay mabuk dan menyerang Gus atau siapa pun sambil berteriak bahwa dia telah meniduriku.'Ah, Fay kamu benar-benar membuatku snewen setiap harinya!Raudah dan beberapa santri yang memegang urusan konsumsi sampai ikut ke luar dari tenda dan berdiri bersama tamu lain di kain pembatas antara laki-laki dan perempuan. Aku sangat penasaran dan takut sekaligus. Kalau saja tanpa dandanan ini, aku sudah berlari ke arah mereka dan membantah semua ucapan Fay. Namun, apa daya? Aku seorang pengantin yang didandani sedemikian rupa cantiknya, hingga akan jadi fitnah jika keluar dan dipandang semua lelaki yang bukan mahram.Saba

    Last Updated : 2022-06-17
  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Aku pun Pernah Sangat Menggilainya

    "Loh, tole di sini." Kiai Abdullah masuk dan menyapa begitu melihat Fay."Hehe, iya Paklek. Kata Mama malu anaknya jadi pusat perhatian.""Yah, biasalah ... namanya orang banyak, pasti punya pikiran lain. Dan itu resikonya orang hijrah." Kini Kiai melihat padaku, hingga aku tersenyum tipis merespon ucapan Abah Yai.Betapa baik keluarga ini, mereka bisa menerima apa yang terjadi di masa laluku. Entah, jika keluarga lain, mereka pasti malu saat pengantinnya dihina di depan semua orang. Mungkin kah, jika aku jujur nanti mereka juga akan memaafkanku dan tetap menerima sebagai bagian dari keluarga?"Li juga kudu sabar. Tidak menutup kemungkinan suatu hari akan ada yang mengungkitnya lagi." Nasehat ayah mertua kini ditujukan padaku. Kuanggukkan kepala untuk menghormatinya."Ya wes, Rifay. Paklek mau masuk dulu." Pria yang rambutnya mulai beruban itu memegang pundak Fay sebentar lalu meneruskan tujuannya masuk ke rumah."Nggeh, Paklek.""Loh, Abah mau nyari apa? Biar Ubed bantu." Gus baru bu

    Last Updated : 2022-06-18
  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Akhirnya

    "Yakin, ndak mau dijemput?" Gus Bed bertanya menggoda. Kenapa sikap pria berkulit putih bersih itu selalu membuatku senyum-senyum begini? Rasanya tubuhku selalu panas ada di dekatnya, padahal AC menyala sepanjang jalan.Sudah lebih sepuluh menit mobil yang kami tumpangi berhenti di parkiran universitas, tapi aku tidak juga turun. Entahlah, berat sekali perpisahan ini. Padahal cuma mau pisah beberapa jam. Apa ini alasan Dilan bilang kalau rindu itu berat? Tapi buatku lebih dari itu, rindu itu sangat teramat berat, lebih untuk kami yang baru halal seperti ini. Kebersamaan yang baru dimulai selepas akad. Sama-sama menjaga diri dari apa pun aktifitas yang mendekati zina. Kami menahan-nahan seperti layaknya tengah berpuasa, begitu berbuka bahagia dan nikmatnya tak terkira."Iya, nanti biar Adek naik taksi. Kan Abang katanya mau ikut nyimak pengajian Abah Yai di majlis Kiai Hanafi. Ndak enak kalau belum selesai pulang duluan.""Ya udah sana turun!" titahnya seperti merajuk. Duh, menggema

    Last Updated : 2022-06-18
  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Sesaknya Cemburu

    Mendengar dengkuran kecil, kualihkan tangan kekar Gus Bed yang melingkar di perut perlahan. Sepertinya dia sudah lelap dalam tidur. Sampai kugerakan-gerakan tapak tangan di depan wajahnya untuk memastikan.Menyerupai maling, diam-diam meraih pakaian luar lingerie, lantaran hawa terlalu dingin. Lebih setelah lepas dari selimut dan tubuh hangat Gus Bed. Lalu mengambil ponsel sebelum masuk ke kamar mandi. Agar aman tak mendapat gangguan dari suami, atau tertangkap basah tengah menelepon seseorang, pintu kukunci.Kutekan sebuah kontak atas nama 'Shinta'. Tadinya aku mau sabar sampai besok. Ke apotik terdekat untuk membeli tes pack, untuk mengetahui apakah yang kualami datang bulan atau implantasi karena hamil? Tapi aku tak sabar dan dipenuhi kekhawatiran. Setidaknya aku harus tenang sebelum tidur.Tak lama panggilan tersambung dan seseorang mengangkatnya."Assalamualaikum.""Waalaikumsalam." Suara di seberang sana terdengar sedikit serak. Sepertinya perempuan berusia 25 tahun itu baru te

    Last Updated : 2022-06-20
  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Tespack

    Ini hanya soal waktu Ibu. Semua akan terbongkar seiring berjalannya waktu yang kulalui bersama kekasihku. Jika saja hari itu aku memilihi jujur, perasaanku mungkin belum sebesar sekarang pada Gus Ubaidillah. Hingga rasa sakit kehilangannya tidak akan membuat terluka lebih dalam.Namun, semua sudah terjadi. Masa lalu tak bisa diubah meski kita memilihnya sekali pun. Aku tak bisa menyalahkan Ibu. Sebab, wanita yang melahirkan dan membesarkanku hanya menginginkan kebaikan untuk putrinya.Bukan hanya perut mual, kepala juga terasa sedikit berputar. Ada apa ini? Perasaan datang bulan yang kujalani selama ini tidak semenyakitkan sekarang. "Adek ndak papa? Masuk angin mungkin," ucapnya cemas. Tangan kiri Gus bergerak memegang pundakku lalu beralih mematikan AC dan membuka kaca mobil sedikit, memberi ruang oksigen untuk masuk.Aku mengangguk sambil menutup mulut karena mual."Iya, akhir-akhir ini kita sering begadang malam." Ucapan itu mengingatkan bahwa aktivitas malam kami memang menyita b

    Last Updated : 2022-06-25
  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Garis Merah

    "Hamil?" Gus tersentak. Ia memandangku setelah sempat menoleh pada Fay. Detik kemudian, senyum terbentuk di bibirnya. Gus Bed pasti senang aku hamil. Tapi, apa jadinya jika yang kukandung adalah anak Fay dan dia mengetahui itu?"Wah, MaasyaAllah. Cepat sekali ...." Tangan kanan Bude memegangi pundakku, sementara tangan lain memegangi perut."Tapi kan Adek datang bulan." Gus menimpali kemudian."Oh." Wajah Fay meredup. Syukurlah, ucapan Gus menghancurkan dugaannya. Apa kamu sangat ingin aku hamil anakmu, Fay? Jika iya, kamu sungguh di luar batas. "Em, ya. Li sedang datang bulan Bude. Hehe." Aku meringis senang."Ouh, jadi datang bulan. Kalau begitu mungkin sedang masuk angin kali." Bude berasumsi. "Ya, sudah. Lebih baik kita masuk sekarang. Barusan sudah ada panggilan.""Ya, Bude." Gus Bed setuju, ia lalu memegangi dua pundakku dan merangkulnya sembil berjalan. Lalu pria itu menyempatkan berpamitan pada Fay."Mari Kang, kami pergi dulu.""Ya." Fay menjawab singkat sembari meraih tan

    Last Updated : 2022-07-02
  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Kerancuan Nasab

    Ya Rabb ... bagaimana hamba akan menghadapi rasa bersalah yang makin besar ini? Apalagi yang bisa kulakukan sekarang selain memohon belas kasihMu, meratap atas banyaknya kesalahan dan dosa yang membuatMu murka ....Tak ada yang bisa kulakukan selain menangis. Air mata yang terus saja luruh tanpa bisa kubendung barang setetes. Bagaimana jika ini adalah anak Fay? Apa yang akan kukatakan pada Gus Bed saat ia tahu anak dalam kandunganku bukan anaknya?Bagaimana juga caraku menghadapi Fay? Aku yakin dia tak akan tinggal diam begitu tahu aku tengah hamil anaknya."Mau kakak bikinin anak berapa, Li?" tanya Fay yang hari itu memelukku dalam posisi duduk. Aku yang duduk di pangkuannya, menelengkan kepala menggodanya. "Yang banyak ... sampai rumah kita penuh dengan anak-anak."Kami duduk di bawah pohon rindang di pagar belakang kampus. Tempat yang biasa kugunakan 'ngisep' narkoba dengan teman-temanku kini jadi tempat favorit kami menghabiskan waktu bersama."Banyak? Emang sanggup ngel

    Last Updated : 2022-08-02

Latest chapter

  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Pernikahan Alhesa

    Administrasi sudah selesai dilaksanakan oleh Alhesa. Ketika kembali ke kamar dilihatnya semua barang bawaan sudah bersih tidak ada, faqih begitu tangkas dan cekatan akan hal ini, lalu abi dan uminya sudah siap untuk kembali ke pesantrennya.Faqih membantu membopong abinya dari samping dan umi menggandengan tangan alhesa dari belakang. Jika hal ini dilihat orang mereka seperti sudah menjadi keluarga asli. Dimana menantu bersama sang mertua laki-laki dan putrinya bersama sang ibu dari belakang.Sesampainya di mobil kyai ubed yang duduk disamping faqih banyak berbincang mengenai perhelatan politik yang sedang terjadi. Dirinya bersama umi berbincang mengenai model gamis yang saat ini sedang tren. Sudah sangat seperti keluarga yang menyatu dari mereka.Sesampainya dirumah para santri sudah berjejer di sepanjang jalan untuk menyambut sang guru yang sudah sehat. Iringan hadroh dan sholawat saling bersahutan, di saat itu juga kyai ubed menitikan air mata karena pesantren yang selama ini dilind

  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Faqih juga Melamar

    “Baiiklah kyai, saya memahami semua itu. Tapi saya sebagai laki-laki yang sudah sangat jatuh hati dengan putri kyai berusaha untuk mencoba bisa mempersunting putri kyai. Alasan saya mempersuntingmu bukan hanya sekedar paras yang memang cantik, tapi perilaku, kepribadian dan kecerdasannya yang membuat saya luluh untuk jatuh hati yang pertama kalinya. Karena selama ini saya belum pernah merasakan yang namanya jatuh hati kepada wanita. Apapun hasilnya nanti, saya sudah menyiapkan diri dengan segala kemungkinan. Jika kyai berkenan al hess saya sunting saya akan berjanji membuat dirinya bahagia, aman dan nyaman seumur hidup. Tapi sebaliknya jika Alhesa sendiri yang sudah memiliki tambatan hati, dirinya merasa bahagia bersama orang tersebut maka saya akan menerimanya. Bagi saya kebahagiaan Alhesa yang terpenting bagi saya.” Ujarnya kepada nabinya.“Baiklah, saya ucapkan terimakasih atas niat baikmu dan saya juga yakin kamu memang orang yang baik,amanah, dan bisa bertanggung jawab. Tapi kam

  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Alex yang Melamar

    Alhesa kembali terbangun dan merasakan sakit dikepalanya. Dirinya diam sejenak dan meratapi apa yang sedang terjadi padanya. Dirinya tidak menyangka akan menerima mimpi yang sangat aneh baginya. Seolah-olah mimpi itu sangat nyata adanya. Lal dilihat jam yang berada di dinding kamarnya, dirinya melihat waktu sedang menunjukkan pukul empat dini hari. Akhirnya dirinya menuju ke kamar mandi untuk buang air kecil dan sekalian mengambil air wudhu.Dilaksanakannya sholat malam dan diri nya terlihat sangat khusuk di setiap rakaatnya. Selain itu dirinya mengucapkan dzikir di setiap untaian tasbih yang terjadi putranya. Dirinya memohon petunjuk mengenai permasalahan yang sedang dihadapinya. Tapi sebelum itu dirinya memanjatkan rasa syukur akhirnya dirinya dan keluarganya bisa hidup tenang tanpa ada rasa takut dan penuh tekanan dari para penjahat yang selma ni menegurnya. Sang nabi juga sudah kembali normal dan umi puns sangat bahagia dengan keadaan nabi yang sekarang.“berilah hamba jodoh yang

  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Bantuan Bude

    Sesampainya di kamar Alhesa, dirinya langsung mandi dan menyalakan shower air hangatnya. Dipakaikan sabun yang memberikan aroma terapi yang menenangkan isi kepalanya yang sedang berkecamuk. Dirinya harus bagaimana agar perjodohan itu tidak terjadi. Jujur dalam waktu yang diluar duanya saat ini ada laki-laki yang mendekat tanpa terduga.Alex yang begitu berkharisma dan entah mengapa dirinya begitu nyaman saat bercerita dengannya. Bukan tangisan yang biasanya dirinya sembunyikan dikeluarkan seketika kepadanya.Tapi saat ditelusuri kepada alex, hantianya hanya sebatas berteman seperti biasa. Tidak ada rasa jatuh hati sedikitpun, dirinya merasa nyaman dan aman menjadi teman alex. Lalu laki-laki yang ditemuinya hari ini adalah ustadz faqih yaitu laki-laki yang membuatnya cukup berdebar hatinya sejak pertama kali masuk ke ruangan tdi. Entah mengapa rasa aman dan terlindungi langsung terkuak saat melihatnya. Apalagi tadi terjadi sedikit obrolan yang membuatnya cukup untuk semkai penasaran den

  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Perjodohan Lagi

    “anakku Alhesa ini dirinya masih senang berpetualang dan mencari wawasan. Entah kapan dirinya memikirkan pesantren dan nasib keturunanku.”“y amlaah baik tp kyai, dirinya begitu demi membangun pesantren sang ayah untuk menjadi lebih baik lagi dan inovatif. Karena kau dengar kalau Alhesa juga menulis banyak buku dan aksi sosialnya membela pernikahan untuk tidak buru-buru. Harus matang secara spiritual, sosial dan finansial. Bukan begitu nak?” Tanya sang kyai kepada Alhesa.“hee betul kyai!” Jawabnya kepada sang kiai.Setelah semuanya terasa nyaman, dan tenang sang kyai yang undur diri dan berkata sesuatu yang membuat Alhesa mengerutkan keningnya. “nanti ku tunggu jawabanmu terhadap Alhesa ya!” Sambil bersalaman dan cipika-cipiki layaknya tradisi para kyai yang demikian. Alhesa hanya mampu diam dan berpura-pura tidak tahu akan hal yang membuat hatinya tidak enak hati.Semuanya berpamitan termasuk dengan faqih yang tadi cukup berbincang dengannya dan bisa nyambung dengan pemikirannya me

  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Bertemu Faqih

    Korean melihat Alhesa sudah merasa sedih dirinya tidak ingin melanjutkan perbincangan mengenai perjodohan tersebut. Lalu dialihkannya topic mengenai masa depannya itu, dan tak lama kemudian datanglah pesanan mereka berdua. Alhesa juga memesankan bungkusan nasi kepada umminya agar mati usai makan dirinya tidak usah menunggu lama lagi.“ayuk makan” ujar Alhesa yang melihat alex terlihat melamun.Suasana makna pun tras ahneing. Alhesa terbiasa untuk tidak bicara saat makan, selain itu alex juga tidak ingin membuat suaan aman tidak nayamanapalagi Alhesa makan dengans edikit menahan gerak karena luka yang ada di lengannya.Setelah selesai makan bersama. Akses menuju ke kasir untuk membayar semua tagihannya, alex yang berada disampingnya membantu membawakan nasi bungkus untuk sang ummi.Setelah menyelesaikan pembayaran alex pamit ke para temannya untuk mengantarkan Alhesa kembali. Sebenarnya Alhesa menolak untuk diantarkan, tapi alex berkata kalau dirinya tidak tega dan tidak enak dengan ky

  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Kasih Sayang

    Alex yang baru saja keluar ruangan seketika langsung melenggang tanpa menengok ke belakang. Dirinya kaget ketika Alhesa mengantarkannya sampai pada pintu ruangan.“hati-hati” ujarnyaAlex langsung berhenti dan mengobrol dengannya seketika.“kamu begitu menyayangi kedua orang tuamu ya, sampai-sampai berkata pun tidak keluar tadi.”“ya begitulah, mereka yang membesarkanku susah payah terutama suamiku yang aku tahu perjuangannya yang tidak mudah. Jadi di hari tua nanti aku ingin mereka damai tanpa memikirkan apapun. Hidup nyaman dan aman. ““keren ah kamu ini, gimana kalau makan bareng ya? Kamu kan juga belum makan sama sekali?” Tanya alexAlhesa tampak berpikir sejenak dan menengok ke belakang. Akhirnya dia setuju tapi harus minta izin kepada abi dan uminya.“oke, sekalian beliin ummi sepertinya beliau juga belum makan, aku izin dulu ya. Tunggu!”Alex hanya menganggukkan kepalanya dan Alhesa langsung masuk ke dalam lagi.“abi, ummi , alhesa beli makan dulu ya baeng sam alex. Nanti sek

  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Alhesa Membuka Hati

    “Tentu saja tidak, melihat abi yang terus dalam bahaya. Lalu ummi yang begitu khawatirnya aku selalu diam dan mengatasinya sendiri.”“Kalau seperti tadi aku tidak datang kau mati disini juga tidak masalah kalau keluargamu juga tidak tahu?’’“Ya mungkin saja begitu, toh juga abi sudah siuman.” Jawabnya dengan enteng.Alex hanya terkagum dengan wanita yang sedang dibopongnya ini. Karena dari depan yang terlihat anggun, kalem dan cuek dirinya memiliki sikap kokoh dan sangat berprinsip.Alhesa tidak sadar bahwa dirinya sedang dibopong oleh laki-laki asing yang itupun pertama kalinya. Karena dirinya tengah asyik ngobrol panjang lebar. Sedangkan alex yang sadar akan tindakannya hanya berpura-pura diam hingga Alhesa sadar dan dirinya jika thu minta turun seketika akan diturunkan seketika.Di saat itu juga seluruh tim mleihat kemesraaan dan keindahan pemandangan sang big bos dan wanita yang meman ayu dan terlihat sangat cerdas.‘cantik bener rek, kayak yuki kato. Tahu begini ya benar saja bos

  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Menyelamatkan Alhesa

    Alex langsung pergi ke kantor rahasianya untuk mengirim beberapa senjata yang harus dikirimkan oleh para tim ke tim yang berada di lapangan. Seketika juga dirinya pergi tanpa pamit karena kondisi sangat tepat untuk melangkah maju ke strategi selanjutnya.Setelh sampai di lokasi dirinya memilih baju-baju dan senjata yang harus dibawa ketika nanti ke tahap strategi selanjutya. Karena di tahap itu seharusnya ada ranah-arah yang harus segera diwaspadai karena dirinya juga berada di titik vital. Saat strategi sudah berjalan dengan sangat baik. Dirinya merasa ada insting tidak enak, karena sesuatu yang mudah di awal pasti akan ada hal yang diluar dugaan. Tapi dirinya terus fokus dan meneliti setiap step agar bisa menjaga sisi rawan-rawan tertentu.Tiba-tiba ada telepon dari penjaga di rumah sakit bahwa Alhesa tidak kunjung ada di rumah sakit. Dan dari tim yang berada di sasaran kembali menelpon bahwa sedang melihat seorang wanita berkerudung dibawa masuk ke lokasi.Dan alex langsung menangk

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status