Share

Kejutan Hari H

Author: Wafa Farha
last update Last Updated: 2022-05-15 07:22:58

"Mana? Di mana bercak darahnya?"

Suamiku masih seperti orang kesurupan, membolak-balik sprey yang berantakan karena hubungan pertama kami.

"E-e-em-maafin Adek," gagapku sambil menunduk dalam. Pria itu menghentikan pergerakan lalu menatap ke arahku.

"Aku, aku, aku ... sudah tidak perawan," ucapku dengan mata memanas. Air mata ini tumpah juga setelah kutahan-tahan.

"Kamu membohongiku dan keluargaku, Dik?" Pelan suara itu meluncur dan menekan.

Saat mendongak untuk melihat wajah suami, dua mata itu memerah dan basah. Mungkin kah sama sepertiku, matanya perih dan panas?

"Ma-maaf."

Aku kembali menunduk. Belum juga bisa menstabilkan deru takut dalam dada, lenganku ditarik kasar.

Sambil memegangi selimut aku pasrah mengikutinya.

"Jangan, Gus." Aku menggeleng saat sadar ia akan membuka pintu kamar. Berusaha menahan kemauannya.

Di luar banyak sekali orang. Mereka masih bantu-bantu, bahkan dua orang tua dan kakakku masih di sini. Apa suamiku akan mengatakan pada semua orang bahwa aku sudah tidak perawan dan membuangku ke luar? Bukan kah aib seorang istri juga aib suaminya? Tidak bisa kah ia menahan sebentar. Lalu mengusirku saat semua orang tidak ada di rumah ini?

Benar saja, tubuhku di lempar di tengah orang-orang yang masih sibuk dengan acara pernikahan kami.

Semua orang -yang didominasi wanita- terhenyak. Menatapku yang menangis terisak karena perlakuan Gus Bed. Ibu melihatku, ia segera menghambur dan memelukku. "Ada apa, Nduk!"

"Lihat dia! Dia tidak perawan dan sudah berzina dengan pria lain!" Suara Gus meninggi, membuat rumah yang ramai menjadi sunyi seketika.

Semua orang hanya fokus mendengarnya dan menatapku dengan pandangan jijik secara bergantian.

"Oh, sudah ndak perawan? Makanya, kan mbak sudah bilang, kamu nikah itu sama yang sekufu, bukan perempuan bebas seperti dia!" telunjuk Mbak Aishwa mengarah padaku.

"Li ...." Ibu meremas pundak hingga aku tersadar.

Semua bayangan buruk malam pertama itu hilang. Aku mendesah berkali-kali. Jangan sampai petaka malam pertama dalam bayanganku terjadi. Aku harus jujur pada Ibu, Abah dan Mas Indra sekarang. Mereka tahu aku harus berbuat apa?

"Bu, Bah ...." Kusebut dua orang itu, menatap mereka secara bergantian lalu pandanganku mengarah pada Mas Indra yang sedari tadi menyorot pandangan pada adiknya.

Mas Indra menyilang tangan di dada, siap menyimak dengan serius. Ia sepertinya tahu aku akan menyampaikan sesuatu hal yang sangat penting.

"Katakan Li, jangan takut. Mas akan melindungimu."

Mendengar ucapannya aku malah makin menangis, tapi karena harus jujur kuusap kasar air mata yang menderas.

"Mas, aku diperkosa," ucapku sambil terisak.

"Apa?" Mereka bertiga mengucap terkejut.

"Argh! Brengsek! Sial!" Mas Indra refleks memukul pintu lemari kayuku hingga meninggalkan bekas yang retak di sana.

Tubuh Ibu bahkan sampai merosot ke bawah ranjang dalam posisi terduduk. Hanya Abah yang tampak bergeming, tapi tetap saja wajah tua miliknya syok.

Mas Indra marah luar biasa, aku yakin tangannya sekarang tengah terluka karena menghantam almari. Ia berbalik menatap dengan garang ke arahku.

"Li ... kamu kenal pria itu?!" tanyanya dengan dada naik turun lantaran amarah.

Aku mengangguk pelan. "Maafkan Li, Mas," lirihku. Suara ini seolah tercekat di kerongkongan saat mengucapnya.

Mungkin Fay sangat dendam padaku. Hari di mana kami putus, aku mempermalukannya di depan semua orang. Termasuk di depan rekan satu lokal dan beberapa dosen kami. Ya Tuhan, aku hanya bisa merutuki kesombonganku dulu.

"Ngaca donk, Fay! Kita tidak mungkin menikah sementara satu semester saja kamu habiskan selama tiga tahun, masa depanku akan suram bersamamu!" teriakku tepat di depan wajahnya.

Sejak hari itu kami tak pernah bertemu, hingga kudengar kabar bahwa ia memilih pindah ke luar negeri.

"Fay, Mas." Bahkan menyebut namanya saja aku merasa jijik. Jijik pada perbuatannya juga jijik pada tubuhku sendiri.

"Brengsek! Datang-datang bawa mala petaka," geram Mas Indra sebelum meninggalkan ruangan. Ada api di matanya seolah siap membakar seseorang yang membuatnya murka.

"Indra! Tunggu!" seru Abah mengejar anak sulungnya yang dikuasai emosi.

"Jadi ... apa rencanamu, Li?" Ibu bertanya dengan tatapan kosong ke dinding.

"Kita jujur saja, Bu," jawabku tanpa ragu.

"Maksudmu jujur pada keluarga Kiai Abdullah?" Seketika Ibu menoleh. Ini adalah pembicaraan serius yang tentu saja mengundang perhatian lebih darinya.

"Li, nggak mau dipermalukan Gus di malam pertama, Bu."

"Dipermalukan?!" Ibu lebih antusias hingga tubuhnya yang sempat luruh ke lantai, bangkit dan kembali duduk di ranjang mengahdapku.

"Katakan apa maksudmu?"

Aku terdiam bingung bagaimana menjawabnya? Tidak mungkin semua itu terjadi dalam bayanganku karena tak jujur ada mereka. Kepalaku kembali menunduk, dan lagi ... hanya bisa menangis.

"Dengar, Li! Lihat ibu!" Wanita paruh baya itu kembali memegang dua pundakku. Bahkan lebih menekan dari sebelumnya.

Kudongakkan kepala sembari mengusap pelan pipi yang basah. Tampak jelas mata lebar Ibu yang dipenuhi kaca-kaca itu bergerak.

"Jangan turutkan asumsimu, Li. Ini musibah. Ini takdir yang tidak bisa kamu pilih. Selama mereka tidak bertanya, kita tak perlu menjawabnya. Benar, kan?" Ibu melebarkan matanya. Jelas sekali kalimatnya adalah sebuah paksaan.

"Tap-ta ...."

"Li, ibu tak mau lagi melihatmu jatuh dalam kenistaan, Sayang. Menurut lah pada Ibu." Ibu menyisihkan sebagian rambut yang menutup sebagian wajahku.

Belum lagi aku menjawab, wanita itu memelukku. "Ini bukan nasehat, Li. Ini perintah." Nada suara Ibu menekan.

Ya Rabb. Apa yang harus kulakukan? Semua yang Ibu katakan sepertinya benar, meski ada sisi hatiku yang lain memprotesnya.

_________

Hari beranjak sore, setelah dua jam pergi akhirnya Abah dan Mas Indra datang. Wajah mereka tampak suram, lebih abangku.

"Bagaimana, Bah?" Ibu tak sabar ingin mendengar apa yang terjadi. Sedang pria tua itu hanya menggeleng.

"Brengsek! Fay tidak tinggal di rumahnya yang dulu, Bu!" dengkus Mas Indra.

"Ya, sudah. Biarkan saja." Ucapan Ibu sontak membuat Abah dan Mas Indra menoleh ke arahnya.

"Ini adalah takdir. Kita urus nanti saja, yang terpenting sekarang ini adalah pernikahan Li dengan putra Kiai Abdullah." Ibu bicara serius.

Seperti biasa, pendapatnya lah yang paling kuat di rumah ini. Bahkan Abah pun seringkali mengalah dan nurut apa maunya Ibu. Keberadaan wanita itu seperti kompas, saat kami kehilangan arah jalan. Untungnya apa yang ia putuskan menjadi jalan terbaik untuk kami.

Bissmillah! Ini adalah keputusan terbaik!

___________

Akad nikah akhirnya digelar. Hanya ada dua keluarga besar yang hadir dan sebagian pengajar juga santri pilihan. Menyusul dua hari kemudian resepsi akan dilaksanakan. Kami sengaja memberi jeda agar acara bisa berjalan lebih optimal.

Semua berjalan khidmat. Lelaki sempurna itu akhirnya jadi suamiku. Aku bahkan sampai meneteskan air mata saking senangnya. Bukan, maksudku senang yang didominasi rasa takut sebab pernikahan ini berdiri di atas kebohongan.

Kami semua duduk di dalam masjid pesantren yang luas. Tamu laki-laki dan perempuan dipisah gorden setinggi satu meter. Sedang aku duduk paling depan, ditemani Ning Aishwa, Kakak perempuan Gus Bed juga Ibu dan Umi Aisyah, ibu Gus Bed sekaligus istri Kiai Abdullah.

"Oh, MaasyaAllah, ini istrinya Gus Bed yang baru selesai S2 itu?" tanya seorang wanita paruh baya yang baru datang. Yang kemudian aku tahu dia adalah kakak Umi Aisyah. Entah, kenapa aku merasa tak asing dengan wanita itu.

Aku tersenyum dan mencium tangannya dengan sedikit membungkuk.

"Selamat ya, Nduk. Ndak rugi walau pun bukan dari kalangan santri, calonnya cantik dan terpelajar. Bude juga sering dengar Aishwa cerita, kalau calon Gus Bed juga gadis sholehah yang banyak prestasi." Wanita itu terus memuji, senyumku makin mengembang karenanya.

Namun, saat mendongak dan akan kembali ke posisi semula, mataku tak sengaja melihat seorang pria yang berjalan di barisan ikhwan, bahu hingga bawah tertutup kain pembatas. Terlihat bahu hingga kepala yang membuatku gagal fokus.

"Fay?" Bagaimana dia bisa ada di sini?

"Hem?" Budenya Gus bereaksi saat nama itu kusebut. Ia menoleh ke arah pandanganku tertuju. "Kamu kenal, Fay, Nduk? Dia anak saya."

"Ap-apa?" tanyaku tak percaya. Saat menoleh pada Ibu, wanita itu juga tampak syok.

Ya Rabb, baru juga akad berlangsung, Gus dan keluarganya belum tahu apa yang menimpaku, kini masalah baru muncul. Aku dan keluargaku tak pernah tahu bahwa mereka kerabat dekat.

___________

Aku mematut diri di depan cermin, tampak bayangan seorang gadis yang mengenakan gamis serupa kebaya yang di desain khusus.

"Cantik, Li." Bayangan gadis dalam kaca memperlihatkan mata berkaca-kaca.

Apa gunanya kecantikan ini, jika tubuhnya tak lagi suci?

Di dalam kamar, sudah hampir satu jam aku menunggu. Gus Bed belum juga datang. Kecemasan mulai menjalar di pikiran. Mungkinkah Fay sudah bicara dengan suamiuku dan menceritakan semuanya.

Aku terhenyak begitu mendengar suara derit pintu. Pria tampan yang masih mengenakan jas koko berwarna putih masuk ke kamar.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam." Jantungku berdetak tak karuan. Ya Rabb apa yang akan terjadi setelah ini? Mungkinkah apa yang kubayangkan tempo hari akan terjadi karena aku memilih diam dan meneruskan pernikahan?

BERSAMBUNG

Related chapters

  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Kebaikan Gus Bed

    Jantungku detaknya tak beraturan. Apa yang terjadi selama berjam-jam aku menunggu? Pikiran buruk tentang Fay terus mengganggu. Sedikit saja bahkan tak bisa berprasangka baik pada bajingan itu."Kamu harus tetap tenang, Li. 90 persen dari apa yang kita takutkan sering kali tak terjadi. Gegabah hanya akan menghancurkanmu!" Nasihat bijak Ibu terus terngiang-ngiang dalam ingatan. Wanita itu seorang Ibu sekaligus motivator bagiku."Em, maaf, ya, Dik. Tadi guru abang dari Ma'had tempat abang mondok dulu datang. Ndak enak kalau ndak ngobrol dulu.""Inggih Gus, eh, Bang," jawabku gugup. Saat melihatnya sekilas, bibir merah Gus membentuk senyum simpul. Manis.Kenapa dia tersenyum? Jika dugaanku tentang Fay benar, harusnya Gus marah. Kecuali dia seperti malaikat, ah, tapi aku tak percaya jika ada manusia bak malaikat. Ini dunia nyata, segala sesuatunya bersifat realistis. Itulah mengapa aku memilih bungkam."Apa adek mau memulainya sekarang?" tanya Gus Bed yang memandangku dengan jarak begitu

    Last Updated : 2022-05-15
  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Malam Pertama

    Malam P(4)"Dek ....""Ya, Bang."Tuhan ... beri hamba kekuatan menerima apa pun keputusannya. Kepada siapa lagi aku berharap? Bukankah makhluk adalah tempat bersandar yang lemah?Pria yang kini hanya mengenakan sarung dan kaus oblong putih tipis itu menolehkan kepala. Dari samping hidung bangirnya mendominasi pandanganku. Pipi putih bersih ditumbuhi jenggot halus. Betapa paripurna ciptaan Allah itu? Fisik rupawan dengan akhlak menawan.Bukankah wajar jika aku mati-matian berusaha menutupi kejadian sebelumnya?Tak lama meluncur pernyataan dari bibirnya. "Maafkan, abang, ya."Maaf? Apa? Apa aku tak salah dengar? Kenapa maaf kata yang keluar dari mulutnya? Harusnya ia murka saat mendapati istrinya sudah tidak lagi masih gadis.Atau minta maaf karena tidak bisa menerima keadaanku?Tidak. Pasti ada yang tak beres."Untuk apa, Bang?" tanyaku bingung. Sebisa mungkin kulembutkan suara di hadapannya. Aku pun ingin dia benar-benar jatuh cinta padaku, seperti halnya aku yang tak mau kehilangan

    Last Updated : 2022-05-15
  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Kegaduhan dalam Resepsi

    Waktu telah berganti. Namun, bayangan menjijikkan Fay dan anaknya yang bisa saja sudah tumbuh dalam rahim tidak juga hilang. Aku harus berpura-pura tak terjadi apa pun di depan Gus Bed dengan bahagia. Layaknya pengantin baru. Semoga saja kehamilan benar tidak datang di tahun pertama, agar Fay tak mengira ini anaknya dan terus menerorku. Tuhan, kebohongan ini sungguh menyiksa. Sampai kapan aku terus dihantui rasa takut seperti sekarang? "Tidak, Li! Kamu tidak boleh lemah."Setelah frustasi dengan pesan yang Fay kirim, aku memutuskan untuk menggunakan kontrasepsi. Dengan atau tanpa izin Gus. Kuharap memang belum ada pembuahan dalam rahim. Tak membuang waktu kutekan kontak temanku 'Shinta' yang kini berprofesi sebagai seorang bidan. [Shin, lo bisa ke pesantren malam ini. Gue butuh bantuan lo buat pasang KB.]Tak berapa lama Shinta membalas. [Boleh, Li. Jam berapa?]Cepat aku membalas. [Habis magrib aja, ya, Shin. Tolong jangan bilang siapa-siapa tujuan kamu nemuin aku. Ta

    Last Updated : 2022-05-15
  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Sholu Alaa Muhammad

    Berbagai macam kejadian mulai bermunculan di benak. 'Mas Indra yang tidak bisa mengendalikan diri dan memukuli Fay. Lalu keduanya adu mulut dan rahasiaku terbongkar di depan semua orang.''Fay tidak terima atas pernikahanku, lalu dia cari gara-gara dengan menceritakan semuanya pada semua orang, lalu Gus Bed tak terima dan bertengkar dengan Fay.''Atau yang paling ringan .... Fay mabuk dan menyerang Gus atau siapa pun sambil berteriak bahwa dia telah meniduriku.'Ah, Fay kamu benar-benar membuatku snewen setiap harinya!Raudah dan beberapa santri yang memegang urusan konsumsi sampai ikut ke luar dari tenda dan berdiri bersama tamu lain di kain pembatas antara laki-laki dan perempuan. Aku sangat penasaran dan takut sekaligus. Kalau saja tanpa dandanan ini, aku sudah berlari ke arah mereka dan membantah semua ucapan Fay. Namun, apa daya? Aku seorang pengantin yang didandani sedemikian rupa cantiknya, hingga akan jadi fitnah jika keluar dan dipandang semua lelaki yang bukan mahram.Saba

    Last Updated : 2022-06-17
  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Aku pun Pernah Sangat Menggilainya

    "Loh, tole di sini." Kiai Abdullah masuk dan menyapa begitu melihat Fay."Hehe, iya Paklek. Kata Mama malu anaknya jadi pusat perhatian.""Yah, biasalah ... namanya orang banyak, pasti punya pikiran lain. Dan itu resikonya orang hijrah." Kini Kiai melihat padaku, hingga aku tersenyum tipis merespon ucapan Abah Yai.Betapa baik keluarga ini, mereka bisa menerima apa yang terjadi di masa laluku. Entah, jika keluarga lain, mereka pasti malu saat pengantinnya dihina di depan semua orang. Mungkin kah, jika aku jujur nanti mereka juga akan memaafkanku dan tetap menerima sebagai bagian dari keluarga?"Li juga kudu sabar. Tidak menutup kemungkinan suatu hari akan ada yang mengungkitnya lagi." Nasehat ayah mertua kini ditujukan padaku. Kuanggukkan kepala untuk menghormatinya."Ya wes, Rifay. Paklek mau masuk dulu." Pria yang rambutnya mulai beruban itu memegang pundak Fay sebentar lalu meneruskan tujuannya masuk ke rumah."Nggeh, Paklek.""Loh, Abah mau nyari apa? Biar Ubed bantu." Gus baru bu

    Last Updated : 2022-06-18
  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Akhirnya

    "Yakin, ndak mau dijemput?" Gus Bed bertanya menggoda. Kenapa sikap pria berkulit putih bersih itu selalu membuatku senyum-senyum begini? Rasanya tubuhku selalu panas ada di dekatnya, padahal AC menyala sepanjang jalan.Sudah lebih sepuluh menit mobil yang kami tumpangi berhenti di parkiran universitas, tapi aku tidak juga turun. Entahlah, berat sekali perpisahan ini. Padahal cuma mau pisah beberapa jam. Apa ini alasan Dilan bilang kalau rindu itu berat? Tapi buatku lebih dari itu, rindu itu sangat teramat berat, lebih untuk kami yang baru halal seperti ini. Kebersamaan yang baru dimulai selepas akad. Sama-sama menjaga diri dari apa pun aktifitas yang mendekati zina. Kami menahan-nahan seperti layaknya tengah berpuasa, begitu berbuka bahagia dan nikmatnya tak terkira."Iya, nanti biar Adek naik taksi. Kan Abang katanya mau ikut nyimak pengajian Abah Yai di majlis Kiai Hanafi. Ndak enak kalau belum selesai pulang duluan.""Ya udah sana turun!" titahnya seperti merajuk. Duh, menggema

    Last Updated : 2022-06-18
  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Sesaknya Cemburu

    Mendengar dengkuran kecil, kualihkan tangan kekar Gus Bed yang melingkar di perut perlahan. Sepertinya dia sudah lelap dalam tidur. Sampai kugerakan-gerakan tapak tangan di depan wajahnya untuk memastikan.Menyerupai maling, diam-diam meraih pakaian luar lingerie, lantaran hawa terlalu dingin. Lebih setelah lepas dari selimut dan tubuh hangat Gus Bed. Lalu mengambil ponsel sebelum masuk ke kamar mandi. Agar aman tak mendapat gangguan dari suami, atau tertangkap basah tengah menelepon seseorang, pintu kukunci.Kutekan sebuah kontak atas nama 'Shinta'. Tadinya aku mau sabar sampai besok. Ke apotik terdekat untuk membeli tes pack, untuk mengetahui apakah yang kualami datang bulan atau implantasi karena hamil? Tapi aku tak sabar dan dipenuhi kekhawatiran. Setidaknya aku harus tenang sebelum tidur.Tak lama panggilan tersambung dan seseorang mengangkatnya."Assalamualaikum.""Waalaikumsalam." Suara di seberang sana terdengar sedikit serak. Sepertinya perempuan berusia 25 tahun itu baru te

    Last Updated : 2022-06-20
  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Tespack

    Ini hanya soal waktu Ibu. Semua akan terbongkar seiring berjalannya waktu yang kulalui bersama kekasihku. Jika saja hari itu aku memilihi jujur, perasaanku mungkin belum sebesar sekarang pada Gus Ubaidillah. Hingga rasa sakit kehilangannya tidak akan membuat terluka lebih dalam.Namun, semua sudah terjadi. Masa lalu tak bisa diubah meski kita memilihnya sekali pun. Aku tak bisa menyalahkan Ibu. Sebab, wanita yang melahirkan dan membesarkanku hanya menginginkan kebaikan untuk putrinya.Bukan hanya perut mual, kepala juga terasa sedikit berputar. Ada apa ini? Perasaan datang bulan yang kujalani selama ini tidak semenyakitkan sekarang. "Adek ndak papa? Masuk angin mungkin," ucapnya cemas. Tangan kiri Gus bergerak memegang pundakku lalu beralih mematikan AC dan membuka kaca mobil sedikit, memberi ruang oksigen untuk masuk.Aku mengangguk sambil menutup mulut karena mual."Iya, akhir-akhir ini kita sering begadang malam." Ucapan itu mengingatkan bahwa aktivitas malam kami memang menyita b

    Last Updated : 2022-06-25

Latest chapter

  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Pernikahan Alhesa

    Administrasi sudah selesai dilaksanakan oleh Alhesa. Ketika kembali ke kamar dilihatnya semua barang bawaan sudah bersih tidak ada, faqih begitu tangkas dan cekatan akan hal ini, lalu abi dan uminya sudah siap untuk kembali ke pesantrennya.Faqih membantu membopong abinya dari samping dan umi menggandengan tangan alhesa dari belakang. Jika hal ini dilihat orang mereka seperti sudah menjadi keluarga asli. Dimana menantu bersama sang mertua laki-laki dan putrinya bersama sang ibu dari belakang.Sesampainya di mobil kyai ubed yang duduk disamping faqih banyak berbincang mengenai perhelatan politik yang sedang terjadi. Dirinya bersama umi berbincang mengenai model gamis yang saat ini sedang tren. Sudah sangat seperti keluarga yang menyatu dari mereka.Sesampainya dirumah para santri sudah berjejer di sepanjang jalan untuk menyambut sang guru yang sudah sehat. Iringan hadroh dan sholawat saling bersahutan, di saat itu juga kyai ubed menitikan air mata karena pesantren yang selama ini dilind

  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Faqih juga Melamar

    “Baiiklah kyai, saya memahami semua itu. Tapi saya sebagai laki-laki yang sudah sangat jatuh hati dengan putri kyai berusaha untuk mencoba bisa mempersunting putri kyai. Alasan saya mempersuntingmu bukan hanya sekedar paras yang memang cantik, tapi perilaku, kepribadian dan kecerdasannya yang membuat saya luluh untuk jatuh hati yang pertama kalinya. Karena selama ini saya belum pernah merasakan yang namanya jatuh hati kepada wanita. Apapun hasilnya nanti, saya sudah menyiapkan diri dengan segala kemungkinan. Jika kyai berkenan al hess saya sunting saya akan berjanji membuat dirinya bahagia, aman dan nyaman seumur hidup. Tapi sebaliknya jika Alhesa sendiri yang sudah memiliki tambatan hati, dirinya merasa bahagia bersama orang tersebut maka saya akan menerimanya. Bagi saya kebahagiaan Alhesa yang terpenting bagi saya.” Ujarnya kepada nabinya.“Baiklah, saya ucapkan terimakasih atas niat baikmu dan saya juga yakin kamu memang orang yang baik,amanah, dan bisa bertanggung jawab. Tapi kam

  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Alex yang Melamar

    Alhesa kembali terbangun dan merasakan sakit dikepalanya. Dirinya diam sejenak dan meratapi apa yang sedang terjadi padanya. Dirinya tidak menyangka akan menerima mimpi yang sangat aneh baginya. Seolah-olah mimpi itu sangat nyata adanya. Lal dilihat jam yang berada di dinding kamarnya, dirinya melihat waktu sedang menunjukkan pukul empat dini hari. Akhirnya dirinya menuju ke kamar mandi untuk buang air kecil dan sekalian mengambil air wudhu.Dilaksanakannya sholat malam dan diri nya terlihat sangat khusuk di setiap rakaatnya. Selain itu dirinya mengucapkan dzikir di setiap untaian tasbih yang terjadi putranya. Dirinya memohon petunjuk mengenai permasalahan yang sedang dihadapinya. Tapi sebelum itu dirinya memanjatkan rasa syukur akhirnya dirinya dan keluarganya bisa hidup tenang tanpa ada rasa takut dan penuh tekanan dari para penjahat yang selma ni menegurnya. Sang nabi juga sudah kembali normal dan umi puns sangat bahagia dengan keadaan nabi yang sekarang.“berilah hamba jodoh yang

  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Bantuan Bude

    Sesampainya di kamar Alhesa, dirinya langsung mandi dan menyalakan shower air hangatnya. Dipakaikan sabun yang memberikan aroma terapi yang menenangkan isi kepalanya yang sedang berkecamuk. Dirinya harus bagaimana agar perjodohan itu tidak terjadi. Jujur dalam waktu yang diluar duanya saat ini ada laki-laki yang mendekat tanpa terduga.Alex yang begitu berkharisma dan entah mengapa dirinya begitu nyaman saat bercerita dengannya. Bukan tangisan yang biasanya dirinya sembunyikan dikeluarkan seketika kepadanya.Tapi saat ditelusuri kepada alex, hantianya hanya sebatas berteman seperti biasa. Tidak ada rasa jatuh hati sedikitpun, dirinya merasa nyaman dan aman menjadi teman alex. Lalu laki-laki yang ditemuinya hari ini adalah ustadz faqih yaitu laki-laki yang membuatnya cukup berdebar hatinya sejak pertama kali masuk ke ruangan tdi. Entah mengapa rasa aman dan terlindungi langsung terkuak saat melihatnya. Apalagi tadi terjadi sedikit obrolan yang membuatnya cukup untuk semkai penasaran den

  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Perjodohan Lagi

    “anakku Alhesa ini dirinya masih senang berpetualang dan mencari wawasan. Entah kapan dirinya memikirkan pesantren dan nasib keturunanku.”“y amlaah baik tp kyai, dirinya begitu demi membangun pesantren sang ayah untuk menjadi lebih baik lagi dan inovatif. Karena kau dengar kalau Alhesa juga menulis banyak buku dan aksi sosialnya membela pernikahan untuk tidak buru-buru. Harus matang secara spiritual, sosial dan finansial. Bukan begitu nak?” Tanya sang kyai kepada Alhesa.“hee betul kyai!” Jawabnya kepada sang kiai.Setelah semuanya terasa nyaman, dan tenang sang kyai yang undur diri dan berkata sesuatu yang membuat Alhesa mengerutkan keningnya. “nanti ku tunggu jawabanmu terhadap Alhesa ya!” Sambil bersalaman dan cipika-cipiki layaknya tradisi para kyai yang demikian. Alhesa hanya mampu diam dan berpura-pura tidak tahu akan hal yang membuat hatinya tidak enak hati.Semuanya berpamitan termasuk dengan faqih yang tadi cukup berbincang dengannya dan bisa nyambung dengan pemikirannya me

  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Bertemu Faqih

    Korean melihat Alhesa sudah merasa sedih dirinya tidak ingin melanjutkan perbincangan mengenai perjodohan tersebut. Lalu dialihkannya topic mengenai masa depannya itu, dan tak lama kemudian datanglah pesanan mereka berdua. Alhesa juga memesankan bungkusan nasi kepada umminya agar mati usai makan dirinya tidak usah menunggu lama lagi.“ayuk makan” ujar Alhesa yang melihat alex terlihat melamun.Suasana makna pun tras ahneing. Alhesa terbiasa untuk tidak bicara saat makan, selain itu alex juga tidak ingin membuat suaan aman tidak nayamanapalagi Alhesa makan dengans edikit menahan gerak karena luka yang ada di lengannya.Setelah selesai makan bersama. Akses menuju ke kasir untuk membayar semua tagihannya, alex yang berada disampingnya membantu membawakan nasi bungkus untuk sang ummi.Setelah menyelesaikan pembayaran alex pamit ke para temannya untuk mengantarkan Alhesa kembali. Sebenarnya Alhesa menolak untuk diantarkan, tapi alex berkata kalau dirinya tidak tega dan tidak enak dengan ky

  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Kasih Sayang

    Alex yang baru saja keluar ruangan seketika langsung melenggang tanpa menengok ke belakang. Dirinya kaget ketika Alhesa mengantarkannya sampai pada pintu ruangan.“hati-hati” ujarnyaAlex langsung berhenti dan mengobrol dengannya seketika.“kamu begitu menyayangi kedua orang tuamu ya, sampai-sampai berkata pun tidak keluar tadi.”“ya begitulah, mereka yang membesarkanku susah payah terutama suamiku yang aku tahu perjuangannya yang tidak mudah. Jadi di hari tua nanti aku ingin mereka damai tanpa memikirkan apapun. Hidup nyaman dan aman. ““keren ah kamu ini, gimana kalau makan bareng ya? Kamu kan juga belum makan sama sekali?” Tanya alexAlhesa tampak berpikir sejenak dan menengok ke belakang. Akhirnya dia setuju tapi harus minta izin kepada abi dan uminya.“oke, sekalian beliin ummi sepertinya beliau juga belum makan, aku izin dulu ya. Tunggu!”Alex hanya menganggukkan kepalanya dan Alhesa langsung masuk ke dalam lagi.“abi, ummi , alhesa beli makan dulu ya baeng sam alex. Nanti sek

  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Alhesa Membuka Hati

    “Tentu saja tidak, melihat abi yang terus dalam bahaya. Lalu ummi yang begitu khawatirnya aku selalu diam dan mengatasinya sendiri.”“Kalau seperti tadi aku tidak datang kau mati disini juga tidak masalah kalau keluargamu juga tidak tahu?’’“Ya mungkin saja begitu, toh juga abi sudah siuman.” Jawabnya dengan enteng.Alex hanya terkagum dengan wanita yang sedang dibopongnya ini. Karena dari depan yang terlihat anggun, kalem dan cuek dirinya memiliki sikap kokoh dan sangat berprinsip.Alhesa tidak sadar bahwa dirinya sedang dibopong oleh laki-laki asing yang itupun pertama kalinya. Karena dirinya tengah asyik ngobrol panjang lebar. Sedangkan alex yang sadar akan tindakannya hanya berpura-pura diam hingga Alhesa sadar dan dirinya jika thu minta turun seketika akan diturunkan seketika.Di saat itu juga seluruh tim mleihat kemesraaan dan keindahan pemandangan sang big bos dan wanita yang meman ayu dan terlihat sangat cerdas.‘cantik bener rek, kayak yuki kato. Tahu begini ya benar saja bos

  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Menyelamatkan Alhesa

    Alex langsung pergi ke kantor rahasianya untuk mengirim beberapa senjata yang harus dikirimkan oleh para tim ke tim yang berada di lapangan. Seketika juga dirinya pergi tanpa pamit karena kondisi sangat tepat untuk melangkah maju ke strategi selanjutnya.Setelh sampai di lokasi dirinya memilih baju-baju dan senjata yang harus dibawa ketika nanti ke tahap strategi selanjutya. Karena di tahap itu seharusnya ada ranah-arah yang harus segera diwaspadai karena dirinya juga berada di titik vital. Saat strategi sudah berjalan dengan sangat baik. Dirinya merasa ada insting tidak enak, karena sesuatu yang mudah di awal pasti akan ada hal yang diluar dugaan. Tapi dirinya terus fokus dan meneliti setiap step agar bisa menjaga sisi rawan-rawan tertentu.Tiba-tiba ada telepon dari penjaga di rumah sakit bahwa Alhesa tidak kunjung ada di rumah sakit. Dan dari tim yang berada di sasaran kembali menelpon bahwa sedang melihat seorang wanita berkerudung dibawa masuk ke lokasi.Dan alex langsung menangk

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status