Lama-lama dia makin tidak dekat ibunyaNamun, itu tidak menghalangi Wenny untuk tetap bersikap hangat padanya. Wenny selalu menatapnya dengan lembut.Namun, sekarang Wenny malah bilang kalau dia tidak ingin anak seperti dirinya!Hati kecil Chiro rasanya campur aduk saat ini. Bibir mungilnya terkatup rapat, wajahnya makin dingin!Kalau bisa memilih, dia lebih ingin Tante Yuna yang menjadi ibunya!Tante Yuna adalah balerina terkenal yang selalu bersinar di atas panggung!Chiro langsung melompat turun dari kursi, tidak mau makan lagi!Kalau biasanya, Wenny pasti akan membujuknya dan mengalah lebih dulu. Bagaimanapun, dia tetap mengutamakan kesehatan Chiro.Maka, dengan hati kesal Chiro naik ke atas!Dia menggenggam alat makannya sedikit lebih erat, rasa perih merayap di hatinya, tetapi ekspresinya menyiratkan sedikit cemoohan.Lihatlah, anak yang dia cintai sepenuh hati ini, bukan hanya menjauh darinya, tetapi juga mengguruinya, meremehkannya, bahkan mempermainkannya.Dia menekan perasaan
Wenny hampir tertawa saking kesalnya!Apa pria itu lupa kalau dia sekarang "hilang ingatan"?Dia langsung mengedip polos. "Aku bahkan nggak kenal baik sama kamu, kenapa aku harus diam-diam memotret kamu?"Mendengar itu, ekspresi Berto makin dingin. Dia duduk santai di sofa, matanya menatap Wenny yang kini terlihat berbeda.Ada rasa akrab sekaligus asing yang sulit dijelaskan.Saat pertama kali bertemu, Wenny orang yang ceria dan penuh semangat. Mata beningnya bersinar seperti bintang, mencerminkan setiap emosi yang dia rasakan.Namun, setelah mereka menikah, semuanya berubah.Dia menuruti semua yang diinginkan suaminya. Pakaian yang harus dia kenakan, larangan untuk memakai riasan sehari-hari, semuanya dia ikuti.Dia memang patuh, tetapi ... hatinya tawar.Wenny merasa tatapan pria itu membuatnya tertekan. Dengan susah payah dia mengendalikan diri, lalu berkata, "Kamu menemui wanita lain semalam, 'kan? Itu artinya kamu berselingkuh, dan ada orang ketiga dalam pernikahan kita. Jadi, aku
Contohnya saja, Wenny terus-menerus minta cerai.Melihat wajah Berto yang makin suram, Wenny tetap cuek dan melanjutkan, "Menurutku, sebaiknya kamu pikirkan lagi saranku. Perceraian ini akan menguntungkan kita berdua."Nada suara Berto langsung dingin, "Lalu bagaimana dengan Chiro? Kalau kita cerai, dia gimana?"Wenny tertegun sejenak, lalu berkata, "Aku rasa dia nggak akan keberatan. Dia juga nggak terlalu peduli sama aku sebagai ibunya, 'kan?"Dengan dalih "hilang ingatan", sekalian saja dia keluarkan semua isi hatinya.Rasa sesak di dadanya pun agak mereda.Namun, Berto hanya menatapnya dalam-dalam, seolah-olah ingin mencari tahu apa yang sebenarnya dia pikirkan.Wenny balas menatapnya dengan tenang. "Kalau dia benar-benar peduli sama aku, dia pasti sudah mengucapkan sepatah kata perhatian saat aku di rumah sakit. Jadi kupikir, hubungan kami sebelumnya pasti nggak baik, dan kami juga nggak bahagia."Setelah memilih kata-kata dengan hati-hati, dia melanjutkan, "Kalau begitu, lebih ba
Berto sengaja melakukan itu untuk melihat apakah tubuh Wenny masih mengenali dirinya.Wenny kehilangan ingatan dan melupakan perasaannya pada Berto.Selama lima tahun ini, mereka sudah tidur bersama, menikmati keintiman yang tak terhitung jumlahnya. Dia yang paling mengenal tubuh wanita itu—dan sekarang, dia ingin menemukan kembali kehangatan itu!Namun, tidak ada lagi!Dia malah menunjukkan ekspresi muak saat Berto menyentuh dan menciumnya.Mata bulat beningnya penuh dengan kewaspadaan terhadap pria itu.Udara di sekitar mereka seperti membeku, dan hawa dingin makin terasa.Wenny menjaga jarak darinya, lalu berkata dengan dingin, "Berto, meski kita sudah menikah, bagiku sekarang kamu hanyalah orang asing. Jangan mendekatiku, atau aku akan melapor ke polisi!"Setelah mengatakan itu, dia langsung membuka pintu dan pergi, melarikan diri dari tempat itu!Urat di pelipis Berto menegang. Rasa kesal dan marah membuat ekspresinya makin suram.Dia ingin mandi, tetapi saat menoleh dan melihat k
Wenny akhirnya bertemu dengan Yuna untuk pertama kalinya. Dia memang cantik, cerdas, dan elegan. Tidak heran Berto terus terobsesi, bahkan mencoba menciptakan kembali sosok Yuna dalam dirinya.Dia menenangkan dirinya sejenak, lalu wajahnya berubah bingung. Terkesan seperti seseorang yang baru menyadari sesuatu, dia menunjuk Yuna dan berkata, "Aku ingat! Kamu 'kan selingkuhannya Berto!"Senyum lembut di wajah Yuna langsung hilang dalam sekejap. Dia berkata, "Bukan begitu, kamu salah paham. Aku dan Kak Berto nggak seperti yang kamu pikirkan."Wenny malah mengeluarkan ponselnya, menunjukkan foto mereka berdua yang sedang berpelukan, lalu berkata, "Buktinya sudah ada di sini, kenapa masih nggak mau mengaku?"Dia menepuk pundak Yuna dan berkata, "Tenang saja, aku nggak akan ribut sama kamu. Aku kehilangan ingatan, aku nggak ingat siapa Berto, bahkan aku lupa bagaimana bisa menikah dengannya. Sekarang aku berencana untuk cerai, kalau kalian memang saling cinta, bisa nggak kamu coba membujukn
Wanita itu mengenakan kemeja longgar dan celana pendek, rambut ekor kudanya terurai agak berantakan, bergoyang mengikuti setiap putaran tubuhnya. Senyum cerah menghiasi wajahnya, dan matanya berkilau penuh semangat.Semua mata di dalam bar tertuju padanya, dia menjadi satu-satunya pusat perhatian di tempat itu."Wah, jago banget! Ternyata menyimpan bakat yang luar biasa, ya!"Beberapa orang yang melihatnya menatap dengan ekspresi kaget.Wajah Berto justru terlihat makin suram!Lima tahun menikah dengan Wenny, dia bahkan tidak tahu kalau istrinya bisa sekeren dan seberani ini!Yang lebih membuatnya kesal adalah tatapan para pria lain yang tertuju pada istrinya!Di tengah lantai dansa, Wenny terus larut dalam irama, sampai tanpa sengaja, pandangannya bertemu langsung dengan mata Berto di lantai dua.Dia mengernyit sedikit, kaget melihat Berto ada di sini.Oh, Yuna juga ada di sini, pasti dia datang untuk menemui Yuna.Memikirkan itu, tiba-tiba dia merasa muak.Satu jam yang lalu, pria it
Di dalam mobil yang sempit itu, Wenny tiba-tiba ditindih begitu saja. Dia terdiam sejenak, tak tahu harus berbuat apa!Apa yang mau dilakukan Berto?Dia menahan dada Berto dengan kedua tangan, matanya yang hitam pekat dipenuhi rasa kaget dan takut. "Kamu ... mau apa?"Berto merasa sangat kesal. Sejak kecelakaan itu, semuanya jadi kacau.Dia ingin segala sesuatunya kembali seperti semula."Aku ingin bantu kamu mengingat semua kembali." Suaranya dingin, lalu dia membungkuk, hendak mencium Wenny."Jangan!"Wenny panik setengah mati!Apa dia gila?Ini di tengah jalan raya!Pintu mobil bahkan belum ditutup, dan Berto mau memaksanya?Dia tahu pria ini berengsek, tetapi tidak disangka bisa separah ini!"Plak!"Dalam kepanikan, Wenny menampar wajah Berto. Begitu sadar, wajahnya langsung pucat.Ini sudah kedua kalinya dia menampar Berto!Berto, seorang tuan muda yang dibesarkan dalam kemewahan, mana pernah dia diperlakukan seperti ini?Apa dia akan marah besar dan mencekiknya?"A-aku nggak seng
Tiana mengulurkan tangan dan mengusap kepala Wenny.Wenny langsung memeluk pinggangnya dengan manja.Tiana tidak menolaknya, membiarkan Wenny memeluknya selama beberapa saat. Perlahan, dia merasakan basah di tempat Wenny menyembunyikan wajahnya.Angin malam yang sejuk menerpa rambut panjangnya, sekaligus meniup pergi semua kepedihan dan ketidakrelaan di hati Wenny.Wenny pulang ke rumah bersama Tiana. Setelah mandi, mereka berdua berbaring di tempat tidur, mengobrol panjang lebar hingga tertidur pukul empat pagi.Wenny terbangun karena suara dering telepon. Dengan mata masih mengantuk, dia mengangkatnya, "Halo?"Dari ujung telepon terdengar keheningan sesaat sebelum suara seorang wanita akhirnya terdengar. "Wenny, ini sudah jam sepuluh pagi, kamu masih tidur? Kalau kamu terus begitu, mana bisa pantas menjadi Nyonya keluarga Liwardi?"Mendengar suara itu, Wenny langsung membuka matanya. Itu ibu mertuanya, Hanna Tanuwirya.Hanna adalah orang yang tegas dan sangat mengutamakan aturan. Sej
Wajah tampan Berto berubah muram. Dia lalu berkata, "Kita belum bercerai. Seharusnya kamu nggak hidup terpisah dariku."Wenny menjawab, "Tolonglah, tinggal serumah dengan orang asing itu benar-benar menakutkan."Berto terdiam.Berdiri di samping mobil, matanya yang suram menatap ke arah Wenny di dalam mobil. Entah kenapa, Wenny merasakan hawa dingin merayap perlahan.Serius?Ini saja bisa membuat Berto marah?Kenapa Berto gampang tersulut seperti ini?Wenny menciutkan lehernya dan berkata, "Berto, kasih kita sedikit ruang, oke? Siapa tahu suatu hari nanti aku ingat semuanya dan pulang dengan sendirinya."Tentu saja tidak!Mendengar itu, kabut dingin di mata pria itu perlahan menghilang. Dengan suara datar, dia berkata, "Besok ada acara di taman kanak-kanak Chiro. Kamu harus datang."Wenny mengerjapkan matanya. "Boleh aku nggak datang?"Nada Berto langsung berubah dingin. "Bisa, transfer 400 miliar ke rekeningku. Oh ya, jangan lupa bayar pajaknya."Wenny tertegun.Kapan membunuh bisa ti
Wenny berusaha keras memainkan peran sebagai istri Berto. Saat pesta usai, wajahnya sudah kaku karena terlalu banyak tersenyum.Setelah pesta berakhir, dia meninggalkan tempat bersama Berto, tanpa menyadari seseorang diam-diam menyimpan ponselnya setelah mengambil foto mereka.Begitu foto berhasil terkirim, panggilan dari Yuna masuk. "Yudi, mereka hadir di pesta amal bersama?""Ya," jawab Yudi. Dia adalah teman dekat Yuna, dan dia tahu kalau Yuna sangat mencintai Berto."Yuna, sebelumnya Berto bilang akan segera bercerai. Apa dia berbohong? Aku lihat hubungan mereka hari ini sangat harmonis."Yuna menggenggam ponselnya erat-erat, "Kak Berto nggak bakal bohongi aku. Kalau dia bilang akan bercerai, pasti dia akan bercerai."Yudi berkata, "Jadi, itu wanita yang terus mengganggu Berto? Cih, nggak tahu malu banget! Lima tahun lalu, dia pakai obat untuk naik ke ranjang dan menikahi Berto. Sekarang begitu kamu kembali, dia masih belum mau lepaskan Berto. Memalukan banget, 'kan?"Yuna bergumam
Berto bertanya, "Kamu cari siapa? Aku bisa bantu kamu cari dia."Waldo menekan bibirnya, tetapi tatapannya sempat mengarah ke toilet sebelum segera dialihkan kembali. Dia menundukkan pandangan. "Kakek bilang, namanya Nona Sheila."Mendengar itu, Berto mengangkat alis sedikit. "Aromaterapinya berpengaruh untukmu, ya?""Hmm."Berto berkata, "Baik, akan kucarikan dan kubawa dia ke hadapanmu."Waldo tidak menjawab.Dia sudah menemukan wanita itu.Hanya saja, wanita itu sepertinya tidak ingin mengakuinya.Kenapa?Apa dirinya terlalu menakutkan?Kalau begitu, Waldo tidak akan mencarinya lagi. Dia tidak ingin menakuti wanita itu.....Wenny merapikan riasannya, lalu berjalan keluar dengan pikiran melayang. Saat melewati tikungan, dia melihat Waldo memasuki pintu keluar darurat.Mata Wenny berkilat. Dia langsung mengikuti pria itu.Dibandingkan dengan hiruk-pikuk gala amal, tangga darurat terasa sangat sunyi.Wenny menutup pintu dengan rapat dan berkata, "Waldo."Punggung pria yang tampak kuru
Wenny terkejut. Saat menoleh, dia langsung berhadapan dengan wajah tampan bernuansa lembut dan dingin. Kulit pria itu pucat dengan kesan agak lemah. Sepasang mata hitam pekatnya menatapnya tajam. Di ujung matanya, ada tahi lalat kecil yang memberi kesan misterius dan memikat.Saat itu, dia mencengkeram lengan Wenny begitu erat hingga dia merasakan kesakitan."Bapak ini siapa ya? Bisa lepaskan tanganku dulu?" Wenny mencoba menarik lengan dari cengkeramannya.Namun, pria itu malah makin mengeratkan genggamannya.Wenny langsung menarik napas dingin!"Waldo!"Tiba-tiba, suara Berto terdengar, dengan nada dingin. "Lepaskan dia."Waldo?Mata Wenny agak terbelalak. Jadi, dia cucu Pak Dharma?Hari itu, ruangan terlalu gelap. Wenny benar-benar tidak melihat jelas wajah pria ini."Aku ingat kamu."Waldo tidak menghiraukan Berto dan justru berkata pada Wenny, menatapnya tanpa berkedip."Lepaskan dulu ...." Wenny merasa lengannya hampir kehilangan aliran darah.Namun, Waldo kembali berkata, "Aku p
Cindy terdiam."Hmm?"Wenny menatapnya, mengedipkan mata dengan bingung.Cindy berkata, "Aku memang suruh orang melakukannya."Wenny membalas, ".... Baiklah."Kesimpulannya, jangan mencari masalah dengan Berto.Bagaimanapun juga, dia bukan manusia.....Keesokan harinya, Wenny menerima telepon dari pria berengsek itu, memberi tahu bahwa ada seseorang yang akan menjemputnya.Dia turun ke lantai bawah, dan melihat Yudha berdiri di samping mobil, mengenakan setelan seragam yang rapi, "Nyonya, Pak Berto menyuruh saya membawa Anda untuk dirias.""Oh."Wenny mengangguk dan naik ke mobil.Namun, begitu sampai di tempat tujuan dan melihat deretan pakaian serta perhiasan bergaya feminin, Wenny nyaris tidak bisa mengendalikan ekspresi wajahnya!Apa Berto sudah gila?Yuna sudah kembali, tetapi Berto memintanya untuk berdandan seperti Yuna?Apa dia tidak takut Yuna tahu dan merasa muak?Penata gaya mendorong rak pakaian ke arahnya dan berkata, "Bu Wenny, silakan pilih yang Ibu suka."Wenny menggel
Berto menatapnya dengan penuh minat. Meskipun sudah menikah selama lima tahun dan anak mereka sudah sebesar itu, Wenny masih saja akan bersemu merah dan jantungnya berdebar dalam hal-hal seperti ini. Berto sangat suka melihat reaksinya yang malu-malu.Wenny dengan cepat menenangkan diri dan berkata, "Kamu belum bilang, perilaku seperti apa yang dianggap baik?"Berto menjawab, "Kalau menurutku baik, ya berarti itu baik."Ini sudah pasti bukan kesepakatan yang adil.Namun, Wenny juga tidak punya 400 miliar. Jadi, dia hanya bisa berharap pria itu bisa bertindak lebih manusiawi."Baiklah."Wenny mengangguk setuju.Berto menatapnya. Ciuman tadi terasa terburu-buru, dia merasa belum puas, lalu dia mendekat dan mencium Wenny lagi.Namun, tepat saat itu, ponselnya berdering. Berto langsung berdiri dan menjawab panggilan."Halo, Yuna, ada apa?"Wenny refleks menghindar. Mendengar suara itu, tubuhnya menegang sesaat.Dia masih ingat, sebelumnya, setiap kali dia mendengar nada dering ini, Berto a
Jari-jari Wenny mengepal erat, dia menahan diri untuk tidak menepis tangan Berto.Ibu jari Berto menyapu bibirnya, lalu tiba-tiba menekannya agak lebih kuat.Bulu mata panjang Wenny bergetar. Setelah dia menarik kembali tangannya, barulah Wenny bertanya, "Berto, aku minta maaf atas namanya. Maaf, ya."Tatapan pria itu jatuh pada bekas lipstik di bantalan ibu jarinya. Matanya berkilat redup, lalu berkata dengan suara datar, "Hanya dengan satu kata maaf, kamu mau menukar 400 miliar? Pintar juga perhitungannya."Wenny bertanya, "Kalau begitu, bagaimana seharusnya?"Berto mengeluarkan tisu, menyeka bekas lipstik di jarinya dengan santai. Sikapnya tampak acuh, sementara tatapannya sama sekali tidak tertuju pada Wenny.Ruangan terasa hening. Cahaya lampu di sudut ruangan berkelap-kelip dalam warna-warni, membuat hati Wenny makin gelisah.Berto terus diam, membuat Wenny merasa seolah-olah sedang dipanggang di atas bara api, sangat tidak nyaman."Wenny, kamu benar-benar kehilangan ingatan?"Di
"Kalian ngapain? Lepaskan dia!"Wenny langsung maju, berniat mendorong dua pengawal itu.Cindy bertemu pandang dengannya dan langsung berkata, "Berto yang terhormat, aku yang melakukan, aku yang bertanggung jawab! Kenapa kamu panggil dia ke sini?"Mendengar itu, Wenny mengernyitkan keningnya yang indah. "Kamu berbuat apa?"Cindy mengangkat dagu dengan teguh. "Aku cuma muak lihat dia, jadi aku kasih sedikit pelajaran. Siapa sangka pria dewasa begini ternyata begitu picik. Dia langsung datang ke sini menuntut keadilan. Menjijikkan!""Heh!"Berto mencibir ringan, mata hitam pekatnya menatapnya dengan dingin. "Kamu siram cat ke mobilku. Sebagai korban, apa aku nggak berhak menuntut keadilan?"Cindy mendengus. "Apa kamu pantas bicara soal keadilan?"Wenny agak bingung, "Siram cat? Ke mobil Berto?"Cindy berani sekali!Diam-diam, Wenny mengacungkan jempol pada Cindy. "Sahabatku, kamu luar biasa."Lalu, dia berbalik ke arah Berto dan berkata, "Dia lakukan itu buatku. Berapa kerugiannya? Akan
Saat itu, ponselnya tiba-tiba berdering. Dia mengambilnya, lalu tangannya gemetar. Hampir saja dia lupa. Sebelum datang ke sini, dia sempat mengirim pesan ke Berto, mengatakan bahwa dia menemukan sebuah rahasia besar!Mata Zidan berkilat. Dia mengangkat panggilan itu. "Halo, Kak Berto.""Ada apa?"Suara Berto terdengar rendah dan dingin, bertanya dengan nada datar.Zidan tertawa. "Nggak ada apa-apa, cuma pengen tanya kamu di mana. Keluar minum bareng, yuk."Nada suara Berto makin dingin. "Yuna kecelakaan. Aku lagi di rumah sakit."Mendengar itu, Zidan langsung bertanya, "Gimana kondisi Yuna? Parah nggak?"Berto menjawab, "Patah tulang betis. Kalau kamu nggak sibuk, datang saja menjenguk."Bagaimanapun, mereka sudah lama saling kenal dan berteman baik."Oke, aku segera ke sana."Zidan menjawab seadanya lalu menutup telepon, tetap menyimpan rahasia itu. Namun, mau tidak mau dia terus berpikir.Kalau Kak Wenny memang Nona Sheila, kenapa dia tidak pernah memberi tahu Kak Berto?Namun, meng