Hari peluncuran produk baru milik perusahaan Rafif akhirnya tiba. Iklan-iklan yang menampilkan wajah Yesi kini menghiasi seluruh layar kaca.Peluncuran produk baru milik Rafif terbilang cukup sukses, sehingga malam ini Rafif secara khusus mengadakan makan malam bersama seluruh timnya. Termasuk Yesi sebagai bintang iklannya.“Cheers!” ujar Rafif mengangkat sebuah gelas minuman.“Cheers!” sahut tim Rafif menyambut baik uluran Rafif.Mereka lalu menghabiskan malam bersama, sambil merasakan euforia keberhasilan peluncuran produk.“Rafif!” panggil Yesi yang sedikit mabuk.“Hai! Kamu mabuk?” tanya Rafif.“Sepertinya begitu, bisakah kamu antar aku pulang malam ini?” tanya Yesi.“Boleh!” jawab Rafif lalu meraih pinggang Yesi yang telah terhuyung ke arahnya.Yesi lalu mengalungkan lengannya pada leher Rafif dan berjalan berdampingan dengannya.“Aku pergi dulu!” pamit Rafif pada Tomi.“Pak Rafif kenapa? Sekarang kayaknya kok berubah!” ujar Sherly salah satu tim Rafif.Tomi menggeleng, “entah!”
Alea menutup pintu kamar dan menguncinya dari dalam.Malam ini Rafif benar-benar telah membuatnya keluar dari batas rasa sabar yang bisa dia toleransi.Lagi-lagi Rafif menyebut nama Yesi di hadapannya. Alea sendiri melihat dengan matanya, bahwa Yesi dengan berani meninggalkan bekas bibirnya di pipi Rafif.Jika Alea terus membiarkannya, mungkin lama-lama Yesi akan menjadi lebih berani. Namun Alea juga tidak tahu harus berbuat apa.“Mas, kapan kamu akan sadar dan mengingat semuanya?” gumam Alea.“Mama!” suara Zayn terdengar memanggilnya.Alea bergegas menghampirinya.“Sayang, kok kamu bangun?” tanya Alea pada Zayn.Lalu Zayn memeluk Alea dan meminta Alea untuk menggendongnya.“Sayang, tidur lagi yuk! Sudah malam,” ajak Alea. Lalu membawa Zayn tidur di dalam pelukan Alea.Zayn seolah-olah mengerti apa yang sedang dirasakan Alea. Dia menatap mamanya dengan hangat, lalu tangannya menempel pada pipi Alea.Tatapan mata Zayn seolah berkata “mama kuat!”.Alea menatap dan mengusap wajah imut Za
Angin pantai berhembus menerpa wajah Alea, rambutnya yang tergerai ikut terbang bersama angin. Wajah putihnya yang cantik mendadak kemerahan karena paparan sinar matahari.Senyum Alea begitu menawan, membuat Rafif tidak bisa menahan diri untuk melangkah mendekati Alea yang sedang menemani putranya bermain di tepi pantai.“Sayang,” panggil Rafif sambil memeluk Alea dari belakang, dia tidak mengerti mengapa begitu mudah mengucapkannya di depan Alea. Seolah ada bisikan yang membimbingnya untuk melakukan hal itu.“Mas!” pekik Alea kaget, lalu berbalik menatap suaminya.Tatapan mereka bertemu, ada rasa pilu yang mendalam di sorot mata Alea. Namun secercah harapan muncul, tatkala kata sayang terucap begitu saja dari bibir Rafif.Alea mengira jika ingatan suaminya tiba-tiba kembali.“Oh, sorry Al!” ucap Rafif saat tersadar.“Mas, kamu gak apa-apa?” tanya Alea seraya menyentuh pipi Rafif. Alea menangkap sebuah kebingungan dalam ekspresi Rafif.“E-ee, gak apa-apa!” jawab Rafif lalu menyentuh t
“Hai Rafif!” sambut Yesi saat melihat kedatangan Rafif.Yesi pagi-pagi sekali sudah sampai di kantor Rafif untuk sengaja menemuinya.“Kenapa kamu disini sepagi ini? Bukankah kontrak kerja kita sudah selesai?” tanya Rafif.“Gak apa-apa! Aku cuma pengen ketemu aja,” jawab Yesi santai.”Sorry Yes, tapi aku punya banyak pekerjaan menunggu.” Ujar Rafif.Yesi merasakan kembali sikap dingin Rafif, setelah sebelumnya Rafif begitu ramah padanya. Kini, Rafif telah kembali seperti semula.“Aku cuma mau bilang makasih, kemarin kamu udah anterin aku pulang,” ujar Yesi.“Oke. Sama-sama!” jawab Rafif seperlunya.“Nanti siang, ayo makan bersama!” Yesi seperti tidak kehabisan akal untuk mengganggu Rafif.“Aku sibuk Yes!” jawab Rafif singkat.“Sibuk apa? Sampai kemarin kamu masih menyempatkan waktu untuk makan bersamaku. Kenapa sekarang berubah?” tanya Yesi.Rafif sengaja mengabaikan pertanyaan Yesi.“Apa istrimu melarang kamu untuk makan denganku? Cih! Dasar wanita pencemburu,” ujar Yesi.“Kamu gak be
Ingatan Rafif tentang Alea yang hilang, kini mulai diisi dengan kenangan-kenangan baru.Setiap hari Rafif berusaha untuk menerima kehadiran Alea dan Zayn di hidupnya, setiap hari juga perasaannya mulai tumbuh untuk Alea.Sementara itu Alea, juga perlahan melupakan luka-luka yang diterimanya akibat kecelakaan Rafif. Kini dia hanya harus menerima takdirnya dan menjalani sisa hidupnya bersama Rafif.Dia tidak lagi mengungkit masa lalunya dengan Rafif, yang dia butuhkan sekarang hanyalah melihat Rafif tetap hidup dan ada disampingnya setiap hari.Hubungan Rafif dan Alea memang belum bisa seperti sebelumnya, masih banyak rasa canggung dan keraguan di antara mereka.Meskipun Rafif tahu kalau status mereka suami istri, dia tidak berani sekedar mengecup kening Alea. Padahal sebelum Rafif kehilangan ingatannya, itu adalah hal favorit yang bisa dia lakukan setiap hari.Semua seperti dimulai kembali dari nol.“Mas tolong ambilkan handuk!” teriak Alea di pintu kamar mandi, dia lupa membawanya mas
Seiring berjalannya waktu, kehidupan rumah tangga Rafif dan Alea kini semakin harmonis.Meskipun ingatan Rafif belum kembali, Alea tidak pernah lagi mempermasalahkannya. Sebab kini Rafif telah kembali mencintai dirinya dan Zayn.Siang ini, Rafif dengan sengaja cuti dari pekerjaannya hanya untuk menemani Alea berbelanja perlengkapan bayi kedua mereka.Alea tentu sangat senang dengan sikap manis Rafif ini.Setelah memasuki sebuah mall, Alea dengan bergandengan tangan bersama Rafif memasuki sebuah toko perlengkapan bayi.Toko tersebut cukup ramai siang ini, membuat Alea dan Rafif sedikit berdesak-desakan.Setelah mendapatkan tempat yang lebih leluasa, Alea dan Rafif langsung sibuk memilih berbagai macam barang untuk persiapan menyambut kelahiran buah hati mereka.Saat tengah asyik memilih barang, ponsel Rafif berdering.“Sayang, aku jawab telepon Tomi dulu!” ujar Rafif.“Oke mas,” jawab Alea.Lalu Rafif pergi ke tempat sepi dan menjawab telepon Tomi.Rafif berbincang di telepon cukup lam
Rafif terbangun di sebuah ruangan, yang baru diketahui ternyata itu adalah sebuah ruangan di kantor Wira.Wira tahu pencariannya tidak akan mudah, makanya dia mengajak Rafif bersama yang lainnya untuk menunggu dikantornya, sementara Wira mengerahkan tim untuk mulai bertindak.Banyak orang yang diturunkan Wira yang dibagi ke beberapa wilayah, mereka diperintahkan untuk menyisir setiap daerah demi mencari keberadaan Alea.“Jika sampai jam 7 malam ini kalian tidak menemukannya, maka wilayah pencarian kita perluas keluar daerah!” titah Wira.Tanpa menunggu lama, semua orang mulai bergerak mencari keberadaan Alea.“Azfar!” panggil Rafif pada Azfar saat dia terbangun.Azfar terkejut, Rafif memanggil namanya berarti Rafif sudah mengingat banyak hal tentang mereka.Azfar lalu bergegas mengambilkan Rafif segelas air.“Minum dulu!” ujar Azfar.Rafif menerima air itu lalu meminumnya.“Kita harus temukan Alea secepatnya!” ujar Rafif.“Iya, kita sedang mengusahakannya. Tenanglah dulu!” jawab Azfar
Setelah sampai tepat didepan rumah itu, Rafif menendang pintu dengan keras, lalu seketika pintu itu terbuka.Dan ternyata rumah itu kosong, tidak ada benda apapun apalagi keberadaan manusia.Rafif bersama dengan Azfar mencoba menelusuri rumah itu lebih dalam, namun mereka tidak menemukan apapun di setiap ruangan yang ada.Kesabaran Rafif mulai hilang, hatinya dipenuhi dengan ketakutan dan emosinya mulai menguasai dirinya.“Br*ngsek!” umpat Rafif.“Tenanglah! Ayo kembali dulu,” ajak Azfar.Saat melangkahkan kakinya keluar dari rumah itu, ponsel Rafif kembali berdering.“Hahaha! Apa kau menemukan sesuatu disana? Sayang sekali kau tidak berhasil menemukan keberadaan kami!” ucap pria itu.“Kau br*ngsek! Tunggu saja aku benar-benar akan memb*nuhmu!” umpat Rafif di telepon.Setelah menutup telepon itu Rafif meminta Wira memastikan apakah mobil sewaan milik Dino masih ada ditempatnya. Lalu meminta melacak keberadaan Dino melalui nomor telepon yang baru saja menghubunginya.Benar saja ternyat
“Alea…” panggil Rafif begitu tiba di kamar hotel.“Kakak Zayn ayo mandi, habis ini kita pulang!” ujar Alea pada Zayn tanpa menghiraukan panggilan Rafif.“Alea!” suara Rafif mulai meninggi.“Hhhh..” Alea menghela napas berat.“Nanti aja. Aku mau mandikan Zayn!” ujarnya kemudian.Rafif terdiam di ujung tempat tidur hotel. Pikirannya tak tentu arah. Dia tahu dia telah bersalah pada Alea semalam. Sebetulnya mudah saja bagi Rafif untuk berkata jujur. Namun entah kenapa satu sisi hatinya masih terasa berat.Terlebih lagi, semalam dia terlanjur berbohong pada Alea bahwa yang ditemuinya adalah Mario bukan Melissa.Rafif juga bingung sebab mood Alea selalu berubah drastis setiap dia mengandung. Jadi jika dia tidak berhati-hati, bisa dipastikan keributan akan terjadi di antara mereka.Di sisi lain, Alea juga menunggu apakah Rafif akan menjelaskannya lebih dulu? Atau dia akan tetap diam sampai Alea mulai bertanya?Jika Rafif berani mengatakannya lebih dulu maka Alea akan segera memaafkannya, nam
Jam 23.30 malam..Alea menunggu kedatangan Rafif di kamarnya. Sudah satu setengah jam sejak acara selesai, namun suaminya belum juga tiba di kamar.Alea mencoba menghubunginya berkali-kali namun tidak ada jawaban.“Kemana sih, sudah selarut ini belum juga sampai di kamar?” gumam Alea menatap layar ponselnya.Karena tidak ada jawaban, Alea pun memutuskan untuk menghubungi Azfar dan menanyakan keberadaan Rafif.“Halo kak, kalian masih di ballroom kah?” tanya Alea saat Azfar menjawab teleponnya.“Aku sudah kembali, kenapa?” tanya Azfar.“Mas Rafif kok belum datang?” tanya Alea lagi.“Bukannya Rafif sudah kembali lebih dulu? Tadi aku tidak melihatnya di ballroom.” Jawab Azfar.“Sampai sekarang dia belum kembali kak,” ujar Alea.“Oh! Tadi aku lihat dia ngobrol sama cewek sih. Aku kira habis itu dia kembali,” ujar Azfar polos.“Cewek?” tanya alea dengan nada meninggi karena sedikit terkejut.“Mungkin jurnalis, Al! Jangan terburu-buru menyimpulkan,” sahut Azfar yang merasa bersalah mengataka
“Kenapa kamu disini?” tanya Rafif dengan suara sedikit bergetar.Dadanya tiba-tiba bergemuruh dan seketika melupakan keadaan sekitar, pandangan dan pikirannya terfokus pada sosok wanita cantik di depan matanya.Dia adalah Melissa. Kepingan puzzle milik Rafif yang telah menghilang lama.Meskipun kini Rafif telah menikah dengan cinta pertamanya, Alea. Bukan berarti masa lalu Rafif tanpa wanita. Apalagi Rafif juga pria normal, dia tetap tumbuh layaknya remaja menuju dewasa seperti orang lain.Ya, bukan Yesika melainkan Melissa. Seseorang yang pernah mengisi hati Rafif saat berkuliah di London.***Saat itu Rafif pertama kali bertemu Melissa di kelas yang sama, karena sama-sama berasal dari Indonesia, mereka cukup cepat mengakrabkan diri.Satu tahun berteman, hubungan Rafif dan Melissa sangat dekat. Mereka akhirnya memutuskan untuk memulai hubungan asmara.Kala itu Rafif sedang bersiap untuk menyusun skripsi, dia sudah melupakan sosok Alea yang dia anggap sebagai adik.Karena jauh dari ke
Beberapa bulan kemudian..Cindy sudah semakin terbiasa dengan kehamilannya, dia juga aktif kembali sebagai dokter spesialis kandungan. Selain memastikan kehamilannya aman, dia juga selalu memastikan kandungan setiap pasiennya aman.Begitu juga dengan Alea, di kehamilan ketiganya ini dia memilih untuk lebih banyak diam di rumah. Sekalipun keadaan memaksanya keluar rumah, dia akan menunggu sampai Rafif bisa menemaninya.Bukan apa, Alea masih cukup trauma atas kejadian beberapa tahun lalu saat hamil anak keduanya. Mengalami penculikan sampai harus merasakan kehilangan anak adalah hal yang sangat menyedihkan.Kali ini, dia tidak akan membiarkan sesuatu terjadi. Karenanya, dia memilih untuk menjalani keseharian di rumah. Jika merasa bosan, maka saatnya dia memanggil seluruh anggota keluarganya untuk datang.Sementara itu Rafif dan Azfar disibukan dengan pekerjaan mereka, kebetulan beberapa bulan terakhir Rafif berhasil mengembangkan kembali bisnis barunya yaitu sebuah aplikasi yang berhubu
“Apakah program mereka tidak berhasil?” gumam Alea.“Kenapa sayang?” tanya Rafif yang tiba-tiba berdiri disamping Alea.“Mas, menurut kamu kak Azfar dan kak Cindy kenapa ya?” tanya Alea.Rafif memperhatikan Azfar dan Cindy sejenak, “mereka lagi lelah aja paling?” ujar Rafif.Alea mengangkat bahu tak mengerti. Namun hatinya berharap semoga apa yang dia khawatirkan tidak terjadi.“Ayo semuanya mendekat!” ujar papa.Lalu semua orang mendekat mengelilingi mama dan papa yang berdiri di tempat yang telah disiapkan di halaman rumah.Disana terdapat sebuah kue tart besar dan beberapa kado. Halaman rumah di hias dengan tema warna putih, serasi dengan pakaian yang dikenakan mama dan papa serta semua yang hadir.Mama mengenakan gaun warna putih panjang lengkap dengan veil warna serupa, papa memakai satu set jas putih senada, mereka benar-benar seperti pengantin.Di belakang mama dan papa ada sebuah layar yang sengaja dipasang untuk menampilkan rangkuman foto-foto sejak mama dan papa pertama kali
Setelah mempertimbangkan banyak hal, Azfar dan Cindy akhirnya memutuskan untuk memulai kembali perjuangan mereka untuk mendapatkan buah hati.Butuh kesiapan mental, fisik dan materi untuk memulai perjalanan panjang ini.Mereka mulai dengan kembali memeriksakan kesehatan organ mereka ke dokter kandungan, yang bernama Leo. Dia adalah teman seperjuangan Cindy dan bekerja di rumah sakit yang sama dengan mereka.“Akhirnya kalian kembali!” ujar Leo.Sebelumnya, Cindy dan Azfar juga sempat memeriksakan kondisi mereka satu tahun lalu. Namun karena kesibukan Cindy dan Azfar, mereka memutuskan untuk menunda dulu program hamil yang harus dilakukan.“Apa kalian udah siap sekarang?” tanya Leo.“Untuk saat ini, aku jauh lebih siap!” ujar Cindy.“Oke, kita mulai lagi dari awal ya?” Leo kemudian kembali menjelaskan prosedur untuk melakukan program Hamill.Cindy tentu sangat memahami langkah demi langkah untuk melakukan program hamil, tapi bagaimanapun dia tetap butuh dokter lain untuk membantunya mem
Selama perjalanan pulang dari Bandung menuju Jakarta, Cindy lebih banyak terdiam dan merenung.Dia memikirkan semua nasehat nenek padanya, hal yang ketika diucapkan sangat bisa membuatnya tenang. Namun ketika dia kembali pada kenyataan, rasanya sulit sekali untuk menemukan kebahagiaan.Rumah tangga tanpa anak, memang bukan satu-satunya sumber kebahagiaan. Namun, akan lebih sempurna kebahagiaan itu ketika hadir seorang malaikat kecil di antara mereka.Hal inilah yang sampai saat ini masih diusahakan Cindy dan Azfar selama dua tahun lebih pernikahannya.“Kamu kenapa?” tanya Azfar yang melihat Cindy hanya melamun dan menatap ke arah luar jendela.“Gak apa-apa!” jawab Cindy singkat.Mereka, bukan tidak berusaha. Mengingat mereka lebih paham tentang situasi mereka karena profesinya sebagai dokter. Namun, apapun yang mereka usahakan akan tetap sia-sia ketika Tuhan belum mengizinkan.”Apa selama di Bandung, ada hal yang menyinggungmu?” tanya Azfar pelan.“Hmm gak ada kok!” jawab Cindy.“Teru
Hari ini, Alea dan Rafif berencana untuk menghabiskan waktu bersama keluarga di Bandung, sebelum mereka kembali ke Jakarta.Selama sehari penuh mereka semua berkumpul di rumah nenek, makan masakan nenek, bermain bersama para sepupu dan bercerita tentang masa lalu.Semua terlihat sangat menikmati momen kebersamaan itu.Papa sebetulnya hanya anak tunggal, tetapi semasa kakek Abdul hidup, beliau sempat mengadopsi anak perempuan dari keluarga nenek yang mereka beri nama Ayu.Saat ini, tante Ayu lah yang tinggal bersama nenek di rumah ini, sehingga nenek tidak pernah kesepian.Beberapa kali papa juga mengajak nenek untuk tinggal bersama di Jakarta, namun nenek bersikeras untuk tetap tinggal di Bandung.Katanya, rumah ini penuh dengan kenangan semasa hidup bersama kakek Abdul. Dan hanya saat tinggal disini, nenek merasa kakek Abdul masih ada bersama mereka.“Kak, kenapa bengong?” tanya Alea pada Cindy yang terlihat sedang memandang kosong ke arah Zayn dan Nizam putra bungsu tante Ayu yang s
Alea dan Rafif duduk di ujung tempat tidur sambil menikmati pemandangan malam kota Bandung dari kaca jendela besar kamar mereka yang berada di lantai 22.Tubuh mereka masih sama-sama polos setelah selesai saling memanjakan.Tangan Rafif merangkul bahu Alea dengan kepala yang saling menopang. Mereka mulai mengenang masa lalu mereka tentang kota ini.Bandung, merupakan kota kelahiran dua anak manusia yang sekarang saling mencintai ini. Mereka di takdirkan bertemu karena pertemanan kakek mereka yang berlangsung begitu lama.Kelahiran Rafif di keluarga Hadiwinata adalah hal yang membahagiakan, sebab ayah dan bunda terbilang cukup lama menanti kehadiran buah hati.Empat tahun berselang, Alea lahir di keluarga Haris.Kelahiran Alea disambut bahagia oleh dua keluarga, sebab kakek Hadiwinata dan kakek Abdul Haris telah berniat untuk menjodohkan cucu mereka kelak agar persahabatan mereka tidak terputus dan berlanjut sampai anak keturunannya.“Kalau dipikir-pikir, ternyata aku sudah jatuh cinta