“Bagaimana keadaanmu?” tanya Azfar pada Cindy selepas Alea dan Rafif pergi.“Udah baik-baik aja kok!” Jawab Cindy.“Thanks yaa, udah datengin Alea kesini. Kalo gak ada dia kayaknya aku gak akan bertahan buat diam di apartemen seharian ini,” ujar Cindy.Azfar tersenyum menanggapi Cindy.Dia lalu menatap Cindy lekat.“Ayo pacaran!” ucap Azfar spontan.“Hah?!!” pekik Cindy kaget.“Aku mau kamu jadi pacarku!” ucap Azfar memperjelas.“Aku tahu usia kita terlalu tua untuk mulai berpacaran, tapi aku ingin memulainya denganmu,” sambungnya.“Aku sudah menyukaimu sejak lama, aku yakin kamu tahu itu! Aku gak mau membuang-buang waktu lagi!” tambah Azfar.“Kamu mau kan jadi pacarku?” pertanyaan itu akhirnya terucap dari bibirnya setelah sekian lama.Cindy membeku di tempat, dia tidak tahu harus berkata apa. Ini adalah hal yang dia tunggu sejak lama, seharusnya mudah saja untuk dia berkata ‘iya’, tapi entah kenapa lidahnya terasa kelu kali ini.Azfar menyentil kening Cindy pelan.“Kok bengong?” tan
Azfar dan Cindy, sepasang manusia yang dimabuk asmara. Terlalu lama saling memendam rasa, membuat luapan perasaan itu tak dapat dibendung lagi kali ini.“Aku pulang dulu ya,” ucap Azfar sesaat setelah melepaskan ciuman Cindy yang cukup panas.Cindy mengangguk berat, dia tidak mungkin memaksa Azfar untuk menemaninya lagi malam ini. Terlebih, hubungan mereka baru saja dimulai.“Besok kita ketemu lagi,” ujar Azfar sambil mengusap pipi Cindy.“Thanks ya untuk hari ini,” ucap Cindy tulus.“Sama-sama Cin, kamu lekas membaik ya!” jawab Azfar.“Aku sudah baik-baik saja, besok aku mau masuk kerja,” ujar Cindy.“Kamu yakin?” tanya Azfar.“Yakin dong!” jawab Cindy.“Ya udah, besok aku jemput kamu ya,” ujar Azfar.Cindy mengangguk lagi.Setelah itu Azfar berpamitan dan pulang ke rumahnya.Kabar hubungan Azfar dan Cindy dengan cepat menyebar ke Mama dan Papanya, tentu saja ini ulah Alea.“Ehm! Ada yang senang nih kayaknya,” ucap Mama melihat Azfar yang memasuki rumah.“Apa sih Ma!” jawab Azfar sam
Akhir-akhir ini Rafif disibukan dengan berbagai pekerjaan.Dia sering pulang terlambat dan terkadang tidak pulang sama sekali.Sebagai CEO perusahaan, ini bukanlah hal yang asing. Makanya Alea harus selalu siap jika perhatian Rafif terbagi antara untuk dirinya dan pekerjaannya.Apalagi perusahaan Rafif yang sudah semakin besar dan memiliki cabang di berbagai Negara membuat Rafif harus sering melakukan perjalanan bisnis demi memastikan semuanya berjalan baik.Hari ini Rafif pulang ke rumah setelah seharian sibuk di kantornya. Dalam minggu ini dia tidak punya jadwal perjalanan, sehingga bisa memiliki banyak waktu untuk dihabiskan dengan Alea.“Mas, aku kayaknya pengen makan nasi padang!” ucap Alea begitu Rafif sampai dirumah.“Mama kamu kan punya restoran Padang, tinggal telepon aja,” jawab Rafif singkat.“Gak mau masakan Mama!” ujar Alea.“Terus?” tanya Rafif.“Pengen makan di Padang langsung!” sahut Alea.“Ya ampun Alea! Kok random banget sih?” tanya Rafif gemas.“Bawaan bayi mas! Ayo
Sepanjang perjalanan kembali ke Jakarta, Rafif dan Alea saling diam.Mereka sibuk dengan isi kepala masing-masing.Sampai akhirnya mereka tiba di rumah, Rafif langsung berganti pakaian dan berangkat ke kantor tanpa berpamitan pada Alea.Alea yang merasa lelah, membiarkan Rafif pergi begitu saja.Sementara Rafif langsung melanjutkan kesibukannya selama seharian penuh, tanpa mengabari Alea sebagaimana biasanya. Bukan tidak ingin, dia benar-benar tidak sempat.Jauh dalam lubuk hati Alea, dia menunggu Rafif menghubunginya untuk sekedar bertanya apakah dia sudah makan.Namun hingga sore tiba, satu pesanpun tidak muncul di ponsel Alea.Alea sempat berpikir, mungkin Rafif marah akibat sikap Alea di Padang kemarin.Alea juga tidak ingin membuat Rafif lelah, tapi dia juga tidak bisa memahami kenapa keinginannya seperti tidak ingin menerima penolakan sekalipun.Selain itu, mood nya akhir-akhir ini memang terasa kacau. Selain karena kehamilan yang sudah memasuki trimester akhir ditambah Rafif ya
Rafif kembali dalam dua hari sesuai dengan ucapannya, setelah memarkirkan mobilnya dia bergegas memasuki rumah dan mencari Alea.Saat tiba di kamar dia melihat Alea yang sedang fokus membaca sebuah buku dengan memakai headphone di kepalanya, sehingga tidak menyadari kedatangan Rafif.Rafif tersenyum melihat Alea.Dia menghampirinya dan melepaskan headphone Alea pelan.“Alea, aku rindu.”Alea menatap suaminya lekat. Terlihat wajah sayu disana, Alea tidak tahu tekanan seperti apa yang sedang dihadapi Rafif. Tapi dia mengerti, Rafif saat ini benar-benar sedang membutuhkannya.“Kamu sudah makan?” tanyanya lembut.Rafif menggeleng. Tubuhnya lebih kurus daripada dua hari yang lalu.“Kamu mandi dulu, aku siapin makan,” ujar Alea.“Makasih sayang,” ucap Rafif.Alea lalu beranjak ke dapur dan membuatkan Rafif makan malam.Setelah mandi Rafif turun dan makan bersama dengan Alea.“Bagaimana hasil pemeriksaan kemarin?” tanya Rafif.“Hasilnya baik,” jawab Alea. Dia lalu menjelaskan apa yang dikata
“Kak, apa aku boleh menangis?” tanya Alea pada Cindy.“Ada apa Alea?” tanya Cindy balik. Dia melihat Alea dengan penuh kekhawatiran.Alea lalu menceritakan semua yang terjadi di antara dirinya dan Rafif. Tentang perang dingin yang telah dimulai beberapa waktu lalu, tentang Rafif yang sibuk dengan pekerjaannya, sampai pada dugaan perselingkuhan Rafif.Alea menangis tersedu-sedu. Cindy mengambilkan segelas air putih dan membiarkan Alea meluapkan emosinya dulu sampai dia benar-benar tenang.Setelah sedikit mereda, Cindy memeluk Alea mencoba memberikan kekuatan untuk calon adik iparnya.“Kamu jangan terlalu cepat menyimpulkan, Rafif mungkin benar-benar sedang sibuk saat ini. Dia tidak akan sampai hati menyelingkuhi kamu, perjuangan dia untuk mendapatkanmu itu lebih dari sepuluh tahun,” ucap Cindy mencoba menenangkan.“Baik sepuluh tahun atau lima puluh tahun sekalipun, jika ada orang yang lebih memikat hatinya tetap akan terjadi kak,” jawab Alea.“Apalagi sejak perutku membesar aku tidak
Rafif berlari ke kamarnya begitu tiba di rumah.Dia mencari keberadaan Alea. Dia tahu Alea saat ini pasti sedang terluka dengan adanya kabar palsu tentang dirinya.Rafif tidak menemukan Alea di kamar, dia melihat lemari yang terbuka seiring dengan menghilangnya baju-baju miliknya Alea.Hatinya berkecamuk.Dia lalu berlari menghampiri bi Imas dan menggedor-gedor pintu kamar bi Imas.“Alea kemana bi?” tanyanya tak sabar sesaat setelah bi Imas membuka pintu.“Non Alea pulang ke rumah bapak dan ibu den,” ucap bi Imas dengan terus menunduk. Dia tidak berani menatap Rafif.Tanpa berpikir, Rafif langsung berlari ke mobilnya dan mengendarinya dengan kecepatan penuh menuju ke rumah mertuanya.Pikirannya benar-benar kacau, bagaimana pandangan mertuanya terhadapnya nanti?Tapi dia tidak akan menyerah begitu saja, dia tahu dia tidak bersalah.Rafif sampai di rumah mertuanya, dia menerobos masuk hendak mencari Alea.Tapi tiba-tiba saja Azfar mencekal langkahnya dan memberikan sebuah tinju keras te
Di ruang interogasi kantor kepolisian Bali, Rafif menyaksikan tersangka penyebar foto dirinya dengan Selena sedang melakukan pemeriksaan Polisi.Disana juga telah hadir Selena dan Alex kekasihnya.“Saya hanya orang suruhan pak!” ujar tersangka menggema di seluruh ruangan.“Siapa yang menyuruhmu?” tanya pak Polisi.Tersangka tersebut kebingungan, dia tidak berani menyebutkan nama orang yang memberinya perintah.“Cepat katakan!” bentak Polisi.“Jika kau tidak mengatakannya, maka hukumanmu akan lebih berat! Sementara orang yang menyuruhmu sedang menghirup udara bebas diluar sana, apa kau ikhlas menerimanya?” sambung pak Polisi.Tersangka gelisah, dia memikirkan bagaimana jika dirinya mendekam dibalik jeruji, sementara bosnya masih hidup dengan tenang diluar sana.Dengan suara lemah dia menyebutkan sebuah nama.“Dia Edward.”Mendengar nama yang disebut, Selena terkejut.“Hah?” Selena menangkup wajah dengan kedua tangannya.Selena tahu siapa Edward. Seketika dia bergetar ketakutan.“Ada ap
“Alea…” panggil Rafif begitu tiba di kamar hotel.“Kakak Zayn ayo mandi, habis ini kita pulang!” ujar Alea pada Zayn tanpa menghiraukan panggilan Rafif.“Alea!” suara Rafif mulai meninggi.“Hhhh..” Alea menghela napas berat.“Nanti aja. Aku mau mandikan Zayn!” ujarnya kemudian.Rafif terdiam di ujung tempat tidur hotel. Pikirannya tak tentu arah. Dia tahu dia telah bersalah pada Alea semalam. Sebetulnya mudah saja bagi Rafif untuk berkata jujur. Namun entah kenapa satu sisi hatinya masih terasa berat.Terlebih lagi, semalam dia terlanjur berbohong pada Alea bahwa yang ditemuinya adalah Mario bukan Melissa.Rafif juga bingung sebab mood Alea selalu berubah drastis setiap dia mengandung. Jadi jika dia tidak berhati-hati, bisa dipastikan keributan akan terjadi di antara mereka.Di sisi lain, Alea juga menunggu apakah Rafif akan menjelaskannya lebih dulu? Atau dia akan tetap diam sampai Alea mulai bertanya?Jika Rafif berani mengatakannya lebih dulu maka Alea akan segera memaafkannya, nam
Jam 23.30 malam..Alea menunggu kedatangan Rafif di kamarnya. Sudah satu setengah jam sejak acara selesai, namun suaminya belum juga tiba di kamar.Alea mencoba menghubunginya berkali-kali namun tidak ada jawaban.“Kemana sih, sudah selarut ini belum juga sampai di kamar?” gumam Alea menatap layar ponselnya.Karena tidak ada jawaban, Alea pun memutuskan untuk menghubungi Azfar dan menanyakan keberadaan Rafif.“Halo kak, kalian masih di ballroom kah?” tanya Alea saat Azfar menjawab teleponnya.“Aku sudah kembali, kenapa?” tanya Azfar.“Mas Rafif kok belum datang?” tanya Alea lagi.“Bukannya Rafif sudah kembali lebih dulu? Tadi aku tidak melihatnya di ballroom.” Jawab Azfar.“Sampai sekarang dia belum kembali kak,” ujar Alea.“Oh! Tadi aku lihat dia ngobrol sama cewek sih. Aku kira habis itu dia kembali,” ujar Azfar polos.“Cewek?” tanya alea dengan nada meninggi karena sedikit terkejut.“Mungkin jurnalis, Al! Jangan terburu-buru menyimpulkan,” sahut Azfar yang merasa bersalah mengataka
“Kenapa kamu disini?” tanya Rafif dengan suara sedikit bergetar.Dadanya tiba-tiba bergemuruh dan seketika melupakan keadaan sekitar, pandangan dan pikirannya terfokus pada sosok wanita cantik di depan matanya.Dia adalah Melissa. Kepingan puzzle milik Rafif yang telah menghilang lama.Meskipun kini Rafif telah menikah dengan cinta pertamanya, Alea. Bukan berarti masa lalu Rafif tanpa wanita. Apalagi Rafif juga pria normal, dia tetap tumbuh layaknya remaja menuju dewasa seperti orang lain.Ya, bukan Yesika melainkan Melissa. Seseorang yang pernah mengisi hati Rafif saat berkuliah di London.***Saat itu Rafif pertama kali bertemu Melissa di kelas yang sama, karena sama-sama berasal dari Indonesia, mereka cukup cepat mengakrabkan diri.Satu tahun berteman, hubungan Rafif dan Melissa sangat dekat. Mereka akhirnya memutuskan untuk memulai hubungan asmara.Kala itu Rafif sedang bersiap untuk menyusun skripsi, dia sudah melupakan sosok Alea yang dia anggap sebagai adik.Karena jauh dari ke
Beberapa bulan kemudian..Cindy sudah semakin terbiasa dengan kehamilannya, dia juga aktif kembali sebagai dokter spesialis kandungan. Selain memastikan kehamilannya aman, dia juga selalu memastikan kandungan setiap pasiennya aman.Begitu juga dengan Alea, di kehamilan ketiganya ini dia memilih untuk lebih banyak diam di rumah. Sekalipun keadaan memaksanya keluar rumah, dia akan menunggu sampai Rafif bisa menemaninya.Bukan apa, Alea masih cukup trauma atas kejadian beberapa tahun lalu saat hamil anak keduanya. Mengalami penculikan sampai harus merasakan kehilangan anak adalah hal yang sangat menyedihkan.Kali ini, dia tidak akan membiarkan sesuatu terjadi. Karenanya, dia memilih untuk menjalani keseharian di rumah. Jika merasa bosan, maka saatnya dia memanggil seluruh anggota keluarganya untuk datang.Sementara itu Rafif dan Azfar disibukan dengan pekerjaan mereka, kebetulan beberapa bulan terakhir Rafif berhasil mengembangkan kembali bisnis barunya yaitu sebuah aplikasi yang berhubu
“Apakah program mereka tidak berhasil?” gumam Alea.“Kenapa sayang?” tanya Rafif yang tiba-tiba berdiri disamping Alea.“Mas, menurut kamu kak Azfar dan kak Cindy kenapa ya?” tanya Alea.Rafif memperhatikan Azfar dan Cindy sejenak, “mereka lagi lelah aja paling?” ujar Rafif.Alea mengangkat bahu tak mengerti. Namun hatinya berharap semoga apa yang dia khawatirkan tidak terjadi.“Ayo semuanya mendekat!” ujar papa.Lalu semua orang mendekat mengelilingi mama dan papa yang berdiri di tempat yang telah disiapkan di halaman rumah.Disana terdapat sebuah kue tart besar dan beberapa kado. Halaman rumah di hias dengan tema warna putih, serasi dengan pakaian yang dikenakan mama dan papa serta semua yang hadir.Mama mengenakan gaun warna putih panjang lengkap dengan veil warna serupa, papa memakai satu set jas putih senada, mereka benar-benar seperti pengantin.Di belakang mama dan papa ada sebuah layar yang sengaja dipasang untuk menampilkan rangkuman foto-foto sejak mama dan papa pertama kali
Setelah mempertimbangkan banyak hal, Azfar dan Cindy akhirnya memutuskan untuk memulai kembali perjuangan mereka untuk mendapatkan buah hati.Butuh kesiapan mental, fisik dan materi untuk memulai perjalanan panjang ini.Mereka mulai dengan kembali memeriksakan kesehatan organ mereka ke dokter kandungan, yang bernama Leo. Dia adalah teman seperjuangan Cindy dan bekerja di rumah sakit yang sama dengan mereka.“Akhirnya kalian kembali!” ujar Leo.Sebelumnya, Cindy dan Azfar juga sempat memeriksakan kondisi mereka satu tahun lalu. Namun karena kesibukan Cindy dan Azfar, mereka memutuskan untuk menunda dulu program hamil yang harus dilakukan.“Apa kalian udah siap sekarang?” tanya Leo.“Untuk saat ini, aku jauh lebih siap!” ujar Cindy.“Oke, kita mulai lagi dari awal ya?” Leo kemudian kembali menjelaskan prosedur untuk melakukan program Hamill.Cindy tentu sangat memahami langkah demi langkah untuk melakukan program hamil, tapi bagaimanapun dia tetap butuh dokter lain untuk membantunya mem
Selama perjalanan pulang dari Bandung menuju Jakarta, Cindy lebih banyak terdiam dan merenung.Dia memikirkan semua nasehat nenek padanya, hal yang ketika diucapkan sangat bisa membuatnya tenang. Namun ketika dia kembali pada kenyataan, rasanya sulit sekali untuk menemukan kebahagiaan.Rumah tangga tanpa anak, memang bukan satu-satunya sumber kebahagiaan. Namun, akan lebih sempurna kebahagiaan itu ketika hadir seorang malaikat kecil di antara mereka.Hal inilah yang sampai saat ini masih diusahakan Cindy dan Azfar selama dua tahun lebih pernikahannya.“Kamu kenapa?” tanya Azfar yang melihat Cindy hanya melamun dan menatap ke arah luar jendela.“Gak apa-apa!” jawab Cindy singkat.Mereka, bukan tidak berusaha. Mengingat mereka lebih paham tentang situasi mereka karena profesinya sebagai dokter. Namun, apapun yang mereka usahakan akan tetap sia-sia ketika Tuhan belum mengizinkan.”Apa selama di Bandung, ada hal yang menyinggungmu?” tanya Azfar pelan.“Hmm gak ada kok!” jawab Cindy.“Teru
Hari ini, Alea dan Rafif berencana untuk menghabiskan waktu bersama keluarga di Bandung, sebelum mereka kembali ke Jakarta.Selama sehari penuh mereka semua berkumpul di rumah nenek, makan masakan nenek, bermain bersama para sepupu dan bercerita tentang masa lalu.Semua terlihat sangat menikmati momen kebersamaan itu.Papa sebetulnya hanya anak tunggal, tetapi semasa kakek Abdul hidup, beliau sempat mengadopsi anak perempuan dari keluarga nenek yang mereka beri nama Ayu.Saat ini, tante Ayu lah yang tinggal bersama nenek di rumah ini, sehingga nenek tidak pernah kesepian.Beberapa kali papa juga mengajak nenek untuk tinggal bersama di Jakarta, namun nenek bersikeras untuk tetap tinggal di Bandung.Katanya, rumah ini penuh dengan kenangan semasa hidup bersama kakek Abdul. Dan hanya saat tinggal disini, nenek merasa kakek Abdul masih ada bersama mereka.“Kak, kenapa bengong?” tanya Alea pada Cindy yang terlihat sedang memandang kosong ke arah Zayn dan Nizam putra bungsu tante Ayu yang s
Alea dan Rafif duduk di ujung tempat tidur sambil menikmati pemandangan malam kota Bandung dari kaca jendela besar kamar mereka yang berada di lantai 22.Tubuh mereka masih sama-sama polos setelah selesai saling memanjakan.Tangan Rafif merangkul bahu Alea dengan kepala yang saling menopang. Mereka mulai mengenang masa lalu mereka tentang kota ini.Bandung, merupakan kota kelahiran dua anak manusia yang sekarang saling mencintai ini. Mereka di takdirkan bertemu karena pertemanan kakek mereka yang berlangsung begitu lama.Kelahiran Rafif di keluarga Hadiwinata adalah hal yang membahagiakan, sebab ayah dan bunda terbilang cukup lama menanti kehadiran buah hati.Empat tahun berselang, Alea lahir di keluarga Haris.Kelahiran Alea disambut bahagia oleh dua keluarga, sebab kakek Hadiwinata dan kakek Abdul Haris telah berniat untuk menjodohkan cucu mereka kelak agar persahabatan mereka tidak terputus dan berlanjut sampai anak keturunannya.“Kalau dipikir-pikir, ternyata aku sudah jatuh cinta