Kejadian tentang keributan bersama Indri dan Yesi, membuat Rafif lebih protektif terhadap Alea. Dia tidak membebaskan Alea untuk pergi keluar tanpa ditemani olehnya.Hari-hari yang berlalu tidak serta merta membuat keadaan menjadi lebih kondusif, sebaliknya banyak sekali oknum-oknum yang memanfaatkan kesempatan untuk menjatuhkan nama Rafif.Power Yesi di dunia entertain memang tidak bisa diremehkan, meskipun Rafif sudah memblokir sebagian dari pintu rezeki Yesi, dia masih tetap bisa eksis di dunia hiburan karena dukungan para penggemarnya.Hal itulah yang dikhawatirkan Rafif terhadap Alea, jika dia membiarkan Alea pergi ditakutkan banyak penggemar Yesi yang akan berusaha menyerang istrinya.Disela-sela mengingat tentang kejadian beberapa hari lalu, Rafif baru menyadari kalau dia masih memiliki hutang budi pada bu Wulan yang telah membantunya.“Sayang, besok kita main ke rumah bu Wulan ya,” ujar Rafif saat bersiap untuk berangkat kerja.“Boleh mas,” jawab Alea.“Kita harus siapin apa b
Seiring dengan berlalunya waktu, hari-hari Alea dan Rafif kembali tenang seperti semula.Tanpa terasa, kehamilan Alea sudah menginjak usia 6 bulan, mereka lantas mempersiapkan segala keperluan untuk menyambut kelahiran bayi mereka.Dengan ditemani Mama, Alea dan Rafif berkeliling mall untuk berbelanja perlengkapan bayi, mulai dari popok, baju-baju bayi hingga stroller. Semuanya benar-benar dipersiapkan dengan baik oleh Alea dan Rafif.“Aku udah capek, Ma,” ujar Alea.“Ayo istirahat dulu,” jawab Mama.“Kita ke resto aja yuk, sekalian makan siang,” ucap Rafif.Mereka lalu makan siang di restoran ala jepang. Alea memesan sebuah sushi dan takoyaki kesukaannya, sementara Rafif memesan ramen.Alea makan dengan lahap seperti biasa, tapi Rafif tiba-tiba merasakan mual saat suapan pertama masuk ke mulutnya.“Kamu kenapa mas?” tanya Alea.“Gak tahu, Al. Rasanya aku tidak sanggup mencium aroma ramen ini,” jawab Rafif.Alea lalu mengambil mangkuk ramen milik Rafif dan memeriksanya. Dia tidak akan
Dengan langkah gontai Azfar memasuki kantornya di Rumah Sakit. Semalaman dia tak bisa tidur, Azfar merenungkan apa yang disampaikan oleh Alea dan Rafif.Jauh dalam lubuk hatinya dia masih berharap Cindy membalas perasaannya.Saat terhanyut dalam lamunannya, tiba-tiba saja pintu kantornya diketuk dari luar. Dia bergegas membukanya.“Dok, dokter Cindy kecelakaan!” ujar Siska, perawat yang biasa menjadi asistennya.“Apa?!” pekik Azfar kaget.“Iya dok, sekarang sedang ditangani di IGD,” jawab Siska.“Oke, makasih informasinya!” ucap Azfar lalu berlari menuju IGD.Sepanjang perjalannya menuju IGD dalam hatinya Azfar terus berdo’a, “semoga kamu baik-baik saja Cin!”Sesampainya di IGD dia kelabakan mencari keberadaan Cindy. Setelah bertanya ke beberapa perawat, akhirnya Azfar menemukan Cindy.Cindy sedang diberi penanganan oleh dokter umum, pelipisnya terluka dan memerlukan beberapa jahitan. Beruntung, luka Cindy tidak terlalu dalam sehingga dia masih sadarkan diri.“Apa yang terjadi?” tanya
Dengan kecepatan penuh mobil Azfar melaju menuju apartemen Cindy.Sesampainya disana dia segera menekan bel apartemen. Dia harus menunggu bebrapa menit sampai akhirnya Cindy membukakan pintu.“Are you okay?” tanya Azfar.Cindy menggeleng, wajahnya pucat dan tubuhnya lemas sehingga dia oleng ke arah Azfar.Azfar segera menangkapnya dan memapahnya masuk ke kamar Cindy, lalu membaringkannya di tempat tidur. Dia menyentuh kening Cindy, “panas sekali,” ujarnya.Azfar lalu bergegas mengambil peralatan medis di rumah Cindy, dia memasangkan infus agar bisa memberikan tenaga tambahan untuk Cindy.Dia juga mengambil handuk kecil dan air dingin, dia mengompres kening Cindy dengan memastikan balutan luka di pelipis Cindy tidak terkena air.“Kan aku sudah bilang, telepon aku kalau kamu butuh bantuan! Kenapa harus menungguku menghubungimu?” cecar Azfar.Cindy hanya tersenyum lemas.“Tidurlah, aku akan menemanimu disini,” ujarnya.“Makasih,” ucap Cindy dengan suara serak.“Sshh!” desis Azfar sambil
“Bagaimana keadaanmu?” tanya Azfar pada Cindy selepas Alea dan Rafif pergi.“Udah baik-baik aja kok!” Jawab Cindy.“Thanks yaa, udah datengin Alea kesini. Kalo gak ada dia kayaknya aku gak akan bertahan buat diam di apartemen seharian ini,” ujar Cindy.Azfar tersenyum menanggapi Cindy.Dia lalu menatap Cindy lekat.“Ayo pacaran!” ucap Azfar spontan.“Hah?!!” pekik Cindy kaget.“Aku mau kamu jadi pacarku!” ucap Azfar memperjelas.“Aku tahu usia kita terlalu tua untuk mulai berpacaran, tapi aku ingin memulainya denganmu,” sambungnya.“Aku sudah menyukaimu sejak lama, aku yakin kamu tahu itu! Aku gak mau membuang-buang waktu lagi!” tambah Azfar.“Kamu mau kan jadi pacarku?” pertanyaan itu akhirnya terucap dari bibirnya setelah sekian lama.Cindy membeku di tempat, dia tidak tahu harus berkata apa. Ini adalah hal yang dia tunggu sejak lama, seharusnya mudah saja untuk dia berkata ‘iya’, tapi entah kenapa lidahnya terasa kelu kali ini.Azfar menyentil kening Cindy pelan.“Kok bengong?” tan
Azfar dan Cindy, sepasang manusia yang dimabuk asmara. Terlalu lama saling memendam rasa, membuat luapan perasaan itu tak dapat dibendung lagi kali ini.“Aku pulang dulu ya,” ucap Azfar sesaat setelah melepaskan ciuman Cindy yang cukup panas.Cindy mengangguk berat, dia tidak mungkin memaksa Azfar untuk menemaninya lagi malam ini. Terlebih, hubungan mereka baru saja dimulai.“Besok kita ketemu lagi,” ujar Azfar sambil mengusap pipi Cindy.“Thanks ya untuk hari ini,” ucap Cindy tulus.“Sama-sama Cin, kamu lekas membaik ya!” jawab Azfar.“Aku sudah baik-baik saja, besok aku mau masuk kerja,” ujar Cindy.“Kamu yakin?” tanya Azfar.“Yakin dong!” jawab Cindy.“Ya udah, besok aku jemput kamu ya,” ujar Azfar.Cindy mengangguk lagi.Setelah itu Azfar berpamitan dan pulang ke rumahnya.Kabar hubungan Azfar dan Cindy dengan cepat menyebar ke Mama dan Papanya, tentu saja ini ulah Alea.“Ehm! Ada yang senang nih kayaknya,” ucap Mama melihat Azfar yang memasuki rumah.“Apa sih Ma!” jawab Azfar sam
Akhir-akhir ini Rafif disibukan dengan berbagai pekerjaan.Dia sering pulang terlambat dan terkadang tidak pulang sama sekali.Sebagai CEO perusahaan, ini bukanlah hal yang asing. Makanya Alea harus selalu siap jika perhatian Rafif terbagi antara untuk dirinya dan pekerjaannya.Apalagi perusahaan Rafif yang sudah semakin besar dan memiliki cabang di berbagai Negara membuat Rafif harus sering melakukan perjalanan bisnis demi memastikan semuanya berjalan baik.Hari ini Rafif pulang ke rumah setelah seharian sibuk di kantornya. Dalam minggu ini dia tidak punya jadwal perjalanan, sehingga bisa memiliki banyak waktu untuk dihabiskan dengan Alea.“Mas, aku kayaknya pengen makan nasi padang!” ucap Alea begitu Rafif sampai dirumah.“Mama kamu kan punya restoran Padang, tinggal telepon aja,” jawab Rafif singkat.“Gak mau masakan Mama!” ujar Alea.“Terus?” tanya Rafif.“Pengen makan di Padang langsung!” sahut Alea.“Ya ampun Alea! Kok random banget sih?” tanya Rafif gemas.“Bawaan bayi mas! Ayo
Sepanjang perjalanan kembali ke Jakarta, Rafif dan Alea saling diam.Mereka sibuk dengan isi kepala masing-masing.Sampai akhirnya mereka tiba di rumah, Rafif langsung berganti pakaian dan berangkat ke kantor tanpa berpamitan pada Alea.Alea yang merasa lelah, membiarkan Rafif pergi begitu saja.Sementara Rafif langsung melanjutkan kesibukannya selama seharian penuh, tanpa mengabari Alea sebagaimana biasanya. Bukan tidak ingin, dia benar-benar tidak sempat.Jauh dalam lubuk hati Alea, dia menunggu Rafif menghubunginya untuk sekedar bertanya apakah dia sudah makan.Namun hingga sore tiba, satu pesanpun tidak muncul di ponsel Alea.Alea sempat berpikir, mungkin Rafif marah akibat sikap Alea di Padang kemarin.Alea juga tidak ingin membuat Rafif lelah, tapi dia juga tidak bisa memahami kenapa keinginannya seperti tidak ingin menerima penolakan sekalipun.Selain itu, mood nya akhir-akhir ini memang terasa kacau. Selain karena kehamilan yang sudah memasuki trimester akhir ditambah Rafif ya
Setelah mendengar kabar dari ayah Rafif, Tomi bergegas menurunkan pasukan untuk segera mengusut insiden yang terjadi di aula pernikahan Azfar dan Cindy yang menimpa Rafif sampai mengharuskannya mendapat luka di kepala.Tomi menghubungi beberapa pihak, termasuk detektif bayaran yang biasa Rafif pakai jasanya yang bernama Wira.Wira tentu tidak bekerja sendiri, dia memiliki kaki tangan untuk membantunya memecahkan setiap kasus yang datang padanya.Selain itu, Tomi juga datang ke lokasi kejadian. Dia terbang ke Surabaya segera setelah dia baru saja kembali dari Singapura.Tomi bersama dengan Wira mengecek cctv di seluruh penjuru aula.“Sejauh ini gak ada yang aneh,” ujar petugas yang membukakan akses monitor rekaman cctv.“Stop!” kata Tomi.“Tolong putar yang ini,” ujar Tomi sambil menunjuk ke layar.Petugas lalu membukanya untuk Tomi, dalam tangkapan kamera terlihat Alea yang sedang asyik mengambil makanan bertabrakan dengan seorang pria. Lalu Tomi mengawasi gerak-gerik Alea yang mengik
“Alea, Alea!” suara Rafif kian melemah, sampai akhirnya dia tidak sadarkan diri.Akibat benturan keras, Rafif kehilangan banyak darah di kepalanya.Disisa-sisa kesadarannya dia hanya memanggil nama Alea.Alea hanya melihat dari kejauhan saat ambulan datang membawa Rafif pergi. Dalam hatinya ingin sekali rasanya ikut dalam mobil tersebut dan menemani suaminya.Tetapi karena ada Zayn dan kehamilan yang baru saja dia ketahui pagi tadi membuatnya lemas dan kehilangan tenaganya, bahkan hanya untuk sekedar berdiri.Papa menggendong tubuh Alea ke kamar hotel, agar lebih aman.Sementara Cindy masih memperhatikan keadaan di aula pernikahannya, berharap mendapatkan petunjuk.Keadaan di aula pernikahan sangat kacau. Tidak ada yang mengetahui apa yang terjadi.Yang jelas, Azfar telah meminta bantuan dari berbagai pihak untuk mengusut tuntas mengapa kecelakaan ini bisa terjadi.Selain itu, ayah Rafif juga telah mengerahkan pasukannya untuk menyelidiki kejadian tadi dan jika sampai terjadi kesengaj
Pukul 10 pagi semua orang telah berkumpul di aula pernikahan Azfar dan Cindy.Akad nikah dihadiri oleh keluarga besar Cindy, keluarga Azfar dan beberapa kerabat dekat termasuk teman-teman sesama dokter.Acara berjalan lancar dan khidmat, kini Azfar dan Cindy telah resmi menjadi sepasang suami istri. Semua orang sangat bahagia, tidak terkecuali Alea dan Rafif.Setelah Ijab Kabul, semuanya beristirahat sejenak, kemudian nanti bersiap kembali, berganti pakaian dan lanjut resepsi pada pukul 2 siang.“Akhirnya kakak sudah resmi menjadi suami kak Cindy. Selamat ya!” ucap Alea saat mereka berada di ruang ganti. Disana telah ada Alea, Rafif, Azfar, Cindy, mama dan bunda.“Makasih adikku sayang,” jawab Azfar lalu memeluk Alea.“Sabar-sabar ya kak menghadapi kak Azfar yang annoying,” ujar Alea pada Cindy.Cindy tertawa dengan ucapan Alea. Sementara Azfar mencubit pipi Alea karena kesal.“Aduh-duh, Sakit kak!” pekik Alea.“Kamu ini memperlakukan Alea kayak anak kecil terus,” ujar mama.“Memang
Alea berdiri di depan kamar 2001, tempat Rafif menginap. Dia langsung membuka pintu dengan kartu akses yang dimilikinya.Kamar ini gelap karena tirai yang masih tertutup rapat dan lampu yang padam.Setelah menutup pintu kembali, Alea menyusuri kamar dengan mengendap-ngendap. Dia melihat Rafif tertidur pulas dengan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya, hanya menyisakan kepalanya saja.Dalam gelap Alea berjalan mendekati jendela dan membuka tirainya sedikit. Membiarkan cahaya masuk ke dalam kamar.Setelah bisa melihat dengan jelas, Alea baru menghampiri Rafif dan berbaring di sampingnya.Alea menciumi wajah suaminya yang masih tertidur.Karena merasa terganggu, Rafif membuka matanya dan mendapati istrinya telah berada dihadapannya.Dengan kesadaran penuh dia menarik Alea dan menindihnya, lalu mengurungnya dengan kedua tangannya.“Mas!” pekik Alea kaget.Rafif mencium bibir Alea tanpa basa-basi, dia tidak membiarkan Alea untuk berontak.Alea merasa sesak karena kehabisan oksigen, akiba
Enam bulan akhirnya berlalu. Hari pernikahan Azfar dan Cindy hanya tinggal menghitung hari.Alea tengah mempersiapkan segala hal untuk dibawa ke Surabaya.“Alea, kamu lagi repot gak? Temani aku untuk ambil baju pengantin yuk!” ajak Cindy di sebrang telepon.“Eh enggak kok kak, aku cuma lagi siap-siapin semua keperluan untuk dibawa ke Surabaya. Mau ambil baju jam berapa?” tanya Alea.“Sebentar lagi mungkin, aku jemput kamu ya!” jawab Cindy.“Tapi kita tunggu mama sampai dulu, baru berangkat ya kak,” ujar Alea.“Oke.” Jawab Cindy.Mama datang saat Alea dan Cindy sudah siap untuk pergi, mama selalu datang untuk menjaga Zayn saat Alea perlu pergi keluar sesekali.“Kita pergi dulu ya ma!” pamit Alea dan Cindy.“Kalian hati-hati!” ucap mama mewanti-wanti.“Siap ma,” jawab Alea.Mereka lalu beranjak pergi menuju butik pilihan Cindy demi mengambil baju pengantin pesanannya.“Wah! Cantik banget kak!” puji Alea saat tirai penutup ruang pass dibuka. Cindy terlihat cantik dengan baju pengantin pi
Setelah pertemuan dengan orang tua Cindy, Azfar membawa kabar baik itu untuk disampaikan pada mama dan papa.Mama dan papa tentu saja menyambut dengan baik apa yang disampaikan Azfar. Mereka cukup sedih saat mengetahui hubungan Azfar dan Cindy merenggang, karena mereka sudah sangat menyukai Cindy sebagai calon menantunya,“Apa kamu sudah benar-benar yakin?” tanya papa.“Azfar yakin sekali pa,” jawab Azfar."Apa orang tua Cindy tidak meminta syarat-syarat tertentu?” tanya mama.“Beliau hanya bilang kalau pernikahan harus di adakan di Surabaya, sebab seluruh keluarga Cindy ada disana,” jelas Azfar.“Kapan kira-kira pernikahan dilaksanakan?” tanya mama.“Mungkin lusa aku mau ajak mama dan papa bertemu dengan orang tua Cindy, untuk menentukan waktu yang tepat,” jawab Azfar.Dalam dua hari pertemuan yang direncanakan Azfar akhirnya terjadi.Mama, papa dan Azfar bertemu dengan Cindy, ibu dan bapak di sebuah restoran.“Maaf pak, bu, kami tidak bisa menyambut kalian dengan baik di rumah kami
Mendengar semua perkataan Azfar, tidak serta merta membuat Cindy tenang.Dia terlanjur berkata pada orang tuanya bahwa dia tidak akan menikahi Azfar maupun Ridwan, karena dia merasa malu dengan sikap bapak.Jauh dalam hatinya, Cindy menyesal pernah berkata demikian.Dalam hal ini Cindy memutuskan untuk berhenti sejenak dari hubungannya dengan Azfar, demi meyakinkan segala perasaannya dan memantapkan hatinya.“Aku pengen kita break dulu sebentar, aku butuh waktu untuk membuat semuanya tenang,” ucap Cindy.“Aku akan menunggumu.” Jawab Azfar.“Berapa lama kamu sanggup menungguku?” tanya Cindy.“Sampai kamu tidak layak lagi untuk aku tunggu,” jawab Azfar.“Maksud kamu?” tanya Cindy.“Jangan terlalu lama, atau aku akan menyerah,” ujar Azfar.Cindy terdiam mencoba mencerna apa maksud dari perkataan Azfar.“Akan aku usahakan.” Ujar Cindy.Mereka mengakhiri pertemuan di café sore itu. Sesuai dengan permintaan Cindy, hubungan mereka harus di akhiri sementara waktu. Demi memastikan semuanya ter
Azfar sampai di rumahnya setelah perjalanan yang cukup melelahkan hatinya.“Loh, kamu sudah pulang?” tanya mama heran.“Sudah ma,” jawab Azfar singkat.“Gimana hasilnya?” tanya mama lagi.“Aku istirahat dulu ya ma, nanti aku jelasin,” jawab Azfar.Mama langsung tahu kalau anaknya sedang tidak baik-baik saja, hanya dengan melihat raut wajahnya. Tetapi mama memilih untuk membiarkan Azfar tenang lebih dulu.Azfar kemudian mandi dan merebahkan diri di kasur kesayangannya, dia membuka ponselnya dan terdapat beberapa panggilan tak terjawab dari Cindy.Azfar menghubungi Cindy kembali.“Halo,” ucap Cindy saat panggilannya tersambung.“Kamu kemana sih? Kok gak ada kabar?” lanjut Cindy dengan nada panik.“Aku sudah kembali ke Jakarta,” jawab Azfar singkat.“Secepat ini? Kenapa kamu ninggalin aku sendirian?” tanya Cindy.“Bukankah kamu senang dengan calon pilihan bapakmu?” tanya Azfar.“Apa? Kenapa kamu bilang seperti itu?” Cindy malah bertanya balik.“Aku melihatmu tersenyum sangat cantik saat
Cindy menangis melihat kenyataan di depan mata.Disaat dia berhasil memantapkan hati untuk memulai bahtera rumah tangga, ujian datang dari orang tuanya yang tidak memberikan restu untuk dirinya dan Azfar.“Kenapa sih bu?” tanyanya pada ibu yang menemaninya di kamar.“Maafkan ibu nduk, ini semua keputusan bapak,” jawab ibu.“Tapi Cindy sudah punya pilihan sendiri bu,” ucap Cindy lirih.“Pilihan bapak sudah pasti yang terbaik,” ujar bapak yang tiba-tiba berdiri di ambang pintu.“Terbaik buat siapa? Buat bapak?” tanya Cindy marah.“Dia pejabat di kota kita. Berbeda sama temanmu, paling dia hanya dokter biasa seperti kamu kan?” bapak membandingkan Azfar dengan calon pilihannya.“Bapak gak tahu apa-apa tentang dia!” ucap Cindy marah.“Bapak gak perlu tahu! Bapak cuma pengen kamu menuruti keinginan bapak,” ujar bapak.“Gak! Aku gak mau!” tolak Cindy dengan tegas.“Nduk, tidak baik bicara seperti itu pada bapakmu!” ucap ibu menyela.“Selama ini kamu tidak pernah menggubris apa kata bapak dan