Share

Bab 17

Suara Tanaya terdengar lembut. Dia jelas-jelas tampak patuh, tetapi dia seperti sedang memprovokasi Henry.

Henry memicingkan mata. Mata hitamnya tampak mengintimidasi.

Wanita ini benar-benar minta dihajar.

Apa saja yang telah Keluarga Mauel ajarkan padanya?!

"Jauhi Raphael," peringat Henry dengan nada dingin. Dia menarik dasinya dengan ekspresi jengkel.

Tanaya menilai ekspresi Henry, lalu dia mengedipkan matanya sebelum bertanya, "Kenapa?"

Henry mendengus. Dia tidak berniat untuk menjelaskannya. Tatapannya menjadi makin tajam.

Tanaya tidak merasa takut.

Dia mencondongkan tubuh hingga wajahnya yang putih berjarak beberapa milimeter dari wajah Henry. Lalu dia berkata dengan pelan, "Apakah kamu cemburu, Henry?"

Tubuh Henry menegang. Dia bisa mencium aroma Tanaya dengan jelas.

Ketika ucapan Tanaya terlontar, tatapan Henry menjadi makin gelap. Dia sontak menarik Tanaya ke atas pahanya.

Tangan Henry yang lain mencengkeram pinggang Tanaya, menekan wanita itu ke dalam pelukannya. Sedangkan tangannya yang lain mencubit dagu Tanaya lalu dia membungkam bibir Tanaya.

Ketika bibir mereka yang basah, lembut dan dingin saling bersentuhan, Tanaya tertegun.

Sebelum dia bereaksi, Henry membuka paksa bibir Tanaya, kemudian menjelajahi mulut wanita itu.

Pikiran Tanaya menjadi kosong. Tubuhnya menjadi kaku, pinggangnya lurus.

Gaun hitam Tanaya yang mewah terlalu panjang sehingga menumpuk dan ditekan di bawah. Karena tidak sempat merapikan gaunnya, kain bagian dada Tanaya merosot ke bawah, memperlihatkan pemandangan yang menggoda.

Ciuman Henry panas dan liar, seperti api yang akan membakar Tanaya, juga seperti hujan yang membasahi jiwa Tanaya.

Tak lama kemudian, Henry menurunkan sandaran jok dengan satu tangan, kemudian memutar posisi mereka. Dia menindih Tanaya.

"Hen ...."

Tanaya tersadar. Pikirannya terputus-putus. Dia ingin berbicara, tetapi Henry menyela dengan suara serak. "Nyalimu benar-benar besar."

Apakah Tanaya berpikir bahwa mempermainkannya sangat asyik?

Ciuman Henry berlabuh di leher Tanaya lalu turun perlahan. Tenggorokan Tanaya tercekat. Dia mencoba untuk menghindar. Suaranya terdengar menahan isakan. "Bukan ... bukan itu maksudku ...."

"Benarkah?"

Henry bertanya tanpa menghentikan gerakan tangannya. Tangannya masuk ke balik gaun Tanaya. Membelai kulit lembut wanita itu lalu tiba-tiba berhenti.

Sekujur badan Tanaya gemetar. Ekor matanya melengkung, tampak kasihan sekaligus menggoda.

"Mak ... maksudku ...."

Tanaya merasa tidak berdaya karena tidak bisa menjelaskannya.

Hiks, Henry tidak seperti ini di kehidupan lampau.

Pria itu jelas-jelas tipe pria yang dingin di luar, panas di dalam yang sangat mengendalikan diri.

"Benarkah?" Henry mencium telinga wanita itu. Semua kendalinya runtuh di bawah godaan Tanaya.

Napas hangat yang menerpa telinganya membuat Tanaya merasa geli dan ingin menghindar. Tubuhnya lemas di bawah sentuhan Henry.

"Maksudku apakah kamu dan Raphael saling menyukai? Maaf, aku seharusnya nggak terlibat dalam hubungan kalian."

"Aku nggak akan melakukannya lagi. Aku nggak berani lagi. Aku pasti akan menjauhi Raphael. Aku dan dia hanya teman."

Pikiran Tanaya sangat kacau. Sekujur tubuhnya panas. Saat ini dia hanya ingin lari sehingga dia tidak tahu apa saja yang sedang dia bicarakan.

Gerakan Henry spontan berhenti. Lalu dia tersenyum saking marahnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status