Share

Bab 19

Henry tertegun beberapa detik. Dia menatap wanita itu, jakunnya naik turun.

Tatapan Tanaya tampak serius sekaligus lembut ketika memandang Henry. Harapannya itu seolah tulus dari hatinya.

Henry tidak bisa menjelaskan perasaannya. Biarpun dia tahu bahwa semua ini palsu, hatinya tetap merasa hangat tanpa bisa dikendalikan.

Dia mencibir lalu berkata dengan nada dingin, "Jangan pikir aku akan termakan trik itu."

Mendengar ucapan itu, Tanaya hanya tersenyum tanpa menjelaskan apa-apa. Dalam hati dia berpikir dengan menyesal, 'Nggak termakan ya ....'

...

"Apakah kamu tahu kalau kita tertangkap kamera ketika masuk dan keluar hotel bersama?"

Sesaat kemudian, Tanaya tiba-tiba teringat akan hal ini.

"Kenapa? Nona Tanaya takut reputasimu tercoreng?" tanya Henry sambil melirik Tanaya.

Tanaya menghindari tatapan Henry lalu menjawab, "Bukan. Aku hanya ingin mengingatkanmu kalau seseorang akan memanfaatkan hal ini."

"Bukankah itu yang Nona Tanaya inginkan?" sahut Henry dengan nada dingin. Ekornya matanya terangkat, tatapannya tampak sinis.

Tanaya tertegun beberapa detik. Dia menyadari bahwa Henry mungkin sudah mendengar rumor bahwa Keluarga Mauel akan mengadakan konferensi pers.

Jika begitu, kenapa hari ini Henry masih mau membantunya?

Tanaya tidak mengerti. Sama tidak mengertinya dengan kenapa dia sudah menyakiti Henry begitu dalam, tetapi pria itu masih mau menyelamatkannya.

Namun, hal itu tidak penting. Tanaya tersenyum lalu berkata, "Ya, jadi apa rencana Tuan Henry?"

Henry menatap Tanaya sesaat dengan tatapan menilai.

Sepertinya Tanaya berbeda dengan dulu ....

Malam hari memengaruhi cara pikir orang. Henry mencibir. Akhirnya dia tidak tahan lalu menyalakan sebatang rokok. "Nona Tanaya sudah dewasa. Seharusnya mengerti kalau itu hal itu bukan apa-apa."

Tanaya tertegun. Dia tidak menyangka Henry tidak menyangkal kejadian tadi malam, bahkan sengaja membuat Tanaya salah paham agar Tanaya mengira mereka telah tidur bersama.

Mata Tanaya membulat, dia menatap pria itu dengan lekat.

Dia bertanya-tanya.

"Apakah kita benar-benar ... tidur bersama, Tuan Henry?"

Tanaya tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya. Saat ini dia agak bingung. Dia jelas-jelas ingat bahwa Henry pernah mengatakan dia tidak menyentuh Tanaya. Hanya saja saat itu Tanaya tidak percaya.

Namun, sekarang?

Di tengah cahaya redup, Tanaya melihat wajah tampak malas dan dingin itu, kemudian tenggelam dalam pikirannya.

Tidak, tidak, tidak. Saat itu Henry tidak perlu berbohong pada Tanaya.

Terlebih lagi, selain sakit kepala, Tanaya tidak merasakan apa pun.

Ck, akting Henry cukup bagus.

Setelah mengerti, Tanaya pun mengangkat alisnya. Dia menatap Henry dari atas ke bawah dengan tatapan malas.

Mata Henry memicingkan lalu dia bertanya, "Kenapa?"

Tanaya memalingkan wajahnya lalu dia menghela napas sebelum berkata, "Nggak apa-apa, hanya merasa kalau menilai seseorang nggak boleh dari penampilannya. Seperti Tuan Henry ...."

Kemudian Tanaya terdiam. Dia tampak tidak enak untuk mengatakannya demi menjaga harga diri Henry.

Henry berhenti merokok, menantikan kelanjutan dari Tanaya.

"Sepertinya Tuan Henry nggak mampu," gumam Tanaya dengan suara menyerupai bisikan. Nadanya terdengar sedikit mengeluh.

Ethan yang dari tadi berpura-pura mati pun sontak menginjak rem ketika mendengar kata-kata itu. Mobil terhuyung.

Astaga ....

Apakah ini adalah sesuatu yang boleh dia dengar?

Henry tersenyum kesal.

Sepertinya dia sedang menggali lubang untuk dirinya sendiri.

"Coba katakan sekali lagi!" tekan Henry sambil menatap Tanaya.

Tanaya yang tahu batas pun tersenyum Henry sambil berkata, "Aku bilang Tuan Henry sangat hebat, luar biasa hebat. Kamu harus percaya pada dirimu sendiri. Kamu adalah yang terhebat."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status