Share

Bab 16

Henry begitu dekat dengan Tanaya di ruangan yang terbatas itu. Wajah tampan itu berada di depannya dan tampak menahan amarah.

Tenggorokan Tanaya tercekat. Jantungnya berdetak cepat.

"Aku nggak ...."

Tanaya ingin menjelaskan, tetapi dia tidak tahu harus mulai dari mana. Apakah dia harus mengatakan bahwa dia terlahir kembali?

Ini bukan hanya masalah apakah Henry akan percaya atau tidak. Jika Henry menanyakan tentang masa lalu, Tanaya sama sekali tidak bisa menceritakannya. Haruskah dia mengatakan bahwa dia membenci Henry selama belasan tahun?

Atau mengatakan bahwa dia merusak reputasi Henry, membuat Henry dan Raphael menjadi musuh, serta menghancurkan Keluarga Davinon?

Atau mengatakan bahwa Henry akhirnya mati karena Tanaya?

Semua masa lalu itu begitu bodoh dan konyol. Tanaya sama sekali tidak ingin mengungkitnya.

Apalagi ... bagaimana Henry akan memandang Tanaya jika pria itu mengetahuinya?

Tanaya tidak ingin dan tidak bersedia mangetakannya.

Tanaya dan Henry akhirnya memiliki awal yang baru. Semua masa lalu itu adalah rahasia terburuk dalam hati Tanaya.

"Huh, ternyata target Nona Tanaya selalu jelas," cibir Henry dengan tatapan mengejek.

Tanaya membisu. Dadanya terasa sesak dan sedih.

Namun, bukankah omongan Henry tidak salah?

Dulu Tanaya mengira Keluarga Mauel baik padanya. Demi rencana Keluarga Mauel dan keinginan Reiga, Tanaya memang terus mendekati dan memanfaatkan Henry.

Walau kini Tanaya mendekati Raphael bukan untuk menjebaknya, dia memang memiliki tujuan lain.

Meski demikian, Tanaya tetap merasa sedih.

Setidaknya kali ini ... dia benar-benar bukan ....

Ketika melihat tatapan sinis, Tanaya tersenyum sambil berkata, "Ya, aku mengincar harta Keluarga Davinon. Tuan Henry nggak bisa memberikannya kepadaku, jadi aku hanya bisa mengganti targetku."

"Raphael itu sopan, lembut, bertemperamen baik, kaya. Dibandingkan ...."

Tanaya terdiam sebelum dia menyelesaikan ucapannya.

Dibandingkan dengan Tuan Henry, dia berkali lipat lebih baik.

Tanaya tidak bisa mengatakannya tidak peduli semarah apa pun dia. Lidahnya sudah tajam sejak dia kecil. Selama hidup bertahun-tahun bersama Henry di kehidupan lampau, Tanaya ditoleransi hingga menjadi makin jadi.

Namun, tidak peduli semarah dan sesedih apa pun, Tanaya tidak bisa mengucapkan kalimat tersebut.

Henry adalah yang terbaik di dunia ini. Sebaik apa pun Raphael, dia tidak dapat disamakan dengan Henry.

Akan tetapi, emosi Henry tetap terpancing walau Tanaya mengurung niatnya. Mata gelap Henry yang indah tampak tajam.

"Dibandingkan apa?" tanya Henry dengan dingin.

Mata Tanaya melengkung lalu dia berkata dengan nada menyanjung, "Dibandingkan dengan Tuan Henry, dia masih kalah."

Mata Tanaya melengkung membentuk bulan sabit. Dia berusaha untuk terlihat tulus. Dia jelas-jelas begitu munafik, tetapi Henry tidak bisa marah.

Henry mendengus. Dia tahu bahwa Tanaya tidak serius dengan omongannya, pun bisa melihat keterpaksaan wanita itu. Namun, mengingat pujian-pujian Tanaya terhadap Raphael, Henry pun tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya, "Kamu menyukainya?"

Tanaya terdiam.

Gawat!

Namun, yang pasti kakaknya jauh lebih baik dari Reiga.

"Lumayan," jawab Tanaya dengan ambigu.

"Huh, dasar wanita yang suka mempermainkan cinta!" cibir Henry. Dadanya terasa sesak.

Tanaya sekali lagi terdiam.

Apakah Henry masih belum cukup mengatainya?

Haruskah Tanaya membuang muka dan marah? Kalau dia tidak marah, Henry pikir dia ini hello kitty ya?

Tanaya tersenyum pada Henry lalu berkata, "Wanita mana yang bisa menolak pria kaya? Suka-suka aku, apa peduli Tuan Henry?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status