Share

Bab 13

Ucapan Raphael mengguncang semua orang.

Mereka jelas tidak menyangka dan seketika berdiskusi.

Tanaya tersenyum tanpa bersuara.

Kakaknya ini memang pemberani. Jika itu orang lain, mereka tidak akan mengklarifikasi demi harga diri.

Janet langsung tertegun di tempat. Dia menatap Raphael yang ada di atas panggung dengan tidak percaya. Ekspresinya kaku.

Bagaimana bisa?

Apa maksud Raphael?

Lukas dan Helena pun mematung di tempat. Lukas bertanya, "Raphael, apa maksudmu? Apakah ada yang salah?"

Kemudian Lukas menatap Janet dengan mata memerah.

Hal ini membuatnya tidak sengaja melihat Tanaya yang ada di samping Janet. Wajah gadis itu cerah dan cantik, matanya hitam dan sedikit dingin.

Sebelum Lukas berpikir lebih jauh, kata-kata Raphael sudah menarik pikirannya kembali. "Ayah, tadi pihak rumah sakit mengatakan kalau sampel DNA-nya salah."

Janet menggenggam gelas anggur yang ada di tangannya dengan erat. Senyum di wajahnya menjadi kaku.

Mendengar jawaban yakin Raphael, jantung Lukas pun mencelos. Dia menatap Janet dengan tatapan menilai, tidak ada lagi kasih sayang seperti tadi.

Hal ini bukan hanya masalah hasil laporan DNA, tetapi juga liontin berliannya Janet.

Awalnya Janet mencari mereka dengan liontin berliannya, kemudian dia mengusulkan untuk melakukan tes DNA. Raphael tidak mengungkit tentang liontin berlian, melainkan hanya menyalahkan hasil tes DNA. Dia jelas menjaga harga diri Janet, tidak ingin membuat masalah ini terlalu runyam.

Akan tetapi, jika Janet benar-benar bukan anaknya Lukas dan Helena, maka ini adalah sebuah rencana terselubung.

Melihat tatapan Lukas yang menjadi dingin, tenggorokan Janet tercekat, dahinya berkeringat dingin.

"Lukas ...." Pandangan Helena menggelap, tetapi dia berusaha untuk tidak pingsan. Selama ini ada banyak orang yang mengaku-ngaku sebagai anak mereka, tetapi ternyata kali ini pun sama.

"Tuan Raphael ... apa yang terjadi?" tanya Janet dengan frustrasi.

Kenapa bisa begini?

Apa yang sebenarnya terjadi?!

Raphael memandang Janet. Sikapnya menjadi berjarak dan dingin. "Kurasa Nona Janet lebih tahu apa yang terjadi."

Kalimat itu membuat Janet menggigit bibirnya. Dia sangat marah.

Apa yang bermasalah?!

Kenapa sikap Raphael tiba-tiba berubah?

Jangan-jangan ... dia menyadari sesuatu?

Memikirkan hal ini, Janet refleks menoleh ke arah Tanaya. Apakah karena munculnya Tanaya?

Merasakan tatapan Janet, Tanaya pun tersenyum lalu berkata dengan menyebalkan, "Ck, mimpi menjadi kaya hancur. Sepertinya kamu nggak punya nasib untuk itu."

Kalimat tersebut membuat Janet begitu marah hingga tubuhnya gemetar.

"Apakah kamu berulah, Tanaya? Apa yang kamu banggakan?!"

Tanaya mengangkat sebelah alisnya lalu berkata, "Bukan bangga, tapi senang."

Tanaya mengatakannya dengan terus terang. Setiap ucapannya menusuk hati Janet. Janet mengatupkan bibirnya, matanya memelotot. Lalu dia berkata, "Dasar wanita jalang!"

"Sepertinya kamu masih harus melakukan beberapa pekerjaan sampingan agar mampu membeli pakaian ini," ujar Tanaya dengan puas.

Dibandingkan dengan apa yang Janet lakukan terhadap Tanaya dan Keluarga Davinon di kehidupan lampau, semua ini tak seberapa.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status