Share

4. Permulaan

Penulis: Mawar Mariani
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-09 21:23:55

Leo mengamati senjata itu baik-baik. "Dulu ada seorang yang berjasa di negara ini. Kebaikan yang dilakukannya membuat masyarakat menyambut seusai dia pulang dari perang. Sayangnya pemerintah terlalu ceroboh, mereka membiarkan negara hancur demi sebuah harta. Yah, dia membunuh pahlawan itu tapi pemerintah sengaja menutupi kasus itu. Jika kau ingin tahu siapa namanya, dia adalah Baron Arsenio."

Degup jantungnya terpompa cepat. Ia tidak percaya masih ada orang yang mengingat dirinya. Sejenak ia membeku. 'Yang disebut pria ini adalah aku. Apa maksud dari semua ini?' Bak sebuah kejutan, Aron bertanya terang-terangan sebelum memastikannya dalam buku sejarah.

"Apa ayah menginginkanku seperti dia?" Pertanyaan itu tak bisa direm. Tubuhnya menolak bekerjasama dengan pikirannya.

"Aku tidak ingin menyuruhmu seperti orang lain. Tapi sebagai keluarga Smith kita memiliki pekerjaan sampingan selain menjadi bangsawan." Leo melepas semua pakaiannya hingga tersisa celana pendek yang menutupi area sensitifnya. "Sekarang lepas pakaianmu. Kita akan mulai latihan."

Aron mengira ini hal mudah, tapi tidak. Tubuhnya masih belum bisa terbiasa dengan berbagai kondisi. Kulitnya mulai merinding. Ruangan itu terasa lebih dingin dari sebelumnya.

Leo mengajaknya melakukan pemanasan terlebih dahulu. Mengitari setiap sudut ruangan bawah tanah. Keringat dan hawa panas menghilangkan rasa dingin perlahan. Setelah dirasa cukup barulah Leo mulai memberikan sebuah gerakan bela diri.

"Ikuti aku, Aron. Aku tidak akan mengulanginya. Harap kau ingat," pungkasnya.

Ia mengangguk. Bola matanya dilebarkan sembari mengingat gerakan yang ia ikuti. Selang satu jam kemudian, Leo menghentikan gerakannya. Kemudian menatap Aron dengan ganas. Seperti anak pada umumnya, Aron menundukkan kepala saat ayahnya terlihat marah.

Posisi Leo tegak. Aron bisa mencium aroma keringat bertebaran. Ia menebak ada sesuatu yang ingin dibicarakan dengannya.

"Karena kau setuju dengan permintaanku. Aku akan memberitahu segalanya. Kenakan dulu pakaianmu," tintanya sembari mengenakan pakaiannya.

Sejauh ini, Aron menuruti setiap perintah Leo. Walaupun sedikit aneh dengan perubahan sikap sang anak, Leo bisa mempercayai Aron sepenuhnya. Walaupun latihan itu sedikit terlambat, tapi Aron masih berkesempatan menjadi penerusnya.

Ia mengambil sebuah kertas di dalam laci. Ia mengibaskan sedikit agar debu tak mengotori tulisannya. Leo menoleh ke arah Aron, anak prianya itu sudah selesai mengenakan pakaiannya kembali. "Kemarilah," titahnya.

Aron segera mendekat. "Ayah ingin menunjukkan apa?" tanyanya memperhatikan kertas yang ada di atas meja.

"Sebelumnya aku sudah memberitahumu kalau kita memiliki pekerjaan sampingan selain menjadi bangsawan." Leo menghela napasnya. "Kalau dipikir-pikir meski kita mendapatkan gelar seorang bangsawan bukan berarti kita tidak memiliki tugas penting, bukankah itu merepotkan? Memang tidak sedikit para bangsawan menyalahgunakan keistimewaannya itu. Keluarga Smith menjaga keseimbangan negara setelah tuan Baron meninggal. Itu mengapa ayahku dulu mengajariku taktik perang dengan latihan seperti ini. Sebab, tugas kami menyingkirkan para pejabat yang rakus akan harta," jelasnya lalu kepala mendongak. "Andai saja tuan Baron bekerjasama dengan kita. Pasti akan menjadi kolaborasi yang bagus."

"Ayah bisa mempercayaiku," balas Aron penuh percaya diri.

"Apakah kau bisa berlatih dengan fasih selama setahun?" tanya Leo.

"Aku butuh waktu satu bulan untuk mengalahkan ayah." Aron menundukkan kepalanya. Untung saja lengan jas menutupi sampai pergelangan tangannya, sebab ototnya sudah mengeras di balik jas.

Walaupun Aron sudah melewati beberapa tahun, Atlantik masih tidak ada perubahan. Terlebih mendengar curhatan ayahnya itu mengubah pemikirannya lebih agresif. Untuk kedepannya ia tidak akan memberikan ampun kepada orang-orang itu.

Dalam waktu sebulan ia akan berlatih dengan sungguh-sungguh agar lolos ujian dari ayahnya sendiri. Entah seperti apa ujiannya sebab Aron lah yang menantang Leo terlebih dahulu.

Pernyataan Aron itu menghasilkan guratan senyum di bibir Leo. Semangat itulah yang ia impikan selama sepuluh tahun terakhir. "Apa kau yakin? Selama ini aku tahu kau hanya bermalas-malasan dengan kegiatan studi." Leo meragukannya.

"Kita lihat saja hasil akhirnya, ayah." Sebaliknya, Aron malah semakin bersemangat. Sempat terpikir dalam benaknya, kenapa tidak dari awal keduanya saling bekerja sama satu sama lain. Ia mengembangkan senyum.

Tentu saja Leo tidak sabar akan tantangan tersebut. Bila Aron berhasil mengalahkannya dalam waktu sebulan, maka ia akan memberikan misi penting itu pada sang anak. Sebenarnya ia tidak ingin memaksa, tetapi keadaan mengharuskan Aron meneruskan misi tersebut.

Bola matanya melirik ke arah jarum jam. Untuk latihan pertama kalinya, Leo tidak melatih secara berlebihan. Setelah mengamati gerakan yang Aron tiru darinya, seakan tubuh anaknya itu sudah terbiasa dengan latihan fisik. Leo tahu kalau anaknya itu sering olahraga dengan rutin sampai tubuh Aron terbentuk.

"Aku harap kau tidak akan mengecewakanku. Kuterima tantangan darimu." Leo merangkul sesekali menepuk ujung bahu Aron.

"Baik, ayah." Aron bisa merasakan ayahnya dalam perasaan gembira. Tetapi, ia akan bertanggung jawab atas ucapannya tadi.

Setelah menaiki anak tangga yang cukup panjang, keduanya tiba di ujung pintu. Aron akan menyelidiki kembali apa yang sudah terjadi selama beberapa tahun yang lalu. Ia menatap pria di sampingnya.

"Ayah, bagaimana kau bisa melewati semua ini sendirian?" tanyanya sembari menatap ke arah berlawanan.

"Aku tidak tahu. Yang jelas melihat kebahagiaan orang lain sudah cukup," jawabnya singkat.

Alasannya sama seperti dirinya. Orang lain yang dimaksud adalah orang yang dilindunginya. Memberikan sebuah keadilan kepada orang lain dan bersikap ksatria sudah menjadi identitas pria berkualitas.

Aron menyusun rencana untuk persiapan kedepannya. Pelatih terbaik hanyalah Leo Smith, tidak ada guru pelatih selain ayahnya itu. Bahkan hanya ada beberapa pelayan yang bisa dihitung. Kehidupannya sederhana walau banyak fasilitas mewah di dalam rumah.

Ia merasa cukup untuk pertemuan pertama dengan sang ayah. Aron memutuskan ke kamarnya. Leo juga mengerti akan hal itu. Tentu saja ia permulaan. Aron belum mengetahui sepenuhnya mengapa negara sangat kacau lebih dari di kehidupan pertamanya. Ini bagian terburuk, saat itulah ia kembali menghadapi kekejaman dunia.

"Terima kasih untuk latihan hari ini, ayah. Semoga kedepannya aku bisa lebih dari ayah nantinya," kata Aron sebelum mereka berpisah ke ruangan masing-masing.

"Hahaha, kau bisa melawak juga." Tawa Leo tidak tertahan. Kemudian ia tersenyum setelah puas tertawa. "Aku yakin kau bisa melampauiku, Aron. Sekarang istirahatlah dan pulihkan tenagamu."

Aron mengangguk. Kakinya berlari bak seseorang yang merindukan kasurnya. Leo memandanginya sampai punggung Aron tak terlihat.

"Bocah itu mendadak aneh. Apa yang bisa mempengaruhi otaknya sampai setuju dengan tawaranku? Huh, dia selalu membuatku khawatir." Leo melirik jarum jam. Malam ini ia akan membantai banyak orang. Sangking fokusnya, Leo tidak memperhatikan istrinya.

Bruk! Kening itu menabrak dada bidang Leo. Tangannya bergerak cepat mengelus dahi Emily. "Kau baik-baik saja, Sayang?"

Emily mengangguk. "Di mana Aron? Bagaimana latihan pertama kalinya? Dia baik-baik saja, kan?"

"Kau mengajukan banyak pertanyaan. Tentu saja anak kita yang pintar bisa melakukannya dengan baik, sampai-sampai dia menantangku bisa menguasai bela diri dalam waktu sebulan," sahutnya.

"Kau tidak bercanda bukan? Apa itu artinya kalian akan berduel?" Satu pertanyaan lagi yang diajukannya.

"Sudah jelas, kenapa masih bertanya?" Jarinya menekan ujung dagu Emily.

***

Bab terkait

  • Terlahir Kembali Menjadi Dewa Perang   5. Munculnya Kekuatan

    Emily tak yakin kalau Aron serius dengan kalimatnya. "Apa tidak apa-apa jika melibatkan dia dalam situasi ini?""Seharusnya kau tidak perlu mengetahui sejauh ini." Leo mengecup kening istrinya. Ia tak ingin membuat sang istri memiliki beban pikiran. Terpaksa Leo menggunakan cara lama untuk menenangkannya.Di tempat lain, bukannya Aron beristirahat. Ia sibuk mencari taktik yang begitu sulit. Untungnya ia memiliki ruangan pribadi yang terdapat perpustakaan. Ia mempelajari di buku, sesekali menerapkan teknik tersebut.Hari ini ia sengaja menguras habis tenaganya. Napasnya terengah-engah dengan pandangan ke atas. Aron berharap waktu berjalan lebih cepat. Semenit kemudian, ia menatap keluar jendela. Aron bergegas melihat pemandangan di luar lebih jelas."Aku harus bertahan sebulan lagi." Tangannya menggenggam erat besi pembatas itu. "Tidak aku biarkan ayah berjuang sendirian."Di saat Aron memikirkan sebuah ide, seseorang mengetuk pintunya. Ia tidak bisa menebak siapakah orang itu. Namun,

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-10
  • Terlahir Kembali Menjadi Dewa Perang   6. Mutiara Luxury

    Baru memasuki batas kota Luxury, Aron menjumpai pria dengan pakaian mewah tak lupa mobil mustang keluaran terbaru, tengah memarahi seorang gadis dan ibunya."Apa-apaan itu? Tolong hentikan mobilnya," perintah Aron sembari membuka kaca jendela mobil.Max mengintip keadaan di luar. Tentu saja ia geram dengan pria arogan itu. "Tuan, itu gadis yang saya maksud. Emm.... Sepertinya dia dalam bahaya," ucap Max yang bersimpati pada gadis itu."Bukan sepertinya lagi, dia memang dalam bahaya." Aron menoleh ke arah Max. "Apa kau akan diam dan menonton saja?""Eh? A–apa anda memberi izin untuk menyelamatkan gadis itu?" tanyanya gelagapan. Ritme detak jantung Max mulai tidak terkendali."Tunggu apalagi?" Tatapan Aron sinis. "Aku akan melihat aksi drama percintaan kalian," godanya dengan kegirangan. Di sisi lain Aron memiliki rencana setelah menyelamatkan gadis itu. Tentunya Aron selalu memprioritaskan segala apapun mengenai misinya.Max salah tingkah. Kali ini ia bisa menjadi pahlawan untuk gadis

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-10
  • Terlahir Kembali Menjadi Dewa Perang   7. Rencana Aron

    Setibanya di kediaman Smith, langit sudah gelap. Leo dan Emily menyambutnya, sayangnya Aron masih belum bangun dari tidurnya. Max mengangkat tubuh Aron menuju kamar. Sementara Angela berdiri mematung."Max, siapa gadis ini?" tanya Emily. Wajah gadis itu seperti familiar, kakinya memberanikan mendekat."Angela Melodi. Silahkan perkenalkan dirimu, Nona. Kalau begitu saya akan mengantarkan tuan muda ke kamarnya—""Tidak perlu, Max," selanya lalu Leo menjentikkan jarinya setelah itu muncullah bodyguard lain. "Antar Aron ke tempat tidurnya.""Baik, Tuan." Pria itu bergegas melaksanakan tugasnya.Kini tinggal mereka yang tengah berkumpul di ruang tamu. Leo menebak kalau semua ini dilakukan atas perintah Aron. padahal baru sehari saja anaknya itu dia latih malah membuat kejutan.Setelah pria tadi mengantar Aron, barulah Leo mengajukan pertanyaan lagi. "Jadi, apa tujuan semua ini?""Izinkan kami menikah, Tuan," jawab Max tanpa basa-basi. Ia juga tidak menyudutkan nama Aron dalam hal ini, mesk

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-11
  • Terlahir Kembali Menjadi Dewa Perang   8. Takdir Tuhan

    Aron menunggu sampai langit terang. Pagi sekali, ia sudah membersihkan diri, mengenakan pakaian rapi. Jemarinya bermain di atas meja sangking bosannya. Jarinya mulai menekan tombol membuka jendela. Pemandangan di depannya masih tidak berubah. Andai saja ia bisa mempercepat latihan tapi Aron sudah meminta durasi waktu yang cukup cepat.Ia mengambil ponselnya, mengirim pesan singkat kepada Max. Bodyguard itu tak menjelaskan melalui ponsel. Semenit kemudian pria itu menghampirinya tentu saja tak sendiri."Tuan Aron, saya datang," sapa Max membelakangi Leo.Aron tersenyum lugu. Sudah diduga ayahnya akan ikut Max. Kakinya berjalan menuju kasur dan melempar diri. "Bukannya hari ini ayah ada tugas?""Apa maksudmu soal pernikahan Max dengan Nona Angela?" tanyanya balik menjerumus inti pembahasan."Haruskah itu menjadi persoalan bagi ayah?" Bola mata Aron melirik ke arah Max. "Aku hanya membantu kak Max untuk menikahi gadis idamannya. Apa itu salah?" Aron tidak meninggikan intonasi suaranya.

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-12
  • Terlahir Kembali Menjadi Dewa Perang   9. Menjadi Target Bos Mafia

    Tidak lama ponsel keduanya berdering. Notifikasi yang sama mengisi layar ponsel mereka. Bibirnya bisa tersenyum puas. "Selamat, kak Max! Akhirnya kau bisa menikahi gadis idamanmu.""Terima kasih, Tuan Aron." Bola matanya berkaca-kaca. Keduanya saling berpelukan. Aron yang sudah menjelaskan tujuannya, sedikit merasa tenang karena ia tidak menyembunyikan sesuatu lagi meski ia sulit percaya kepada orang lain. Tetapi, Aron bisa mempercayai keduanya karena ketulusan itu. Aron meregangkan pelukan yang sempat melingkar di pinggang Max. Hari ini ia akan fokus dengan latihannya. Sementara di tempat lain, Emily memiliki kesibukan sendiri. Merawat seorang anak perempuan adalah cita-cita dari dulu. Pernikahan itu akan digelar besok. Kebetulan hari di bulan itu merupakan hari yang bagus. itu sebabnya Leo menyetujui pernikahan Max dengan Angela yang mendadak.Meski sebelumnya tidak ada komunikasi maupun pengenalan diri satu sama lain Max percaya itu bisa dilakukannya setelah upacara pernikahan usa

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-13
  • Terlahir Kembali Menjadi Dewa Perang   10. Bukan Pesan Cinta

    Akhirnya hari pernikahan itu telah tiba. Angela nampak cantik dengan balutan makeup yang terpoles di wajahnya, ditambah gaun putih pilihan Emily. Wanita itu berjalan anggun menghampiri pengantin pria.Janji suci pun terucap. Semua orang yang hadir memberikan ucapan selamat atas pernikahan mereka yang sudah resmi. Aron menyapa mereka. Tangannya mengulurkan sebuah amplop kecil. "Ini hadiah untuk kalian."Sempat menjadi perbincangan bahkan tawa kecil mulai terdengar. Emily menggeleng malu melihat tingkah anaknya. "Tapi, kalian bisa membukanya sekarang," perintah Aron agar Angela tidak penasaran. Untungnya ia sempat menulis catatan di dalam kertas amplop itu.Max mengangguk lalu Angela membuka isi amplop tersebut. Benda kotak yang tipis membuat mulutnya menganga tidak percaya apa yang sedang dilihatnya itu. Blackcard dengan pinggiran emas menjadi pusat perhatian orang yang menghadiri pernikahan itu.Tawa kecil mulai lenyap tak ada orang yang bersuara. Emily terharu menyaksikan pemberian

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-15
  • Terlahir Kembali Menjadi Dewa Perang   11. Peringatan

    "Jadi, siapa pemilik mobil dengan plat itu?" tanyanya dengan tatapan tajam. Tertentang dari raut wajah, pria itu berusaha menahan emosi."Saya tidak tahu jelas. Tapi, kami menemukan sinyal dari ponsel atas nama—" Kalimatnya terpotong mencari informasi identitas dari saluran telekomunikasi. Bills mengintip tulisan yang ada di layar monitor. Tidak ada data petunjuk. Ia mendengus kesal. Emosinya meluap tak tertahankan. Tangannya membanting barang-barang di sekitarnya. Kumpulan alat pengetikan yang tertata rapi di rak kini berantakan. Semua orang yang ada di dalam ruangan itu nampak terkejut dan terdiam tak berkomentar.Brak! Napas Bills terengah-engah seakan kesurupan. Mereka sudah berupaya sebaik mungkin untuk mendapatkan informasi detail dari rekaman CCTV. Ia merasa terpukul akan kekalahannya itu. Tetapi, Bills tidak akan menyerap begitu saja."Ka–kami tidak tahu siapa orangnya, Tuan," sambungnya gelagapan. Kemudian bibirnya kembali terkunci."Payah!" Kepalan jemarinya sengaja dibent

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-15
  • Terlahir Kembali Menjadi Dewa Perang   12. Kekuatan Tambahan

    Semenjak anaknya giat berlatih Emily tak berhenti belajar memasak untuk Aron. Pagi sekali ia mulai kesibukannya di dapur. Leo menyadari istrinya yang merubah dirinya sendiri karena inisiatif seorang ibu. Keharmonisan keluarga itu semakin terlihat. Tetapi, hari ini adalah penentuan atas semua latihan Leo selama sebulan. Tentunya Aron bersedia untuk menepati semua janji yang diucapkannya. Aron masih belum terbangun dari tidurnya. Sesuatu asing membuatnya bertemu dengan sang dewa langit. Ia tidak menduga pertemuan keduanya membuat Aron semakin membara. Bola matanya menatap dewa langit. Mereka saling berhadapan. Berbagai pertanyaan memutari isi kepala Aron. Dewa langit menyuguhi teh hangat."Senang berjumpa kembali, Baron Arsenio," sapanya sembari menyodorkan cangkir yang berisi teh. "Apa kau tidak ingin minum?""Sejauh ini tidak ada yang menjadi masalah. Tapi, mengapa untuk meningkatkan kekuatan saya harus lebih emosi?" tanyanya tanpa menjawab pertanyaan dari dewa langit."Aku memilihmu

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-17

Bab terbaru

  • Terlahir Kembali Menjadi Dewa Perang   64. Bersatu

    Ledakan besar menghancurkan dataran negara Neon, tak satupun anggota bagian Orlando yang selamat dari ledakan bom itu. Tubuh Sora juga ikut terkubur reruntuhan bangunan. Usahanya untuk menyelamatkan diri tak bisa dilakukannya. Kelopak mata setengah terbuka. Pemandangan yang begitu berantakan. Di sela-sela momen itu Sora mencoba mengangkat tumpukan bangunan yang menimbun bagian tubuhnya. Sesekali ia mencari-cari oksigen. "Bila bukan si tua bangka itu, aku tidak akan susah seperti ini," decaknya mencoba keluar.Nahas, kepalanya yang baru saja nampak di permukaan menjadi sasaran tembakan Betabot. Kali ini ia benar-benar kehilangan kesadaran. Arwah Sora menolak untuk mati, sementara tubuhnya tak bisa bertahan lama. "Sialan harusnya aku hidup lebih lama," ucapnya dalam hati. Kepalanya terus mengalirkan darah segar. Hanya dalam tiga detik Sora menghembuskan napas terakhirnya.Mendengar kabar peperangan besar sengit antara Orlando dan musuhnya, menimbulkan perseteruan dari devisi yang ber

  • Terlahir Kembali Menjadi Dewa Perang   63. Antara Hidup dan Mati

    Awalnya Orlando mengira ia akan mendapatkan kemenangan besar. Melihat musuhnya tanpa senjata dan juga sendirian membuat kepercayaan dirinya semakin tinggi. Sayangnya tembakan tadi meleset tak mengenai musuhnya. "Apa?!" Kepalanya memanas menyaksikan Aron yang masih berdiri tegak. Orlando pun segera mengganti isian peluru yang ada di dalam pistolnya. "Arahkan senjata kalian padanya!" teriaknya memerintahkan seluruh pengikutnya.Serangan itu memang diterima oleh Aron. Ia mengubah elemen senjata yang diarahkannya menjadi tameng pelindung untuk mengatasi serangan bertubi-tubi. Menghilangkan rasa belas kasihan, Aron mengandalkan kebenciannya terhadap Orlando. Dendamnya begitu membara. Langkahnya maju mendekati musuhnya, belum menyerang balik mereka berjalan perlahan mundur. Dari balik gedung asap tembakan mulai menyebar. Aron memasang tatapan sinis. Emosinya dilihatkan secara terbuka. Menit-menit inilah yang sudah ia tunggu bertahun-tahun."Sekarang giliranku, Betabot mode musuh!" Dalam be

  • Terlahir Kembali Menjadi Dewa Perang   62. Pesan Singkat

    Max dan Jaz melaksanakan tugasnya sebagai mana yang diperintahkan Aron. Gadis itu hanya membatu menyaksikan pemandangan di depannya. Suara letusan senjata mulai mendengung. "Apa semua ini sudah kalian persiapkan sejak lama?" Pandangan matanya terlihat kosong. Namun dari pertanyaannya itu tidak mendapatkan respon dari keduanya. Lalu, Monica bertanya sekali lagi. "Kenapa kalian merahasiakan ini semua dariku?"Kepala mereka hanya menunduk sebagai jawaban. Tangisnya membasahi pipinya. Tatapannya ke arah jendela. Monica bisa merasakan akan terjadi peperangan besar bila mengaitkan teknologi senjata. Sangking khawatirnya, Monica tak sadarkan diri. Tubuhnya ambruk beberapa detik selanjutnya setelah berdiri tak lama menatap keluar jendela. Kedua bodyguard itu terpaksa menenangkan Monica dengan akses yang diberikan Aron. Untung saja mereka bisa mengatasi hal itu, tetapi nasib Aron masih menjadi tanda tanya. Mereka pun berdiri di samping kapsul tidur Monica. Bola mata mereka saling memandang.

  • Terlahir Kembali Menjadi Dewa Perang   61. Sesuai Rencana

    "Kau sudah kelewatan batas, tuan Orlando," decak kawannya.Wajah datar Orlando tak peduli akan perkataan pria itu. Ia memilih tak peduli dan melanjutkan pesta pernikahan seperti tak ada terjadi sesuatu. Sementara dari kejauhan wajah Sora menundukkan dengan tangan mengepal. Pernikahan mereka memang digelar mewah, sayangnya kekacauan di depan mata membuat mood Sora buruk belum lagi kondisinya yang tengah hamil muda."Apa kau baik-baik saja, Sayang?" tanya Orlando sembari memeluk istrinya. Namun, setelah beberapa detik ia tidak mendapatkan balasan dari mulut Sora.Suasana canggung pun terjadi. Memang Orlando pernah berada di posisi teratas sebelum bisnisnya perlahan menurun. Siapa sangka hari itu juga semua orang yang ada di dalam pesta pernikahannya bersikap acuh tak acuh."Sudah cukup! Hentikan!" bentak Sora yang tak tahan kericuhan terjadi. Tangannya mendorong jauh suaminya itu. Lalu berlari menuju kembali ke kamar.Rasa kesal Orlando meledak seketika. Disaat kehilangan akal untuk men

  • Terlahir Kembali Menjadi Dewa Perang   60. Menjadi Tawanan Orlando

    Tak lama perbincangan mereka terhenti. Alarm keberangkatan berbunyi di setiap sudut ruangan. Sontak hal itu membuat Monica berdiri. Ia sedikit canggung usai mengungkapkan sedikit bagian dari isi hatinya. Aron menggandeng tangannya. Mulanya Monica tak menyadari kalau keduanya mengenakan warna baju yang sama. Hasratnya untuk bertanya semakin memuncak, mengapa pilihan warna yang dipilih tidaklah seperti persiapan sebelumnya.Gadis itu menurutinya. Semua berjalan lancar. Gaya penampilan Aron kini bak seorang bos dari segala bos kriminal. Walaupun tanpa ada tato palsu, wibawanya sudah terlihat. Mereka dikawal beberapa bodyguard. Dimana diantara mereka sebagian adalah anggota kepolisian dua negara sekaligus. Aron berjalan penuh waspada. Sewaktu-waktu, bisa saja para kepolisian tidak memihak padanya."Aku lihat aksimu, nona." Tatapan Aron lurus ke depan.Monica masih berpikir dengan apa yang akan dilakukannya. Meski ia gugup karena penampilannya yang terlihat berbeda dari pekerjaannya. Teta

  • Terlahir Kembali Menjadi Dewa Perang   59. Bersiap

    Monica membuka kelopak matanya. Ia meraba-raba tubuhnya. Sepasang baju tidur melekat di tubuh Monica. "A–apa? Tidakkk!"Teriakan itu terdengar sampai di telinga Jaz. Dengan cepat Jaz menerobos masuk ke kamar. "Apa yang terjadi nona?""Siapa yang menggantikan bajuku?" tanya Monica balik. "Apa kita sudah sampai di negara Neon? Kenapa kau tidak membangunkan aku ketika pesawat sudah mendarat? Butuh beberapa jam lagi untuk bersiap?""Nona tenangkan diri anda. Undangan yang akan anda hadiri masih besok. Tuan sengaja membuat kejutan penampilan anda untuk persiapan besok," jelasnya singkat.Monica menghela napas. Ia meraih botol berisi air mineral, segera Monica meneguk hingga habis. Kakinya merangkak ke kasur. "Baiklah, dimengerti.""Bila ada keperluan lain, silahkan panggil saya," pamit Jaz meninggalkan ruangan tersebut.Monica tak percaya kalau Aron yang menggantikan baju tidur untuknya. Belum lagi ia tertidur di bahu Aron sepanjang perjalanan menuju Neon. Rona pipinya timbul begitu saja.

  • Terlahir Kembali Menjadi Dewa Perang   58. Konsekuensi

    Monica meloncat kecil dengan girang menuju pesawat. Senyumannya diperlihatkan yang membuat semua orang salah paham. Gadis itu membalikkan badan seraya melambai ke arah Aron dan berteriak, "Cepatlah!"Aron memberikan isyarat tangan. Ia menyuruh Monica menikmatinya makanan lebih dahulu. Kakinya sengaja berjalan lebih lambat dari biasanya. Dari kejauhan pandangannya kearah gadis itu."Setibanya disana, biarkan aku yang melancarkan urusan ini. Kau tak perlu mengikutiku, Jaz—""Apa itu tidak terlalu berbahaya?" Langkah kakinya terhenti. Aron meliriknya. "Apapun itu aku akan ikut dengan anda," lanjutnya.Aron tak menggubris kalimat terakhir yang diucapkan Jaz. "Kau masih saja tidak mengerti. Aku tidak ingin melibatkan banyak orang untuk melancarkan misiku. Kau temani Monica setelah sampai di sana."Jaz mengangguk seolah mengerti apa yang dikatakan Aron. Tentu saja Jaz tidak langsung mengiyakan pernyataan itu. Ia memiliki rencana bila tuannya dikeroyok. Melihat keceriaan di wajah Monica, ki

  • Terlahir Kembali Menjadi Dewa Perang   57. Perdebatan

    "Lupakan hal ini." Orlando menghela napas berat. Ia belum percaya apa yang dikatakan pihak keuangan klan. Bahkan disaat pernikahan akan digelar banyak sekali cobaan ekonomi. Orlando tak ingin mengecewakan pujaan hatinya. "Bagaimana dengan gaun—"Orlando mencubit pipi Sora penuh gemas. "Sudah kubilang aku menyiapkan kejutan untukmu. Ayo kita bergegas ke negara Neon," selanya yang tak sabar mengetahui siapa pelaku di balik turunnya saham. Tangannya mengepal erat. Emosinya benar-benar meluap. Beberapa hari sebelum meninggalkan negara Atlantik tidak ada tanda-tanda musuh yang terlihat. Orlando curiga kalau pelaku yang membuatnya akan bangkrut ialah musuhnya sendiri.Pemikiran itu tak pasti, sebab Orlando tidak menemukan bukti yang konkret mengenai musuhnya. Hanya saja penyelidikan kemarin bisa membongkar identitas yang tidak asli. Ia menatap tajam ke arah Sora. Wanita itu menundukkan pandangannya dengan ekspresi sedih. Sesaat keluar keduanya sudah dijemput menggunakan pesawat pribadi.

  • Terlahir Kembali Menjadi Dewa Perang   56. Bukan Monica yang Dulu

    "Nona, simpan dulu pertanyaan anda itu. Mari kita bicarakan setelah sampai di dalam mobil," pinta Jaz dengan suara pelan. Aron mengabaikan pertanyaan itu. Kakinya tetap melangkah. Ia benar-benar bersikap acuh tak acuh. Melihat reaksi Aron yang tidak peduli padanya, Monica memilih diam. Keduanya saling meredam amarah.Beberapa orang yang melintas menyorot ke arah mereka. Monica sekarang sadar apa yang telah dibuatnya. Gadis itu nampak bergegas lari dan segera meraih tangan Aron. Tentu saja hal itu membuat pria keras kepal tersenyum sendiri.Jaz sedikit kepikiran dengan situasi yang tengah terjadi. Mereka cepat-cepat kembali ke dalam mobil. Hatinya merasa tak tenang bila raut wajah bosnya begitu serius. 'Apa jangan-jangan ada pertikaian diantara mereka?'Sesampainya mereka di mobil, Jaz masih mencuri pandang ke arah keduanya. Kepalanya menggeleng-geleng mencoba menghilangkan pikiran buruknya. Ia menoleh ke belakang seraya berkata, "Selanjutnya kita akan kemana, Tuan?""Supaya tidak ada

DMCA.com Protection Status