Sebenarnya ia tidak ingin Aron melakukan tugas mendesak. Ditambah ia tidak ingin terjadil sesuatu pada Aron nantinya. Bagaimanapun juga Aron menyetujui tawaran darinya, itu akan menguji seberapakah kemampuan arang untuk mengatasi sebuah problem. Ia juga tidak akan membohongi ataupun menutupi persoalan Aron yang mengambil tugas pertamanya kepada istrinya.Jemarinya membagikan sebuah lokasi di kontak Aron. "Semoga beruntung, Nak."Ia mengecek lokasi tersebut. Malam ini adalah gelombang dari segala mengujian kemampuannya. Aron menyukai tantangan termasuk apa yang terjadi di hari ini. "Terima kasih, ayah."Aron berjalan lebih dulu. Persiapannya untuk bertugas sebelumnya telah rampung. Dari surat izin mengemudi, kartu identitas dan masih banyak lagi yang telah disiapkan. Aron ditunjukkan beberapa jenis kendaraan. Tetapi ia memilih motor trail keluaran terbarunya. Leo mengizinkan apa yang diminta Aron. Ia bergegas mengambil kunci motor dan berangkat. Begitu juga dengan Leo yang harus melanj
Leo tak mendapat jawaban dari pesan teks yang ia kirim kepada Aron. Lokasi terakhir yang dibagikan anaknya sebuah homestay yang tidak terlalu dekat atau jauh. Tidak akan ada orang yang mencurigai sang anak. Ia bisa menilai tugas yang dilakukan Aron berhasil. Malam itu Leo tak bisa tidur. Ia menonton televisi. Seorang menteri meninggal diberitakan diberbagai saluran televisi. Kasus kali ini menjadi buah bibir dikalangan masyarakat. Siapa yang tidak mengira mayat wanita itu merupakan artis muda yang tengah naik daun. Semua orang tertarik setiap pembaruan dari berita itu. Hingga pagi pun masih menjadi trending topik di beberapa artikel.Emily terbangun. Ia tak menjumpai wajah suaminya. Bola matanya mencari sosok itu. "Sayang, apa Aron tadi malam pulang bersamamu? Apa dia ada di kamarnya sekarang?"Pria itu tak menjawabnya langsung. Tangan Emily ditarik. "Ini mungkin sulit dipercaya. Tapi Aron menunjukkan keseriusannya," ucap Leo sembari menatap lurus ke depan.Keduanya mendengarkan baik
"Pilihan yang bagus dengan sepaket resiko yang akan kamu terima." Leo tak bergerak dari posisinya. Ia melihat keseriusan wajah Aron. Ekspresi yang penuh keyakinan menunjukkan Aron siap dilepas."Tapi, pertanyaan yang tadi belum ayah jawab?" Leo mengangkat alisnya. "Pertanyaan yang mana? Sepertinya tidak ada satupun pertanyaan yang terlewatkan," balasnya.Kepalanya menggeleng. "Maksudnya soal siapa bos mafia itu? Aku butuh namanya untuk mengetahui informasi detail—""Soal itu? Dia Orlando Louis. Tak ada yang tahu seperti apa wajah pria itu. Bisa dikatakan ia pengecut. Bersembunyi dibalik topeng, itu tidak keren," potong Leo sembari tertawa renyah lalu tangannya mengeluarkan secarik potret. Bola mata mengarah pada potret itu. "Dia tipe pria yang tertutup. Saranku, jangan mencoba bergabung dengan organisasi kriminal itu," lanjutnya.Aron menyahut potret tersebut. Ia memperhatikan baik-baik penampakan yang ada di gambar. Otaknya menyimpan informasi penting. Rasa penasarannya sudah terbaya
"Bos, saya sudah mempersiapkan data Nona Monica—""Bagus!" Ia meletakkan gelas white wine glass. "Dan, sekarang apa rencanamu kalau bocah itu tahu tentang kita? Hahaha, aku tidak butuh jawaban apapun. Kau memang bod*h Bills. Apa kau sudah membunuh wanita sialan itu?"Orlando setengah tak sadarkan diri. Ia masih tak terima mengenai kejadian di kota Luxury. Entah kenapa ia mendadak gelisah dan seperti diawasi. Padahal Orlando tidak pernah secemas ini sebelumnya. Lalu ia menyahut dokumen yang ada di tangan Bills. Beberapa negara tunduk dengan aturan Orlando sebab bisa menghasilkan negara lebih maju dengan mengandalkan sumber daya manusia yang ditingkatkannya. Hal itu pun membuat sukses bahkan masyarakat mengikuti kegiatan yang termasuk barang haram di legalkan. Konyol jika semua dilakukan karena uang.Orlando bak orang gila. Ia cekikikan sendiri. Meski ia seorang bos mafia bukan berarti ia seorang pecandu. Pria itu mengganti-wanti dirinya agar tidak terjerat obat-obatan terlarang. Hanya
"Saya sudah mengikuti saran anda untuk menempati wilayah Luxury. Dokumen sudah saya bagikan kepada anda mengenai perkembangan misi. Di sisi lain, para warga sekitar mulai kembali bersatu agar tidak tercela belah walaupun masih ada diantara mereka yang masih bersekutu dengan organisasi kriminal," jelas Max.Aron mencoba menelaah penjelasan tersebut. Ternyata masih banyak pertanyaan yang ingin diajukan pada ayahnya. Mengenai kota Luxury, ia teringat akan kematian seluruh keluarganya.Ia tak merespon cepat argumen Max. Aron membuka file darinya. Data dari pria yang pernah menindas Angela sudah diketahui. Aron kembali membuka data dokumen yang ia simpan di dalam laci sebelumnya. Ia mencocokan biodata yang ada di dalamnya. Kelengkapan informasi yang dikumpulkan Max sama seperti dokumen itu. Namun, informasi Max lebih detail hingga keseharian Bills di kota Luxury.Tangan meraih ponselnya lagi. "Bagaimana keadaanmu di sana? Apa pria bernama Bills itu masih mengganggunya?""Sejauh ini mereka t
Di dalam rapat pertemuan keluarga....Semua pria berjas dengan penuh wibawa berkumpul menjadi satu. Mereka saling melirik satu sama lain. Pertemuan penting itu dilaksanakan untuk membahas misi tujuan utama."Tuan Leo Smith, anda menjaga wilayah anda dengan baik. Luxury mulai memperlihatkan sisi baiknya, tapi ancaman akan tertuju pada anda," pungkas pria berambut putih."Seperti perjanjian, Aron Smith selaku putra kandung saya telah mengambil tugas tersebut. Sejauh ini masih tidak ada tanda-tanda pihak yang berprotes. Jika mereka menyerang beberapa kota lain, apakah dari semua pihak yang hadir di sini siap menumpas habis untuk menangani sendirian?" Pertanyaan yang diutarakan Leo menuai keraguan dalam setiap anggota.Pergantian generasi akan dimulai bersamaan dengan pemilihan presiden baru. Diantara dari mereka ada yang sudah mendidik anaknya untuk meneruskan sebagaimana pekerjaan lain dari keluarga Smith, termasuk Leo yang berhasil mendidik anaknya sebagai jebolan pasukan rahasia.Berul
"Bos, bagaimana rencana anda selanjutnya?" tanya Riko selaku tangan kanan organisasi.Pertanyaan itu memecahkan lamunan Orlando. Ia memutar kursinya. "Kita akan memanfaatkan kepopuleran Monica di publik dengan cara membagikan beberapa sembako dan juga uang kepada masyarakat. Bagilah kepada mereka selagi ada waktu." Bibirnya tersenyum smirk.Kebajikan yang dilakukan ayahnya semata-mata agar putrinya terpilih dalam pemilihan presiden. Ia memang menyerah mengatasi Luxury yang tak ada perkembangan. Bills juga sudah ditendang sekaligus dimusnahkan karena gagal menjalani tugasnya dengan baik. Orlando memang arogan, berdarah dingin tanpa ada kata maaf bila sudah membuat kesalahan.Pengeluaran uang agar mendapatkan suara untuk Monica tidak ada nilainya bagi Orlando. Yang lebih penting adalah anaknya berhasil menduduki suara teratas pemilihan presiden. Lalu ia kembali memantau pergerakan putrinya. Normal, gadis lugu itu patuh dalam kendalinya.Orlando yang sudah siap dengan segala persiapannya
"Apa-apaan ini?" Tangannya merobek slogan yang sempat menempel di dinding. Bola matanya seakan keluar. "Tidak mungkin mereka bisa mencampakkan diriku."Napasnya ngos-ngosan meski tak lari beberapa mil. Sesaat ia memandangi area sekitarnya, orang-orang yang mencibirnya. Lalu ia melirik ke jendela kaca halte. Kakinya berjalan mendekat setelah itu berhenti. Ia diam sejenak, mencermati dirinya yang sudah terlihat amburadul."Tidak! Tidak mungkin—" Teriaknya terhenti saat orang-orang mulai memperhatikannya. Ia pun berlari. Megan, panggil ibu tiri Angela, keluyuran tidak jelas. Ia bak orang gila dengan penampilan compang-camping tanpa balutan make up ataupun dress yang cantik. Wajahnya terlihat lusuh. Ia membasuh wajahnya di kran dekat alun-alun kota."Lihatlah wanita itu," ucapnya menuding ke arah Megan. "Kasihan sekali dia. Miris. Kalau dilihat-lihat ..., dari wajahnya mungkin dia seumur dengan ibuku."Temannya itu menoleh tapi langsung menarik gadis itu. "Hei apa yang kau bicarakan? Dia