"Pilihan yang bagus dengan sepaket resiko yang akan kamu terima." Leo tak bergerak dari posisinya. Ia melihat keseriusan wajah Aron. Ekspresi yang penuh keyakinan menunjukkan Aron siap dilepas."Tapi, pertanyaan yang tadi belum ayah jawab?" Leo mengangkat alisnya. "Pertanyaan yang mana? Sepertinya tidak ada satupun pertanyaan yang terlewatkan," balasnya.Kepalanya menggeleng. "Maksudnya soal siapa bos mafia itu? Aku butuh namanya untuk mengetahui informasi detail—""Soal itu? Dia Orlando Louis. Tak ada yang tahu seperti apa wajah pria itu. Bisa dikatakan ia pengecut. Bersembunyi dibalik topeng, itu tidak keren," potong Leo sembari tertawa renyah lalu tangannya mengeluarkan secarik potret. Bola mata mengarah pada potret itu. "Dia tipe pria yang tertutup. Saranku, jangan mencoba bergabung dengan organisasi kriminal itu," lanjutnya.Aron menyahut potret tersebut. Ia memperhatikan baik-baik penampakan yang ada di gambar. Otaknya menyimpan informasi penting. Rasa penasarannya sudah terbaya
"Bos, saya sudah mempersiapkan data Nona Monica—""Bagus!" Ia meletakkan gelas white wine glass. "Dan, sekarang apa rencanamu kalau bocah itu tahu tentang kita? Hahaha, aku tidak butuh jawaban apapun. Kau memang bod*h Bills. Apa kau sudah membunuh wanita sialan itu?"Orlando setengah tak sadarkan diri. Ia masih tak terima mengenai kejadian di kota Luxury. Entah kenapa ia mendadak gelisah dan seperti diawasi. Padahal Orlando tidak pernah secemas ini sebelumnya. Lalu ia menyahut dokumen yang ada di tangan Bills. Beberapa negara tunduk dengan aturan Orlando sebab bisa menghasilkan negara lebih maju dengan mengandalkan sumber daya manusia yang ditingkatkannya. Hal itu pun membuat sukses bahkan masyarakat mengikuti kegiatan yang termasuk barang haram di legalkan. Konyol jika semua dilakukan karena uang.Orlando bak orang gila. Ia cekikikan sendiri. Meski ia seorang bos mafia bukan berarti ia seorang pecandu. Pria itu mengganti-wanti dirinya agar tidak terjerat obat-obatan terlarang. Hanya
"Saya sudah mengikuti saran anda untuk menempati wilayah Luxury. Dokumen sudah saya bagikan kepada anda mengenai perkembangan misi. Di sisi lain, para warga sekitar mulai kembali bersatu agar tidak tercela belah walaupun masih ada diantara mereka yang masih bersekutu dengan organisasi kriminal," jelas Max.Aron mencoba menelaah penjelasan tersebut. Ternyata masih banyak pertanyaan yang ingin diajukan pada ayahnya. Mengenai kota Luxury, ia teringat akan kematian seluruh keluarganya.Ia tak merespon cepat argumen Max. Aron membuka file darinya. Data dari pria yang pernah menindas Angela sudah diketahui. Aron kembali membuka data dokumen yang ia simpan di dalam laci sebelumnya. Ia mencocokan biodata yang ada di dalamnya. Kelengkapan informasi yang dikumpulkan Max sama seperti dokumen itu. Namun, informasi Max lebih detail hingga keseharian Bills di kota Luxury.Tangan meraih ponselnya lagi. "Bagaimana keadaanmu di sana? Apa pria bernama Bills itu masih mengganggunya?""Sejauh ini mereka t
Di dalam rapat pertemuan keluarga....Semua pria berjas dengan penuh wibawa berkumpul menjadi satu. Mereka saling melirik satu sama lain. Pertemuan penting itu dilaksanakan untuk membahas misi tujuan utama."Tuan Leo Smith, anda menjaga wilayah anda dengan baik. Luxury mulai memperlihatkan sisi baiknya, tapi ancaman akan tertuju pada anda," pungkas pria berambut putih."Seperti perjanjian, Aron Smith selaku putra kandung saya telah mengambil tugas tersebut. Sejauh ini masih tidak ada tanda-tanda pihak yang berprotes. Jika mereka menyerang beberapa kota lain, apakah dari semua pihak yang hadir di sini siap menumpas habis untuk menangani sendirian?" Pertanyaan yang diutarakan Leo menuai keraguan dalam setiap anggota.Pergantian generasi akan dimulai bersamaan dengan pemilihan presiden baru. Diantara dari mereka ada yang sudah mendidik anaknya untuk meneruskan sebagaimana pekerjaan lain dari keluarga Smith, termasuk Leo yang berhasil mendidik anaknya sebagai jebolan pasukan rahasia.Berul
"Bos, bagaimana rencana anda selanjutnya?" tanya Riko selaku tangan kanan organisasi.Pertanyaan itu memecahkan lamunan Orlando. Ia memutar kursinya. "Kita akan memanfaatkan kepopuleran Monica di publik dengan cara membagikan beberapa sembako dan juga uang kepada masyarakat. Bagilah kepada mereka selagi ada waktu." Bibirnya tersenyum smirk.Kebajikan yang dilakukan ayahnya semata-mata agar putrinya terpilih dalam pemilihan presiden. Ia memang menyerah mengatasi Luxury yang tak ada perkembangan. Bills juga sudah ditendang sekaligus dimusnahkan karena gagal menjalani tugasnya dengan baik. Orlando memang arogan, berdarah dingin tanpa ada kata maaf bila sudah membuat kesalahan.Pengeluaran uang agar mendapatkan suara untuk Monica tidak ada nilainya bagi Orlando. Yang lebih penting adalah anaknya berhasil menduduki suara teratas pemilihan presiden. Lalu ia kembali memantau pergerakan putrinya. Normal, gadis lugu itu patuh dalam kendalinya.Orlando yang sudah siap dengan segala persiapannya
"Apa-apaan ini?" Tangannya merobek slogan yang sempat menempel di dinding. Bola matanya seakan keluar. "Tidak mungkin mereka bisa mencampakkan diriku."Napasnya ngos-ngosan meski tak lari beberapa mil. Sesaat ia memandangi area sekitarnya, orang-orang yang mencibirnya. Lalu ia melirik ke jendela kaca halte. Kakinya berjalan mendekat setelah itu berhenti. Ia diam sejenak, mencermati dirinya yang sudah terlihat amburadul."Tidak! Tidak mungkin—" Teriaknya terhenti saat orang-orang mulai memperhatikannya. Ia pun berlari. Megan, panggil ibu tiri Angela, keluyuran tidak jelas. Ia bak orang gila dengan penampilan compang-camping tanpa balutan make up ataupun dress yang cantik. Wajahnya terlihat lusuh. Ia membasuh wajahnya di kran dekat alun-alun kota."Lihatlah wanita itu," ucapnya menuding ke arah Megan. "Kasihan sekali dia. Miris. Kalau dilihat-lihat ..., dari wajahnya mungkin dia seumur dengan ibuku."Temannya itu menoleh tapi langsung menarik gadis itu. "Hei apa yang kau bicarakan? Dia
Aron membuka jendela ruangannya. Ia mendapatkan informasi terbaru dari Angela bahwasannya Megan sudah tiada. kota Luxury benar-benar aman tetapi ini sudah mencapai batas dari ramalan dewa langit. Aron menghela napas berat siapa pahlawan yang dimaksud itu."Sekarang tidak ada yang bisa menghalangi rencana anda—""Tetap ini bukan hal yang baik, Max," selanya sembari menoleh ke arah pria yang berdiri di samping meja kerjanya. "Sejauh ini mereka tidak pernah menampilkan keributan di manapun. Itu aneh sekali," lanjutnya.Berita utama yang pernah dibahas di media adalah pemilihan presiden. Mulanya arang tidak mengerti apa yang dimaksud dewa langit mengenai para pahlawan. Di dunia yang modern sangat sulit untuk membedakan mana yang namanya pahlawan dan musuh. Aron nampak memperhatikan layar televisi.Jajaran pejabat baru, sistem, serta visi misi dipaparkan pada publik. Belum selesai urusannya mengusut kematian seluruh anggota keluarganya di kehidupannya dulu, kini Aron dihadapkan permasalahan
Bukannya bahagia setelah mendapatkan uang bayaran, Max terlihat khawatir akan keputusan Aron. Ia segera melajukan mobilnya. Entahlah kenapa perasaannya tidak ada yang baik-baik saja.Setibanya di rumah, ia mencari keberadaan Angela. Wanita itu sudah menunggunya sedari tadi. Melihat suaminya pulang ia langsung memeluknya. Tak seperti biasa Angela memeluk dengan erat. Ia menginjak punggung kaki Max. Tinggi badan Angela yang tak terlalu tinggi bisa mengikuti gerakan kaki Max."Kenapa tidak mengenakan alas kaki?" tanya Max lalu menggendong istrinya.Wanita itu tak menjawab. Ia masih membisu. Kejadian tadi bukanlah hal yang mudah. Angela butuh banyak keberanian untuk melawan rasa takutnya terhadap wanita yang selama ini menyiksanya. Ia menangis pada jas yang dikenakan Max.Ia mengelus rambut Angela. "Apa ini soal Megan?" tanyanya mengangkat wajah istrinya. "Sekarang dia sudah tiada, kenapa kau masih menangis? Apa aku pulang terlambat?"Kepalanya menggeleng. "Justru aku bahagia. Beruntung se