Share

bab 89

Penulis: Dirga Bumant
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-25 21:21:41

Sudah berbulan-bulan Novi terkurung di rumahnya sendiri selama menjalani hukuman dari masyarakat. Bahkan, saking sudah lamanya, Novi sampai lupa sudah berapa lama dan berapa lama lagi ia harus menjalani hukuman tersebut.

Novi jelas saja jenuh dan tidak bebas mau ke mana-mana. Apalagi sikap Hendrik padanya dari hari ke hari membuatnya semakin terhimpit oleh ruang sempit di dalam ruang-ruang rumah yang luas.

Selain itu, Novi juga kesal akan hubungan atau status pernikahannya dengan Hendrik. Tak lagi disentuh dengan perasaan, pun komunikasi tak seindah dulu. Dicerai pun tidak, tapi selalu diabaikan.

Kejenuhan yang semakin menumpuk dari hari ke hari membuat sisi pemberontak di dalam diri Novi kian mencuat dan pada akhirnya tidak tertahankan lagi.

Seperti pada pagi itu. Setelah Hendrik berangkat bekerja dan Novi memasak makanannya sendiri, entah mengapa tiba-tiba ia seperti orang kesetanan yang berteriak-teriak tidak jelas di sela-sela memasaknya.

“Akhrg, si*al! Kenapa sih orang-orang
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Terkabulnya Doa Istri Pertama   bab 90

    Rani pun sama kagetnya seperti halnya Novi. Ia yang awalnya akan meminta maaf karena sudah menabrak karena terburu-buru, diurungkan begitu tahu siapa yang telah ditabraknya tersebut. Setelah mendapatkan kembali barangnya yang jatuh, tanpa sedikit katapun Rani langsung berdiri dan membalikkan badannya lalu berlari, lebih kencang dari sebelumnya. Hal itu adalah bentuk komitmen darinya yang benar-benar sudah tidak ingin lagi mengenal dan berhubungan dengan Novi. Ditabrak dan ditinggalkan begitu saja tanpa dimintai maaf oleh orang yang pernah menjadi temannya tersebut membuat perasaan Novi kembali turun alias down kembali. Rasa senang yang ia rasakan saat di awal berada di taman mendadak hilang tak berbekas. Taman yang seharusnya memberikan kenyamanan, seketika berubah menjadi seolah mengerikan bagi Novi. Ingin rasanya Novi menghilang seketika dari taman tersebut. Waktu yang ingin ia habiskan selama berjam-jam di tempat tersebut, langsung ia putuskan saat itu juga dan seperti tidak ing

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-26
  • Terkabulnya Doa Istri Pertama   bab 91

    “Aku maunya nikah di gedung dan mewah, tidak mau kaleng-kaleng apalagi sampai sederhana saja. Mahar pun emas batangan murni 24 karat seberat 50 gram. Aku pikir kamu bisa. Bukan begitu?” Syasya menaikkan alisnya, seketika Hendrik melongo. Tentu saja, baginya apa yang baru saja didengarnya sangat tidak masuk akal dan di luar kemampuannya saat ini. “Gil*! Ini pemerasan namanya,” batin Hendrik dengan memasak wajah polosnya. “Hah? Kamu bercanda ya?” sahut Hendrik cengengesan. “Tentu tidak! Apakah kamu menangkap sebuah candaan di wajahku?” Syasya menatap Hendrik lamat-lamat, pun sebaliknya. Keduanya pun hening seketika. “Itupun jika kamu serius menikahi aku. Jika tidak, tidak masalah! Aku bisa mengembalikan cincin ini,” ancam Syasya dengan serius melepaskan cincin detik itu juga. Glek! “Bagaimana ini? Dapat duit darimana aku?” batin Hendrik. Hendrik yang melihatnya menjadi gugup seketika. Seketika ia juga menjadi bimbang, antara mengiyakan tapi sama sekali belum ada pandangan di mana

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-27
  • Terkabulnya Doa Istri Pertama   bab 92

    Setelah selesai menuliskan pilihan tempat yang akan dikunjungi sebagai tujuan wisata pada hari esok, Sarah mempersilahkan satu per satu dari seluruh karyawannya untuk melakukan pemilihan. Tak butuh waktu lama, para pegawai yang sat set telah menorehkan keputusan tanpa debat dan tidak dapat dibantah karena murni hasil dari pilihan masing-masing. Hasil pilihan akan ke mana pun sudah bisa diketahui oleh semua orang yang berada di tempat tersebut. Mereka yang memiliki pilihan tersendiri dan berbeda dari tempat yang berhasil meraih angka pemilihan tertinggi pun pada akhirnya bisa menerima dengan lapang dada. Mereka tidak bisa melakukan protes karena dipilih oleh orang banyak dan sama sekali tidak ada unsur-unsur curang di dalamnya. “Wah! Ternyata dari kalian memilih pantai rupanya,” ucap Sarah tersenyum sumringah sembari melihat ke arah papan tulis putih yang berisi hasil pemilihan pada bagian pantai dengan hasil cukup tinggi dan signifikan dibanding tempat lainnya. “Berarti ini udah d

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-28
  • Terkabulnya Doa Istri Pertama   bab 93

    “Mohon maaf, Bapak-bapak semua. Untuk saat ini Pak Hendrik tidak ada di tempat. Apakah ada hal yang akan dibahas dan sekiranya saya bisa mewakilinya?” tawar asisten itu kepada para investor masih dengan memasang wajah ramah.“Apakah seperti ini etika dari perusahaan kalian kepada kami para investor? Apakah seperti itu caranya kalian ketika diminta untuk meeting dengan mewakilkan, padahal kami ini langsung datang sendiri? Hah? Cepat suruh ke sini! Enak saja main tidak ada!” gerutu bercampur penekanan dari salah satu investor kepada. “Huh! Manja banget nih orang! Apa susahnya sih diwakilkan? Menambahi kerjaan segala!” batin asisten. Ia tidak menyangka jika mereka sangat kekeh meminta bertemu Hendrik. “Saya mohon maaf atas ketidak hadiran Pak Hendrik, Pak. Mohon ditunggu, saya akan menghubungi Pak Hendrik agar segera kembali ke kantor. Saya pamit mau menelponnya.” Asisten itu pun pamit dan langsung menghubungi Hendrik. Begitu panggilan antara Hendrik dan asistennya selesai, Hendrik l

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-29
  • Terkabulnya Doa Istri Pertama   bab 94

    Sore hari di hari itu juga, Hendrik langsung bertolak ke lokasi proyek pembangunan. Dengan kecepatan tinggi, ia tidak mempedulikan oceh dan omelan pengendara lain di sepanjang jalan. Hal itu ia lakukan agar bisa sampai di lokasi sebelum para pekerja di proyek belum beranjak pulang. Saat ini Hendrik datang ke sana untuk kedua kalinya, setelah sebelumnya pada saat peletakan batu pertama. Beruntung, sampai sana ia masih menjumpai mereka masih bekerja. Selain itu, ia juga menyaksikan dan mendapati kenyatan yang menyebabkan ia harus ditegur oleh para investor yaitu pemborong dan mandor berleha-leha dengan banyaknya makanan dan minuman ada di dekat mereka. Hal itu berkat Hendrik tidak menghubungi orang lapangan terlebih dahulu ketika akan datang tadi. “O, jadi ini kerjaan kalian? Oh, hebat sekali!” sindir Hendrik dengan setengah berteriak dan disertai tepukan tangan yang begitu nyaring dan memekakkan telinga, sontak mengagetkan mandor dan pemborong tersebut. “P-pak Hendrik! K-kenapa Bap

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-30
  • Terkabulnya Doa Istri Pertama   bab 95

    Seolah Tuhan sudah menyiapkan diri Novi untuk keadaan ke depannya, ia yang tidak pernah bisa jika tidak makan di tempat mewah dan mahal, tiba-tiba saja saat matanya melirik ke tempat makan lesehan di perjalanan pulang menuju rumah keinginan untuk mampir begitu kuat. Novi pun meminta berhenti ojek online-nya, lalu membayarnya. Dengan tanpa malu, risih, ataupun merasa tidak level tidak seperti sebelumnya, ia langsung memesan dan duduk di tempat tersebut. Menunya pun yang murah. Baginya penting kenyang, sebuah pemikiran langka darinya. Selama menunggu pesanannya disiapkan, mata Novi mengedar. Dengan senyum ditarik, ia terpaku dengan kondisi lesehan tersebut. Stigma yang selama ini ada di kepalanya, bahwa lesehan itu jorok, tidak higienis, dan kumuh terbantahkan seketika. “Tidak buruk juga.” batinnya manggut-manggut. Ia terus saja memandangi tempat tersebut, hingga HP-nya tergolek begitu saja di dalam tas tidak disentuh seperti biasanya saat sedang menunggu masakan siap. Tak lama menu

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-01
  • Terkabulnya Doa Istri Pertama   bab 96

    Seminggu telah berlalu. Tepat seperti yang sudah ditekan dan diancamkan kepada pemborong dan mandor oleh Hendrik, semuanya sudah rampung seratus persen. Kini berkat penambahan pekerja dan kerja keras tanpa ugal-ugalan dari mereka selama seminggu, pihak investor sudah bisa meresmikan serta mulai menggunakan proyek tersebut. “Pak Hendrik, proyek sudah selesai. Sekarang kita sudah tidak ada lagi urusan,” lapor pemborong kepada Hendrik pada siang itu. Mereka menghubungi Hendrik agar menjadi saksi atas ucapannya tersebut. Mendengar kabar dan mengetahui bahwa proyek tersebut sudah berhasil ditangani dengan benar sesuai waktu yang ditentukan, Hendrik senang luar biasa. Ia bisa bernapas lega karena bayang-bayang akan tuntutan berupa penjara atau denda berkali lipat jika dalam seminggu tidak selesai, sudah hilang. Kelegaan juga sama dirasakan oleh pemborong dan mandor. Mereka dua juga sudah lepas dari rasa takut dan was-was akan tuntutan yang dilayangkan oleh Hendrik jika sampai tidak berha

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-03
  • Terkabulnya Doa Istri Pertama   bab 97

    Pagi itu, seperti yang sudah disepakati oleh Hendrik dan Syasya lima belas hari sebelumnya ditambah diingatkan kembali oleh Syasya semalam, Hendrik dan Syasya bertemu di sebuah tempat. Agenda pada pagi hari itu dimulai dengan keduanya pergi ke sebuah butik yang cukup mahal. Hendrik yang notabenenya laki-laki perhitungan cukup terkejut melihat harga-harga di sana. Namun, untuk membuktikan dirinya layak mendampingi Syasya sebagai calon suami, ia menekan egonya dalam-dalam agar ikhlas dalam membayarinya. “Edun, mahal amat! Cuma ginian aja belasan juta? Sangat disayangkan sekali. Tapi, apa boleh buat? Semua itu demi dapatkan dia,” batin Hendrik tak karuan saat melihat price tags tersebut. Ia menelan salivanya susah payah. Namun, dengan segera menyembunyikan sikapnya tersebut. Syasya tahu sebenarnya apa yang saat ini ada di benak Hendrik. Dengan mengulas senyum diam-diam, Ia membiarkan Hendrik bergulat dengan pikirannya sendiri, antara mau membayarkan atau tidak. Syasya juga tidak pedul

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-04

Bab terbaru

  • Terkabulnya Doa Istri Pertama   bab 115

    Tunangan antara Adhyaksa dan Sarah sudah terlaksana seminggu yang lalu. Dalam acara tersebut, sekalian disepakati kapan hari pernikahan keduanya akan dilaksanakan yaitu pada sebulan mendatang. Itu artinya tiga minggu lagi dari sekarang. Dalam kesepakatan itu juga telah ditentukan tempat ijab sekaligus resepsi yaitu di panti saja meskipun sudah ditawari gedung secara gratis oleh Pak Budi. Alasannya tempatnya luas, menghemat uang sewa gedung sehingga bisa dialokasikan untuk ke yang lain, juga anak-anak panti bisa berpartisipasi dalam acara tersebut tanpa harus ke mana-mana dan sebagai bentuk awal penyatuan dua keluarga. Pada awalnya Sarah meminta tidak ada resepsi sama sekali karena sadar ia siapa. Namun, Adhyaksa begitu kekeh untuk diadakan resepsi alasannya karena dirinya masih single dan ingin memperkenalkan kepada seluruh kenalannya jika dirinya sudah menjadi suami dari Sarah agar tidak ada lagi yang mendekati dirinya. Setelah pertimbangan-pertimbangan juga masukan dari Sabrina,

  • Terkabulnya Doa Istri Pertama   bab 114

    “Ada apa sih, Mbak, kok buru-buru nyuruh aku ke sini?” protes Sabrina saat sudah sampai di restoran. “Hehe, maaf!” kekeh Sarah. “Tadi Mas Adhy….” Sarah menjabarkan semuanya tanpa terlewat. “Bener berarti dugaanku selama ini.” Sabrina manggut-manggut saat tahu apa yang selama beberapa waktu terakhir dilihatnya benar adanya. Ia sama sekali tidak terkejut. “Hah, kamu serius sudah tahu?” Terbalik, justru Sarah yang terkejut. “Iya. Setiap kita berkumpul, tatapannya dia padamu selalu mengandung arti begitu.”“Menurutmu, aku harus gimana?” Sarah benar-benar bimbang. Ia takut dan tak ingin nasib pernikahannya akan terulang kembali. Ia takut bahwa Adhyaksa mengkhianatinya. “La Mbak Sarah ada rasa gak? Terus, mau gak menjalin hubungan dengannya?” Sarah tampak diam, lama berpikir untuk memberikan jawaban. “Aku rasa jawabanmu pada Mas Adhy tadi tidak ada salahnya, coba saja. Selain itu, erbanyak doa dan minta petunjuk Allah. Serahkan semuanya pada Allah, In Syaa Allah akan diberikan petunju

  • Terkabulnya Doa Istri Pertama   bab 113

    “Ampun deh, Bund! Adhy menyerah. Bunda tuh emang hebat soal menemukan sesuatu yang tersembunyi,” kelakar Adhyaksa menjawab dugaan sang Bunda. “Haha, bisa saja kamu!” Bunda tak kalah kelakarnya, ia pun mencubit manja pinggang Adhy. “Bunda itu ibumu. Tentu tahu apapun yang kamu rasakan, karena feeling seorang ibu itu tidak pernah salah. Nah, apakah kamu sudah tahu siapa Sarah sebenarnya?” Kali ini Bunda bertanya serius, suasana menjadi sedikit tegang karena menyangkut sebuah masa depan. “Sudah. Tentang apa yang Bunda maksud? Apakah tentang status dan masa lalunya?” Adhyaksa seketika sangsi dan takut jika jawaban Bunda Sumirah jauh dari harapannya, Bunda mengangguk sembari menunggu jawaban. “Apa Bunda tidak setuju jika Adhy mempunyai rasa ini?” Adhyaksa menatap Bunda lekat-lekat. “Bunda sama sekali bukan tidak setuju. Bunda setuju-setuju saja, karena toh yang menjalaninya dirimu. Bunda sebagai ibu, hanya bisa mendukung dan mendoakan yang terbaik untukmu, Nak! Bunda hanya ingin tahu

  • Terkabulnya Doa Istri Pertama   bab 112

    “Oma tidak bisa seenaknya begitu denganku, dong! Hartamu itu tidak akan bisa dibawa mati. Jadi, buat apa kalau tidak diwariskan padaku?” Hendrik menatap tajam Oma Santi. Ia benar-benar tidak rela jika harus kehilangan warisan yang sudah didamba selama ini. Mendengar kata mati, Oma Santi semakin meradang. Ia sangat tersinggung, menganggap cucunya mendoakan dirinya untuk segera mati. Bertambah buruk saja penilaian untuk Hendrik. Padahal, apa yang dikatakan adalah benar adanya.Plak! Plak! “Tutup mulut lancangmu itu dasar manusia gak tahu diuntung! Apa maksudmu menginginkan kematianku? Kamu ingin aku cepat mati? Hah? Kurang ajar!” Kemarahan Oma tak lagi bisa dibendung, ia pun menampar kembali Hendrik dengan bolak-balik di pipi kanan dan kiri. Mendapatkan reaksi seperti itu, Hendrik pun tak kalah emosinya. “Kalau memang iya kenapa? Memang benar, kan, kamu itu memang sudah tua dan waktunya mati. Sudah tidak pantas lagi untuk hidup karena terlalu banyak dosa, termasuk dosa membiarkan ak

  • Terkabulnya Doa Istri Pertama   bab 111

    Sudah dibela-belain mencari Sarah hingga berhari-hari juga menghabiskan segala sesuatunya yang tak sedikit, sekalipun sudah ditemukan malah sama sekali tidak sesuai dengan keinginan membuat Hendrik kesal setengah mati. Ditinggalkan begitu saja oleh Sarah di minimarket tersebut tak serta merta membuat Hendrik segera putar arah dan kembali ke rumah omanya. Karena tiba-tiba ia baru ingat akan pekerjaan kantor yang sudah ia tinggalkan semingguan ini. Hendrik segera bergegas mengegas dan langsung menuju kantornya. Namun, beberapa jam sebelumnya, setelah Pak Adam memberi laporan kepada Oma bahwa sudah satu minggu Hendrik meninggalkan pekerjaan dan kantor, Pak Adam juga mendapatkan laporan tentang adanya sebuah transaksi janggal yang dilakukan oleh Hendrik beberapa waktu lalu dengan nilai ratusan juta. Mengetahui hal tersebut, Pak Adam tidak langsung percaya begitu saja. Ia langsung mengeceknya untuk memastikan kebenaran tersebut. Bukan hanya sekali saja, tapi berkali-kali. Setelah bena

  • Terkabulnya Doa Istri Pertama   bab 110

    “Woy, bangun dasar gelandangan! Ini bukan panti sosial yang bisa seenaknya kamu tinggali. Bangun!” Pemilik toko begitu geram ketika Novi tidak bangun-bangun, padahal sudah berteriak-teriak bahkan tubuh Novi sudah ditoel-toel pakai kaki. Saking lelah dan juga terguncangnya jiwa Novi, ia masih tertidur saat jam delapan pagi di waktu orang-orang harus kembali beraktivitas terutama di kawasan pertokoan tersebut. Tak sabaran, pemilik toko segera mengambil ember dan mengisi dengan air keran yang berada di samping bangunan tokonya. Byur! Manjur! Semburan dan lemparan air dalam ember tersebut berhasil membuat Novi terbangun sekaligus gelagapan. “Enak ya tidurnya, Tuan Putri?” sindir pemilik toko seraya menahan dongkol dalam dadanya, sementara Novi hanya nyengir saja sambil mengelap wajahnya yang basah. “Bangun dan pergi jauh dari sini! Awas saja kalau saya masih melihat kamu berkeliaran di sini, jangan harap kamu baik-baik saja!” ancam pemilik toko, tangannya mengepal kuat dan ditunjukk

  • Terkabulnya Doa Istri Pertama   bab 109

    Beberapa hari sebelum bertemu dengan Oma Santi dan mendapatkan tamparan serta hal menyakitkan lainnya. Saat ini Hendrik sudah berada di titik jenuh dan penghabisan dalam pencarian Sarah dan putranya. Meskipun sudah habis-habisan segalanya, ia sama sekali belum menyerah. ia akan berusaha sekali lagi dengan harapan pencarian ini adalah yang terakhir kalinya “Ya, aku harus mencari Sarah. Agar aku bisa mendapatkan warisan itu. Harus pokoknya!” Hendrik kembali bertekad untuk mencarinya agar mimpinya barusan tidak menjadi kenyataan. Hendrik pun kembali melajukan kendaraannya. Jalanan yang saat ini ia sama persis di jalur menjadi tempat usaha milik Sarah. Karena kehausan, Hendrik pun mampir ke minimarket. Tepat saat keluar dari mobil, dirinya melihat orang yang sejak tujuh hari lalu ia cari. Ya, orang itu adalah Sarah. “Sarah!” panggil Hendrik, menghentikan gerakan Sarah yang akan memasukkan barang belanjaan ke dalam mobil taksi yang mengantarkannya. “K-kamu! Mau apa kamu ke s

  • Terkabulnya Doa Istri Pertama   bab 108

    Brak! “Brengsek! Oh Tuhan! Kenapa semua ini terjadi padaku?” Hendrik menghentikan mobilnya di pinggir jalan dan turun dengan begitu kasarnya. Ia berteriak penuh frustasi layaknya orang gangguan jiwa yang tak mempedulikan lalu lalang orang-orang di sekitarnya. Hendrik terus menerus berteriak dan menyalahkan orang lain dalam setiap permasalahan yang dihadapi, seperti saat ini. Selain kesal, marah, kecewa, dan rasa lain yang membuatnya marah, Hendrik juga merasa kebingungan dalam melangkahkan kaki untuk mencari tempat bernaung. Tinggal di apartemen atau mengontrak sebuah rumah rasanya tidak mungkin, uang yang saat ini ia miliki sama sekali tidak mencukupi karena sudah habis tak tersisa untuk pesta pernikahan kemarin. “Ah, rumah Oma!” Dalam kegamangan dan kegelisahan, Hendrik menemukan secercah harapan. Ide untuk tinggal di rumah Oma Santi terlintas di benak yang saat ini sedang panas-panasnya. ****“Oma, aku mau tinggal di sini!” ucap Hendrik tanpa basa-basi saat baru saja tiba di r

  • Terkabulnya Doa Istri Pertama   107

    “A-apa? C-cerai?” Mata Hendrik terbelalak menatap tidak percaya dengan akta cerai yang dilemparkan oleh Sabrina begitu rombongannya sudah diterima oleh Hendrik di ruang tamu. Bagai dihantam batu ribuan ton, meninggalkan rasa sesak begitu dalam di dada Hendrik. Ia juga serasa disambar petir di siang hari nan bolong. Tiada hujan tiada angin dan tiada permasalahan sedikit pun, tapi tiba-tiba diceraikan begitu saja. Dadanya kembang kempis, memompa darah amarah hingga menggelegak ke ubun-ubun menambah suasana semakin panas yang tercipta di ruang tamu tersebut. Harga dirinya sebagai laki-laki, hilang begitu saja di hadapan akta tersebut. Ia menjadi sangat terluka, akibat perlakuan yang saat ini ia terima.“Iya! Itu bukti kalau kita sudah cerai. Kenapa kamu masih bertanya? Apakah kamu begitu buta sehingga tidak bisa membacanya?” Sabrina begitu angkuhnya menjelaskan. “Kenapa kamu menceraikanku? Apakah cintaku untukmu itu tidak ada artinya?” Hendrik masih tidak percaya, berharap ini semua

DMCA.com Protection Status