Barata pulang ke Mansion dengan wajah lelah. Sementara itu sang istri nampak murung setelah seharian tidak melihat putrinya. Bara menyentuh pundak sang istri yang sedang melamun di bibir ranjang yang sedang mendekap sebuah foto."Sayang, Hei. Apakah kau baik-baik, saja?" Meysha tak bergeming. Lebih tepatnya jiwanya entah berada di mana. Sementara air matanya tak kunjung mereda. Membuat pria yang berusia empat puluh tujuh tahun biru membawanya ke dalam pelukan."Bersabarlah Sayang, kita akan menemukan Shenina kembali," bisik Bara seraya mengecup ubun-ubun istrinya.Sementara itu, Rey pulang ke Swiss dan memilih tinggal di apartemen miliknya. Ken datang dan memberikan informasi."Selamat malam Tuan Rey. Saya ingin memberikan informasi bahwa nona Shenina kabur dari rumah Tuan Barata dan dia sedang mencari keberadaan putrinya.""Apakah aku begitu kejam dengan istriku sendiri, Ken?" tanya Rey tidak nyambung. SebenarnyaSang asisten ingin berterus terang. Hanya saja egonya ditahan demi men
Setelah mencicipi makanan khas Indonesia tersebut, kini Shenina terbiasa makan hanya dengan Bakso. Terbesit dalam pikiran bila ia ingin membuat sendiri saja guna menghemat pengeluaran.Perut buncitnya sudah bertambah, tak terasa seminggu sudah pemilik iris kelabu itu tinggal di rumah sewa dengan beberapa tetangga yang julid. Sesungguhnya, hal itu tidak membuat nyaman sehingga Shenina jarang keluar rumah. Meskipun begitu ia berusaha untuk tetap ramah."Aku belum memeriksa kandungan… Baby sabar ya, mommy akan mencari pekerjaan di sekitar sini. Bila uangnya cukup, nanti kita pergi ke dokter ya?" tanyanya dengan mengelus perutnya sejenak sebelum memulai aktivitas membuat adonan Bakso. Ia mempelajari cara pembuatan lewat YouTube. "Bila Mommy tidak mendapatkan pekerjaan, mungkin bisa buka usaha sendiri seperti Bakso bakar. Lagipula banyak anak-anak di sekitar rumah sewa mungkin saja mereka suka. Doakan mommy ya, Baby," gumam Shen berharap anaknya dapat mengerti.Jam menunjukkan pukul sete
Giska melihat keseriusan dari wajah wanita hamil di hadapannya. Ia merasa terenyuh sehingga mengangguk kepala. Shenina merasa mendapat jackpot, ia menabrak tubuh wanita berkulit sawo matang itu kedalam pelukan."Thanks you so Much, Giska. I'm happy. Maybe this is my first experience. But, i will try.""You're welcome. Mbak Bule bisa bekerja besok pagi mulai jam 10.00.""Oke. Jika begitu aku akan kembali ke rumah. Kebetulan hanya berjalan sepuluh menit saja. Hitung-hitung latihan," ucap Shen seraya berdiri."Memangnya usia kandungan Mbak Bule sudah berapa? Kok sepertinya sudah gede banget.""Aku belum memeriksa kandungan. Diperkirakan masih memasuki usia 5 bulan.""Hmmm, tapi jika capek Mbak bilang ya. Jika tidak mbak akan saya pecat," Ancam Giska membuat Shenina tertersenyum."Aku akan bekerja lebih baik sehingga kamu tidak akan merugi!"***Shenina sampai di rumah sewanya dan langsung saja duduk di kursi sofa seraya menghidupkan kipas angin. Ia menyeka keringat di wajahnya yang bercu
Shenina segera meraih cermin kecil yang senantiasa dibawa Giska. Shenina pun shock karena adanya bintik-bintik merah di bagian wajahnya. Sebisa mungkin ia mampu mengontrol diri dengan berkata, "Oh, mungkin saja ini karena alergi makanan.""Mbak Bule sebaiknya pergi ke dokter deh. Takutnya kenapa-kenapa. Mana cuaca panas kek gini, Giska khawatir lho. Mbak Bule ke rumah sakit ya?" paksa Giska namun Shenina menggeleng.Dia baru bekerja sebentar, masa harus istirahat lagi? Pikir Shenina bermonolog. Ia tersenyum dan membujuk, "Percayalah, semua akan baik-baik saja. Lagipula hanya sedikit kok.""Ya sudah. Kalo gitu, mbak Bule coba istirahat dulu. Biar Giska yang melayani pembeli. Mbak press tutup cupnya saja nanti.""Oke. Jika kamu maksa. Tapi jika aku bantuin sampai dagangan habis jangan menolak!" Ancam Shenina balik membuat Giska mendengus."Semerdeka Mbak bule saja deh.Shenina tertawa, bersama Giska sehari sudah membuat moodnya membaik. Ia mengelus perutnya yang menonjol. Batinnya berb
Rey tiba di Jakarta dan segera mencari penginapan di hotel. Ia melakukan segala sesuatu sendiri. Di dalam hotel, ia berdiri didekat jendela kaca seraya memasukkan kedua tangan di saku, sementara mata elangnya menatap lalu-lalang kendaraan yang lewat. Gemerlap lampu malam membuat pemandangan kian mempesona."Vallen sayang kapan aku bisa berjumpa denganmu lagi?""Aku tidak akan sanggup untuk kehilanganmu. Aku memang Suami yang brengsek. Meskipun di ujung dunia sekalipun, aku akan tetap mencarimu. Bagaimana kabar bayi kita? Apakah kalian berdua baik-baik saja?" tanyanya yang dijawab oleh angin.Angin bertiup kencang, langit malam kian pekat. Tak berselang lama suara gemuruh Guntur dan petir saling bersahutan. Rey menutup gorden. Ia duduk di bibir ranjang menatap foto pernikahan paksa antara dirinya dan Vallenzuela."Semoga aku bisa menemukan dirimu secepatnya," bisik pria bernetra elang, kemudian merebahkan tubuhnya di ranjang. Menatap langit kamar lalu memejamkan mata sebab lelah melaku
"Ya terserah mbak Bule sih, mau curhat atau nggak. Lagipula aku tidak mau terlalu ikut campur dalam urusan rumah tangga Mbak Bule," sahut Damar yang telah selesai memakan puding jagung buatan Shenina."Aku belum siap untuk bercerita. Mungkin lain kali saja. Karena sudah jam delapan, sebaiknya aku kembali ke rumah. Selamat malam Damar." Shenina berdiri dan keluar dari rumah Damar. Di tengah pintu Damar bertanya, "Mbak besok ingin dibawakan apa? Sekalian besok aku jalan-jalan sama Mas Bule.""Aku sedang tidak ingin makan apa-apa Mar. Terima Kasih tawarannya."***Langit di Jakarta pagi ini nampak redup. Mobil Damar sudah standby di depan sebuah hotel. Rey datang dan segera memasuki mobil."Mas Bule, mau kemana?""Terserah, keliling Jakarta sampai malam pun tidak masalah.""Oh gitu. Ya sudah jika begitu kita ke tempat wisata saja," ujar Damar setelah menghidupkan mesin."Ya." sahut Rey pendek. Dalam hati Damar membatin, "Baru sekali ini nemuin penumpang yang irit bicara dan bersikap bo
Sesuai janji, pagi ini, wanita hamil itu membuat puding rasa buah leci dan buah apel. Sehubungan masih banyak sekali buah-buahan. Shenina berinisial untuk membuat salad buah saja sebagai bonus. "Selesai. Tinggal minta tolong Damar untuk mengantarkan," seru Shenina bangga atas hasil karyanya. Tangannya bergerak mengelus perutnya yang menonjol.Bibirnya berbisik, "Baby, doakan Mommy ya. Agar rezekinya semakin banyak. Do'akan juga jualan Aunty Giska semakin membludak supaya bisa melanjutkan pendidikan, oke."Shenina keluar dari rumah dan mengetuk pintu rumah Damar. Pria yang berprofesi sebagai sopir itu membukakan pintu dan sudah bersiap-siap."Eh, Mbak bule. Pesanan Mas bule sudah selesai ya?""Iya. Tolong ya, titip. Bilang saja, gratis. Jika perlu nanti akan dibuatkan lagi. Toh masih banyak bahan di Kulkas.""Mbak Bule ini seperti membuatkan bekal untuk suami saja," goda Damar membuat Shenina tersenyum masam.Damar menawarkan tumpangan. "Oh ya, Mbak Bule tidak mau ikutan ngantar? Seka
Mendengar suara mantan suaminya, Shenina membalikkan badan dengan wajah cemberut. Sadar bahwa dirinya tidak akan bisa lepas memilih untuk merebahkan diri di sofa."Jika kau tidak segera membuka pintu, aku akan panggil polisi dan mengatakan bahwa kau pria psikopat yang sedang menculik wanita hamil." Lagipula berjalan menuju ke kamar Hotel Reyzain sangat melelahkan, tidak salah bila ia istirahat, bukan?Rey menyeret langkah kakinya mendekat ke arah istrinya dan berkata, "coba saja jika berani. Aku menantangmu, sayang.""Aku bukan kesayanganmu!" hardik Shen marah. Rey terkekeh, melihat wajah wanita yang dirindukan siang malam itu membuat kepalanya mendadak sembuh.Rey berlutut di depan sofa dan berujar, "Sekalipun kau menyangkalnya, tidak bisa memungkiri bahwa kau masih berstatus sebagai istri dari Reyzain. Bahkan polisi tidak akan percaya bahwa aku menculikmu."Pra itu menjeda kalimat sejenak kemudian meneruskan. "Izinkan aku berada disampingmu, Vallenzuela. Merawat Kalian berdua seumu
Rey mengelus leher belakangnya dan menyahut, "Hanya sekedar kenalan saja, Ken.""Selama sebulan ini, Tuan Rey kemana?" tanya Ken. "Aku sedang ada urusan bisnis Ken," Balas pemilik netra elang sekadarnya. Sang ajudan menimpali, "Tuan Yakin tidak sedang berbohong? Urusan penting apa itu? Sebab kesibukkan bisnis Tuan sudah diambil alih papa tuan. Tuan Darwin dan nyonya Monik kembali terjun ke perusahaan yang Tuan Rey kelola.""Aku, berbohong? Apakah wajah tampanku ini seperti orang penipu, Ken?" Rey terlihat marah membuat Ken tersenyum. "Tuan tidak bisa berbohong padaku. Pasti sebuah rahasia besar yang kini menimpa Tuan hingga tak pernah pulang. Benarkan?""Hah, kau sok tahu."Ken kemudian melanjutkan. "Aku sangat mengenal siapa tuan Reyzain. Nona Shen bahkan menghilang dari rumah tuan Barata karena melihat foto tuan bersama perempuan lain yang sedang sama-sama polos berada di dalam selimut yang sama.""Apaaa?!" teriak Rey terkejut dengan suara lantang. Lalu buru-buru membungkam mulut
Ken ingin berucap, namun Barata mengusir dengan gerakan tangan. Membuat ajudan menantunya hanya bisa menurut dengan perasaan yang tak terduga. Ken segera membopong Meysha dan meminta calon istrinya untuk membukakan pintu rumah dan mobil. "Kita bawa nyonya ke rumah sakit saja, Gis," ujar Ken dan diberikan anggukan oleh Giska. Reyzain yang melihat dari teropong pun segera turun dari Villa guna memasuki Mansion Barata. "Ayah mertua, ayah!" teriak Rezain berang. Ia kesal sedari tadi diabaikan. Apalagi tidak nampak tanda-tanda Shenina dan Alvin. Padahal ia sangat merindukan keduanya. "Ayah. Dimana kau sembunyikan istri dan anakku!" seru Reyzain lagi kemudian menaiki tangga guna mencarinya di kamar. Namun, tak ada siapa-siapa. Kakinya ia ayunkan menuju ruang baca sebab hanya ruangan itu yang tak bisa dijangkau oleh penglihatannya lewat teropong. Ia langsung saja masuk sebab pintu sudah terbuka. Rey yang sedang tersulut amarah pun bertanya, "Ayah, kenapa ayah berbohong padaku, hah? Buk
"Apakah kau sudah memikirkannya Shen? Tinggal di panti bersama bayi Al?" tanya Ezra sekali lagi. Shenina mengangguk mantap. "Benar Ez. Aku tumbuh besar di sana. Lagipula ibu panti sudah sangat tua. Jika bukan karena kau yang memberikan donatur tetap mungkin panti itu sudah lama dirobohkan. Jadi, bantu aku ya, please?"Shenina sampai menyatukan kedua tangannya di depan dada sebagai tanda permohonan. Ezra sangat mencintai wanita di hadapannya. Ia berpikir jika bisa menuruti Shen bisa merebutnya dari Rey secara halus. "Akan aku pertimbangkan. Sebab ada beberapa resiko yang nantinya akan kau tanggung. Sekarang sarapanlah, kasihan bayimu bila tidak sarapan.""Oke. Aku akan meminjam dapur, dan kau jaga Alvin sebentar ya," kata Shen seraya bangkit dari duduk. Ezra hanya tersenyum saja sebagai jawaban. "Hai baby Al. Panggil aku ayah nanti ya? Sebab sebentar lagi kita akan menjadi pasangan anak dan ayah yang sempurna," kelakar Ezra berbicara pada Al yang sedang memejamkan mata disertai isap
"Mas, sebaiknya katakan apa rencanamu," sergah Meysha yang membuka pintu perpustakaan secara kasar. Barata segera mengganti layar laptop menjadi grafik pendapatan rumah sakit dan hotel guna membandingkan profit. "Memangnya apa yang aku lakukan, Mey?" "Sikap Mas Bara begitu berbeda hari ini, pasti Mas menyembunyikan sesuatu," tuduh sang istri dan Bara tak menanggapi. Hal itu membuat Meysha sangat kesal. "Oke, jika tidak ingin berkata jujur, malam ini tidurlah sendiri dan jangan coba merengek!""Iya, Mas rencananya mau lembur," jawab Barata santai, membuat sang istri gregetan dan menghentakkan kakinya sebab sangat kesal. Jadi ia memilih menengok cucunya. "Shen, boleh gendong baby Alvin?" tanya Meysha ketika memasuki kamar anaknya. Shenina yang duduk di pinggiran ranjang, sedang menyusui anaknya pun semakin erat mendekap baby Al. Ia begitu takut sebab sang ayah tadi sudah memisahkan keduanya. Shenina menggelengkan kepalanya. "Jangan ambil anakku, Ma. Jangan pisahkan kami," jawab Sh
"Kenapa papa bilang begitu, aku yakin Rey tidak akan mungkin menghianatiku. Aku tahu siapa suamiku, pa. aku mohon jangan pisahkan kami," mohon Shen seraya menangkupkan kedua tangannya di depan dada.Barata masih saja keukeuh meminta sang anak untuk berpisah. "Jika kau tidak mau berpisah dengan Rey. Maka jangan harap bisa menemui putramu lagi!"Bara mengambil paksa bayi yang ada di box dan membawa pergi entah kemana. Shen hanya bisa meruang sejadi-jadinya. rinai hujan di pipinya begitu deras. Monik juga tidak menduga bahwa sahabatnya tega memisahkan ibu dan anak. "Apakah Bara itu sudah tidak waras! Memisahkan Shenina dengan bayinya. Benar-benar tidak masuk akal! Dasar kakek tua gila" umpat Monik dengan amarah yang begitu kentara. Ia segera membantu menantunya untuk berdiri. Memeluknya serta mengelus punggung Shenina guna menenangkan. "Shen, jangan pikirkan hal-hal yang tidak penting. Mama percaya bahwa Bara tidak akan menyakiti cucunya sendiri. Mengenai Rey, mama meminta maaf. Karena
Mendengar perkataan Ken, orang-orang yang berada di ruang makan menghentikan aksi sarapan. Shen terhenyak. Padahal niatnya adalah untuk menjodohkan Ezra dengan Giska."Gis, kalian berdua sudah saling mencintai ya setelah Ken menjemput ke Indonesia? Wah, padahal baru seminggu yang lalu, lho," goda Shen membuat Giska kikuk.Wanita asal Indonesia itu berkata, "Hahaha, sepertinya Mas Ken salah makan obat Mbak Bule, makanya pagi-pagi begini melawak. Kan Giska pengen melanjutkan pendidikan dulu, baru nikah."Ken sungguh kecewa, artinya dia sedang ditolak sekarang? Jadi ia pergi begitu saja dari ruangan tanpa sepatah katapun."Ken marah sepertinya, ayo segera bujuk dia." Giska berupaya tersenyum, "Biarkan saja Mbak Bule, mungkin mas Ken pengen sendiri."Ezra pun ikut berkomentar, "jadi, Ken itu siapanya kamu, Gis?"Giska menjawab kaku. "Bukan siapa-siapa Mas Ezra.""Kalian berdua sudah saling mengenal?" tanya Shen penasaran. "Dulu, Giska sempat bekerja di rumahku yang ada di Jakarta. Terny
Ezra membaringkan bayi mungil itu dengan hati-hati. Shen bernafas lega dan mengucapkan terima kasih."Jika begitu aku turun dulu ya, takutnya Rey tiba-tiba datang dan malah salah paham. Tahu sendiri gimana posesifnya si Rey. Dulu saja kami menyukai wanita yang sama.""Oh, tidak masalah bila dahulu ia mencintai wanita lain. Sekarang kan aku sudah menjadi istrinya yang dicintainya," sahut Shen bangga."Aku juga turut bahagia. Oh ya selamat malam, Len. Bila butuh bantuan kau bisa turun memanggilku."Shen hanya merespon dengan anggukan. Ezra segera menutup pintu diiringi seringai yang menakutkan."Bila kau tak bisa kudapatkan dengan cara halus, masih ada cara lainnya untuk membuat kalian berdua salah paham."***Tengah malam ketika semua orang terlelap, Ezra diam-diam mengendap untuk ke ruang belakang rumah yang tak terawat. Dengan menggunakan masker, otomatis ia tidak akan ketahuan. Sebuah cairan dioleskan sapu tangan. Membuka pintu yang gelap. Rey pun memicingkan mata guna melihat siapa
Pria berpakaian serba hitam itu menyeret tubuh Rey ke halaman belakang rumah. Ada sebuah gedung tua yang tidak pernah digunakan. Pria itu mengikat tubuh Reyzain pada tiang dan menyumpal mulutnya dengan kain agar tidak berteriak.Pria berpakaian serba hitam tersebut segera keluar dari gudang dan menuju toilet untuk melepaskan masker. Netra hitamnya berbinar tatkala melihat wajahnya di depan cermin."Vallenzuela, meskipun kau sudah pernah melahirkan. Namun aku akan tetap mencintaimu."Ia segera keluar dari toilet dan memberikan sebuah kado untuk wanita yang dicintainya."Vallen?" Shenina yang mendengar suara yang begitu familiar segera menoleh ke arah kiri. Mata kelabunya berkaca-kaca saat tahu siapa yang datang."Ezraaa! Ya ampun sudah lama sekali ya aku tidak melihatmu. Apa kabar?"Ezra tersenyum dan menyahut, "Tentu saja aku baik. Oh ya, dapat salam dari ibu panti dan anak-anak. Maaf baru tahu jika kau mengadakan pesta.""Tidak masalah, Ez. Sebaiknya kita duduk dulu," ajak Shenina s
Rona bahagia terpancar dari wajah Shenina beserta Reyzain yang sedang berpose seraya menggendong bayi Alvin. Keluarga kecil tersebut kompak mengenakan pakaian serba ungu yang dikombinasi warna abu. Para lelaki mengenakan setelan jas abu-abu, sementara perempuan mengenakan dress selutut warna ungu.Malam ini kediaman Mansion milik Barata ramai oleh para tamu undangan yang menghadiri acara pesta untuk dua bayi yang lahir disaat bersamaan. Dekorasi pesta terlihat glamor dengan adanya hiasan lampu, bunga warna ungu, ornamen kupu-kupu, serta balon. Adapun nama dua bayi yang tertera di dinding yang ditempel dengan kain abu-abu. Sementara Cherry juga tampak bahagia karena bisa berfoto bersama sang suami, Glen dan juga putrinya.Kebahagiaan tersebut sangat penting baginya karena ia khawatir bahwa papa mertuanya tidak menyukai Glen karena wajah yang begitu persis dengan Gladwin."Terimakasih banyak kepada para hadirin yang sudah datang dalam acara pesta cucu-cucu saya. Semoga, keduanya selalu