Suasana Eddy seketika menjadi lebih baik.Dia bahkan sudah tidak marah lagi mengenai Felica yang menyarankan agar Henry segera bertemu dengan putri keluarga Ingra saat ditelepon tadi.Miana menunduk dan makan dengan serius.Dia menyadari bahwa Kakek tidak ingin dia bercerai dengan Henry.Setiap kata yang dia ucapkan bisa saja disalahartikan sebagai masih memiliki perasaan terhadap Henry.Oleh karena itu, dia memilih untuk tidak terlalu banyak bicara.Setelah selesai makan, Eddy meminta Miana ikut mobilnya dan menyuruh sopir untuk mengantar mereka ke kantor catatan sipil.Miana tidak bisa menolak, jadi masuk ke dalam mobil dengan patuh.Melihat ini, Eddy merasa senang.Saat mereka hampir sampai di kantor catatan sipil, panggilan dari Henry datang.Eddy langsung bertanya, "Kapan kamu sampai?""Biarkan Miana menjawab telepon!" ujar Henry dengan nada yang serius."Kenapa nada bicaramu begitu?" Eddy memarahinya."Ada hal penting yang ingin kukatakan padanya!"Kakek menyerahkan ponsel pada M
Miana menatap Henry dengan ekspresi yang menunjukkan keterkejutan yang mendalam.Dia merasa tadi pasti hanya halusinasi, dan Henry sebenarnya tidak mengatakan apa-apa."Miana, ketika nenekmu meninggal, aku sedang dinas luar, dan ponselku ...." Henry tiba-tiba berhenti.Janice yang sekarang sangat mirip dengan orang yang dulu mendorong dia dan ibunya ke situasi putus asa, bahkan menyebabkan kematian ibunya.Jika Miana tahu tentang hal itu, bisa-bisa dia langsung pergi menemui Janice.Pada saat itu, Janice mungkin akan melakukan sesuatu padanya.Memikirkan kemungkinan itu, Henry merasa lebih baik menunggu sampai dia bisa mengirim Janice pergi terlebih dahulu.Melihat Henry berhenti di tengah kalimat, Miana seketika mengerti.Ternyata selama proses pemakaman neneknya, Henry tidak menyalakan ponselnya. Miana merasa beruntung tidak mencoba meneleponnya, karena itu akan terlihat sangat memalukan.Selain itu, Janice baru saja menjalani operasi aborsi pada saat itu, Henry pasti sangat tertekan
Miana memberikan dokumen yang sudah ditandatangani kepada pengacara, lalu berkata kepada Henry, "Semua dokumen sudah ditandatangani, sekarang kita pergi ke kantor catatan sipil.""Miana, kamu pikirkan lagi, oke?" tanya Henry dengan suara pelan.Pengacara itu segera mengemasi barang-barangnya dan cepat-cepat pergi.Dia tidak berani mendengar percakapan pribadi mereka."Aku sudah memikirkannya sejak lama. Ayo kita pergi!" Miana memandang wajah Henry, dan tidak ada emosi apa pun di hatinya.Karena hatinya sudah hancur berkeping-keping setelah berkali-kali dilukai dan dibohongi Henry.Kemarin malam, Miana telah berpikir banyak hal.Dia merasa sangat kasihan pada dirinya sendiri selama bertahun-tahun ini."Miana ...." Henry memanggil lagi, tetapi kata-kata yang ingin dia ucapkan tidak dapat keluar dari mulutnya ketika dia melihat sepasang mata Miana yang sedang menatapnya itu terlihat begitu dingin.Tepat pada saat ini, Eddy membuka pintu dan masuk."Pengacara bilang surat sudah ditandatang
"Kali ini bukan Henry nggak mau melanjutkan pernikahan ini, melainkan Mia yang sudah bulat untuk bercerai." Eddy mendesah, merasa makin sedih. "Beberapa hari lalu, nenek Mia meninggal, Henry nggak bisa dihubungi dan nggak tahu di mana. Mia harus melewati hari-hari itu sendirian! Mia begitu menderita, bagaimana mungkin aku masih berani memintanya untuk tetap bersama Henry!"Dia tadi bersikap tidak peduli di depan Miana, tetapi sebenarnya dia sangat sedih.Dulu, saat sedih, dia masih bisa berbicara dengan Miana. Sekarang, dia hanya bisa menyimpan kesedihannya itu sendirian."Kalau seperti itu, memang sulit untuk mengatakannya," ujar sopir, merasa canggung juga.Di pandangan sopir, Henry adalah pria yang sangat terkenal di Kota Jirya. Ada banyak wanita yang ingin menikah dengannya.Miana sangat beruntung bisa menjadi bagian dari keluarga Jirgan, tetapi sekarang dia harus melepaskan semua kemewahan itu.Dibutuhkan keberanian yang besar untuk bisa melakukannya."Sudahlah, ikuti mobil mereka
Wajah mereka tertangkap di kaca spion, terlihat serasi. Sopir diam-diam mendesah.'Sungguh pasangan yang sempurna dan serasi.'Sepanjang perjalanan, masing-masing tenggelam dalam pikirannya sendiri.Sesampainya di kantor catatan sipil, seorang pengacara sudah menunggu di pintu.Pengacara yang sama seperti sebelumnya.Miana tersenyum kecil, merasa ini kebetulan yang lucu."Pak Henry, Nyonya Jirgan, ini perjanjian perceraian, silakan dibaca dengan teliti!" Sebelumnya dia ingin menghindari percakapan tentang perceraian dua orang ini, tetapi siapa sangka dalam waktu kurang dari satu jam, dia malah mengantarkan perjanjian perceraian mereka.Miana mengambil perjanjian perceraian itu dan membacanya.Setelah selesai, dia sangat terkejut.Perjanjian itu mencantumkan pembagian aset sebesar dua ratus miliar, ditambah sebuah rumah senilai seratus miliar, serta sebuah mobil Rolls-Royce yang memiliki fitur anti peluru.Dengan semua ini, ditambah saham yang diberikan Kakek, setelah bercerai, Miana ak
"Miana, aku hamil, jadi kamu harus segera bercerai dengan Henry, kalau nggak, betapa malangnya anak ini lahir tanpa ayah." Isak wanita itu terdengar dari ponsel. Miana mendengarnya sambil mengusap pelipisnya, lalu berkata dengan nada dingin, "Apa lagi yang ingin kamu katakan, Kak Janice? Cepat katakan, akan kurekam, nanti saat proses perceraian dengan Henry, aku bisa memperoleh lebih banyak aset.""Miana, kamu bajingan! Bisa-bisanya kamu merekam pembicaraan ini!" Wanita itu langsung menutup telepon setelah mengumpat.Setelah panggilan tersebut terputus, Miana menunduk melihat ke lembar hasil pemeriksaan di tangannya. Tulisan "hamil empat minggu" yang tercetak di kertas itu terasa menyakitkan baginya.Awalnya dia berniat memberi tahu Henry tentang kehamilannya malam ini, tetapi dia sekarang merasa tidak perlu lagi.Anak ini datang pada waktu yang salah, tetapi anak ini adalah penyelamatnya.....Miana yang begitu tiba di rumah setelah pulang kerja disambut oleh Bibi Lina, "Nyonya, saya
Miana melirik pria yang berbicara, Yosef Lucario, sahabat sejak kecil Henry. Keluarga Lucario juga merupakan keluarga yang berkuasa di Kota Jirya. Yosef paling memandang rendah Miana yang berasal dari keluarga miskin. Meskipun dia merupakan putra dari keluarga bermartabat, dia bersikap seperti sebuah pisau yang dapat diayunkan sesuka hati oleh Janice. Janice selalu menggunakannya untuk melawan Miana setiap saat.Teringat akan hal tersebut, Miana tersenyum kecil dan berkata dengan lembut, "Kak Janice adalah kakak iparnya Henry, istri dari kakak tertua Henry. Kalau orang lain mendengar apa yang barusan kamu bilang, aku takut akan ada yang salah paham dan mengira mereka punya hubungan yang nggak seharusnya!"Yosef baru saja sengaja berbicara kasar padanya, jadi dia tidak perlu memikirkan harga diri Yosef.Dia mengakui bahwa dia sangat mencintai Henry, tetapi dia tidak serendah itu sampai akan menerima begitu saja perlakukan buruk teman-teman Henry.Janice awalnya senang, tetapi setelah me
"Bukankah kamu bilang seseorang ingin membunuhmu? Aku hanya memastikan apakah kamu sudah mati." Perkataan Henry penuh dengan sindiran.Miana refleks menggenggam ponselnya erat-erat dan berkata dengan tegas, "Aku ditakdirkan berumur panjang, jadi nggak akan mati!"Dia mematikan panggilan itu dan memblokir nomor itu dalam satu gerakan cepat.....Pada saat ini, di kamar rawat VIP di rumah sakit milik Grup Eskaria, Janice berbaring di ranjang dengan wajah yang terlihat sangat pucat. Dia terlihat begitu lemah, seakan-akan angin bisa menerbangkannya.Henry yang tengah menggenggam ponselnya menunjukkan ekspresi masam.Melihat itu, Janice bertanya dengan hati-hati, "Henry, apa Miana baik-baik saja?"Henry meletakkan ponselnya dan berseru, "Dia baik-baik saja!"Janice diam-diam mengutuk Miana di dalam hatinya, tetapi berkata dengan nada lembut kepada Henry, "Kamu sebaiknya kembali menemaninya. Ada dokter dan suster di sini, jadi kamu nggak perlu mengkhawatirkan aku."Henry berkata dengan tenan
Wajah mereka tertangkap di kaca spion, terlihat serasi. Sopir diam-diam mendesah.'Sungguh pasangan yang sempurna dan serasi.'Sepanjang perjalanan, masing-masing tenggelam dalam pikirannya sendiri.Sesampainya di kantor catatan sipil, seorang pengacara sudah menunggu di pintu.Pengacara yang sama seperti sebelumnya.Miana tersenyum kecil, merasa ini kebetulan yang lucu."Pak Henry, Nyonya Jirgan, ini perjanjian perceraian, silakan dibaca dengan teliti!" Sebelumnya dia ingin menghindari percakapan tentang perceraian dua orang ini, tetapi siapa sangka dalam waktu kurang dari satu jam, dia malah mengantarkan perjanjian perceraian mereka.Miana mengambil perjanjian perceraian itu dan membacanya.Setelah selesai, dia sangat terkejut.Perjanjian itu mencantumkan pembagian aset sebesar dua ratus miliar, ditambah sebuah rumah senilai seratus miliar, serta sebuah mobil Rolls-Royce yang memiliki fitur anti peluru.Dengan semua ini, ditambah saham yang diberikan Kakek, setelah bercerai, Miana ak
"Kali ini bukan Henry nggak mau melanjutkan pernikahan ini, melainkan Mia yang sudah bulat untuk bercerai." Eddy mendesah, merasa makin sedih. "Beberapa hari lalu, nenek Mia meninggal, Henry nggak bisa dihubungi dan nggak tahu di mana. Mia harus melewati hari-hari itu sendirian! Mia begitu menderita, bagaimana mungkin aku masih berani memintanya untuk tetap bersama Henry!"Dia tadi bersikap tidak peduli di depan Miana, tetapi sebenarnya dia sangat sedih.Dulu, saat sedih, dia masih bisa berbicara dengan Miana. Sekarang, dia hanya bisa menyimpan kesedihannya itu sendirian."Kalau seperti itu, memang sulit untuk mengatakannya," ujar sopir, merasa canggung juga.Di pandangan sopir, Henry adalah pria yang sangat terkenal di Kota Jirya. Ada banyak wanita yang ingin menikah dengannya.Miana sangat beruntung bisa menjadi bagian dari keluarga Jirgan, tetapi sekarang dia harus melepaskan semua kemewahan itu.Dibutuhkan keberanian yang besar untuk bisa melakukannya."Sudahlah, ikuti mobil mereka
Miana memberikan dokumen yang sudah ditandatangani kepada pengacara, lalu berkata kepada Henry, "Semua dokumen sudah ditandatangani, sekarang kita pergi ke kantor catatan sipil.""Miana, kamu pikirkan lagi, oke?" tanya Henry dengan suara pelan.Pengacara itu segera mengemasi barang-barangnya dan cepat-cepat pergi.Dia tidak berani mendengar percakapan pribadi mereka."Aku sudah memikirkannya sejak lama. Ayo kita pergi!" Miana memandang wajah Henry, dan tidak ada emosi apa pun di hatinya.Karena hatinya sudah hancur berkeping-keping setelah berkali-kali dilukai dan dibohongi Henry.Kemarin malam, Miana telah berpikir banyak hal.Dia merasa sangat kasihan pada dirinya sendiri selama bertahun-tahun ini."Miana ...." Henry memanggil lagi, tetapi kata-kata yang ingin dia ucapkan tidak dapat keluar dari mulutnya ketika dia melihat sepasang mata Miana yang sedang menatapnya itu terlihat begitu dingin.Tepat pada saat ini, Eddy membuka pintu dan masuk."Pengacara bilang surat sudah ditandatang
Miana menatap Henry dengan ekspresi yang menunjukkan keterkejutan yang mendalam.Dia merasa tadi pasti hanya halusinasi, dan Henry sebenarnya tidak mengatakan apa-apa."Miana, ketika nenekmu meninggal, aku sedang dinas luar, dan ponselku ...." Henry tiba-tiba berhenti.Janice yang sekarang sangat mirip dengan orang yang dulu mendorong dia dan ibunya ke situasi putus asa, bahkan menyebabkan kematian ibunya.Jika Miana tahu tentang hal itu, bisa-bisa dia langsung pergi menemui Janice.Pada saat itu, Janice mungkin akan melakukan sesuatu padanya.Memikirkan kemungkinan itu, Henry merasa lebih baik menunggu sampai dia bisa mengirim Janice pergi terlebih dahulu.Melihat Henry berhenti di tengah kalimat, Miana seketika mengerti.Ternyata selama proses pemakaman neneknya, Henry tidak menyalakan ponselnya. Miana merasa beruntung tidak mencoba meneleponnya, karena itu akan terlihat sangat memalukan.Selain itu, Janice baru saja menjalani operasi aborsi pada saat itu, Henry pasti sangat tertekan
Suasana Eddy seketika menjadi lebih baik.Dia bahkan sudah tidak marah lagi mengenai Felica yang menyarankan agar Henry segera bertemu dengan putri keluarga Ingra saat ditelepon tadi.Miana menunduk dan makan dengan serius.Dia menyadari bahwa Kakek tidak ingin dia bercerai dengan Henry.Setiap kata yang dia ucapkan bisa saja disalahartikan sebagai masih memiliki perasaan terhadap Henry.Oleh karena itu, dia memilih untuk tidak terlalu banyak bicara.Setelah selesai makan, Eddy meminta Miana ikut mobilnya dan menyuruh sopir untuk mengantar mereka ke kantor catatan sipil.Miana tidak bisa menolak, jadi masuk ke dalam mobil dengan patuh.Melihat ini, Eddy merasa senang.Saat mereka hampir sampai di kantor catatan sipil, panggilan dari Henry datang.Eddy langsung bertanya, "Kapan kamu sampai?""Biarkan Miana menjawab telepon!" ujar Henry dengan nada yang serius."Kenapa nada bicaramu begitu?" Eddy memarahinya."Ada hal penting yang ingin kukatakan padanya!"Kakek menyerahkan ponsel pada M
"Siapa yang menelepon, Kek?" Miana mengalihkan pembicaraan."Ibunya Henry," jawab Eddy dengan nada yang terdengar agak kesal."Dia tahu aku akan bercerai dengan Henry?" Miana ingat bahwa Felica pernah mencoba membuatnya keguguran, jadi dia sama sekali tidak menyukainya.Wanita seperti itu tidak layak menjadi seorang ibu."Aku nggak beri tahu dia, dan nggak ada niat untuk beri tahu dia!"Mendengar itu, Miana agak heran dan bertanya, "Kenapa?"Felica adalah ibu Henry, mengapa tidak memberitahunya?"Henry nggak pernah bilang padamu tentang hubungannya dengan Felica?" tanya Eddy balik.Miana terdiam sejenak, lalu menggeleng.Henry sangat membencinya, jadi bagaimana mungkin Henry akan memberi tahu hal ini padanya."Sebenarnya, Felica bukan ibu kandung Henry." Eddy mendesah, melihat wajah Miana, ragu sejenak sebelum melanjutkan, "Ibu kandung Henry meninggal saat dia masih sangat kecil. Kemudian, Henry dibawa kembali ke keluarga Jirgan dan karena identitasnya seperti itu, aku yang membesarkan
Janice merasa mematung di tempat.Dia bertanya-tanya mengapa Henry tiba-tiba ingin menjaga jarak dengannya?"Henry ... aku ...." Janice ingin menjelaskan, tetapi tidak tahu harus berkata apa.Henry melihatnya sekilas, lalu pergi tanpa menoleh.Setelah keluar dari rumah sakit, dia menelepon Wiley."Pak Henry.""Sudah ada hasilnya?""Ponselmu memiliki catatan pemblokiran, sebenarnya ... nomor mereka telah diblokir olehmu." Wiley memberi tahu hasil penyelidikan dengan gugup."Kamu datang ke sini dan urus pemulangan Janice dari rumah sakit," ujar Henry dengan suara dingin, lalu menutup teleponnya.Pada hari-hari proses pemakaman nenek Miana, Henry sibuk bekerja di Kota Sugal. Dia tidak menyadari ponselnya telah diutak-atik, sehingga panggilan dari kakeknya tidak masuk. Sementara itu, Miana tentu tidak akan meneleponnya karena Miana membencinya.Namun, satu-satunya yang akan meneleponnya adalah kakeknya, dan nomor kakeknya diblokir.Hanya ada satu orang yang bisa melakukan itu!"Setelah itu
Janice tercekat dan merasa canggung."Kalau kamu bisa membuat keputusan untuknya, aku akan memberitahumu sekarang. Tapi kalau nggak, segera suruh dia menjawab telepon! Atau kamu yang akan menyesal!" ujar Miana dengan suara dingin.Dia tahu apa yang dipikirkan Janice.Namun, dia saat ini tidak tertarik berdebat dengannya.Dia hanya ingin mengurus perceraiannya dengan lancar."Kenapa kamu marah padaku!" Nada bicara Janice mendadak berubah, ada isak tangis, terlihat sangat menyedihkan.Miana langsung mengerti, Henry pasti sudah datang. Dia tersenyum dan berkata, "Seluruh percakapan kita ini direkam, jadi jangan coba-coba memfitnahku!"Dia dan Henry akan segera bercerai, jadi dia tidak peduli lagi jika harus berkonfrontasi dengan Janice.Janice tertegun sesaat. Ketika dia tersadar kembali, dia sangat marah hingga ingin sekali mengumpat Miana.'Berani-beraninya dia merekam percakapan ini!'"Sekarang bisa biarkan Henry menjawab telepon?" Sebenarnya, Miana bisa saja meminta Janice untuk menya
Ada sedikit rasa kasih sayang di dalam suara itu.Menyadari hal itu, Miana berpikir bahwa Farel mungkin menyukai Sherry, meskipun hanya sedikit.Jika tidak ....Pada saat ini, ponselnya berdering.Miana tersadar dan melihat nama yang tertera di layar ponselnya. Keningnya mengerut.'Kenapa Giyan meneleponku?'Di tengah kebingungannya, dia segera mengangkatnya, "Halo, Kak Giyan."Bagaimanapun, Giyan banyak membantunya selama proses pemakaman neneknya.Dia berutang budi kepada Giyan."Maaf mengganggumu selarut ini," ujar Giyan dengan suara yang sangat lembut, membuat orang dapat dengan mudah membayangkan senyumnya yang menyejukkan hati."Ada apa? Apa terjadi sesuatu?" tanya Miana, agak panik."Nggak ada apa-apa." Giyan terdiam sejenak sebelum melanjutkan ucapannya, "Malam ini, Carel, Henry, dan Farel minum bersama, kamu tahu ini?""Nggak tahu." Miana memang tidak tahu.Farel tidak memberi tahu hal itu ketika datang menjemput Sherry.Miana terdiam sejenak, menyadari sesuatu, dan bertanya,