Eddy mendesah pelan, kemudian berkata, "Henry, hubunganmu dengan Mia sudah berakhir! Kakek sangat menyayangkan hal ini!"Dia ingin melihat reaksi Henry terlebih dahulu, baru memutuskan langkah selanjutnya.Henry melirik ke kaca spion dan bertanya, "Apa yang sebenarnya ingin Kakek katakan?"Kakek mendukung Miana, dia tahu itu.Namun, dia ingin tahu apa sebenarnya yang ingin disampaikan Kakek padanya."Kamu masih berpikir untuk membatalkan perceraian ini?" tanya Eddy langsung ke intinya."Ya!" Henry juga tidak ingin menyembunyikan hal itu, menjawab dengan serius."Kalau begitu, aku akan menelepon mereka untuk mengeluarkan akta cerai kalian sekarang juga!" seru Eddy, lalu mengambil ponselnya dan menekan tombol panggilan ulang."Kenapa Kakek melakukan ini!" Henry bingung dengan tindakan kakeknya. "Cucu kandungmu itu aku! Kenapa Kakek malah membantu orang luar dan melawan cucu sendiri!"Mendengar itu, Eddy mendengus dingin dan berkata, "Aku sudah memutuskan, setelah Mia mendapatkan akta cer
Sambil melihat kotak perhiasan itu, Wiley menjawab dengan hormat, "Itu adalah hadiah ulang tahun yang dipilih Pak Henry untukmu. Karena sibuk menangani urusan di Kota Sugal, dia lupa memberikannya kepadamu. Hari ini, dia sendiri yang memintaku untuk memberikannya padamu dan juga menyampaikan permintaan maafnya!"Miana menyerahkan kotak perhiasan itu kembali kepada Wiley. "Akta cerainya sudah kuterima, yang ini tolong kembalikan saja kepada Henry. Bilang padanya, sekarang kita adalah orang asing, jadi nggak ada yang perlu dimaafkan!""Nyonya Jirgan, ini ...." Wiley tiba-tiba merasa kotak perhiasan itu sangat berat.Dia yakin, gajinya akan dipotong Henry jika berani membawa kembali kotak perhiasan itu.Sebagai asisten yang paling dipercayai, tidak dipecat sudah termasuk beruntung jika hal kecil seperti ini saja tidak bisa dilakukan dengan baik."Terima kasih sudah repot-repot datang ke sini! Aku harus pergi sekarang, permisi!" ujar Miana, lalu berjalan pergi bersama Sherry.Wiley terdiam
Ditolak Miana lagi, Giyan merasa sakit hati, tetapi dia tidak menunjukkannya. "Kalau begitu, kamu harus datang ke Firma Hukum Lacia setelah melahirkan!"Dia berharap bisa mengembangkan Firma Hukum Lacia bersama Miana.Miana tertawa kecil dan berkata, "Masih ada beberapa bulan lagi aku baru melahirkan, tapi kamu sudah mereservasi diriku! Siapa tahu aku nggak ingin menjadi pengacara lagi setelah melahirkan!""Aku akan menunggumu! Berapa lama pun akan kutunggu!" ujar Giyan, kata-katanya ini bermakna ganda.Sherry merasa sedikit iri pada Miana.Jika dia memiliki pria yang mencintai dan memanjakannya seperti itu, dia pasti sudah menikah sejak lama!"Urusan masa depan kita bicarakan di masa depan," ujar Miana, yang tidak memikirkannya terlalu dalam."Oke! Kelak baru kita bicarakan lagi." Giyan setuju dan mengganti topik pembicaraan. "Sebenarnya, saat kecil, aku melihatmu jago menari dan mengira kamu akan menjadi penari profesional. Aku nggak menyangka kamu akhirnya menjadi seorang pengacara!
Raut wajah Henry seketika berubah agak masam.'Apa maksud Miana!'"Dia bersama siapa?" tanyanya dengan nada tajam.'Beraninya dia bersikap seperti itu!'"Pak Farel yang menjemputnya," jawab Wiley. Dia dapat merasakan udara di sekitarnya menjadi lebih dingin dan refleks menarik pakaiannya lebih rapat."Di mana Janice?" Henry tahu jika terus membicarakan ini, dia akan semakin marah, jadi dia mengganti topik."Sudah diantar pulang," jawab Wiley, tidak berani berbicara lebih banyak karena tidak tahu apa yang dipikirkan Henry."Oke, kamu bisa keluar sekarang."Wiley segera berbalik dan pergi.Setelah Wiley pergi, Henry mengambil kotak perhiasan dan membukanya.Di dalamnya ada kalung berlian, model terbaru dari toko perhiasan Grup Eskaria tahun ini.Desainnya sederhana tetapi sangat indah.Saat memilihnya, dia membayangkan leher putih Miana yang akan terlihat sangat cantik dengan kalung itu.Namun, Miana malah membuangnya ke tempat sampah.Pada saat ini, suara notifikasi pesan terdengar.Hen
'Dia nggak pernah tersenyum seperti itu padaku!''Bukankah dia bilang mencintaku?'Sebelumnya, Henry berpikir Miana mencintainya.Namun dalam sejurus ini, dia merasa Miana sebenarnya mencintai Giyan.Berani-beraninya Miana membohonginya selama tiga tahun!Henry merasa hatinya seperti diremas oleh tangan tak terlihat, sakitnya hampir membuatnya sesak napas. Amarahnya membara, tetapi juga ada rasa tidak berdaya yang belum pernah dirasakannya sebelumnya.Dia tidak percaya bahwa dirinya berada di sini, menyaksikan semua ini dengan mata kepalanya sendiri, yang membuatnya merasa seluruh dunianya hancur seketika.Dia mencoba mengatur napasnya, berusaha menenangkan diri. Namun, ketika dia kembali melihat mereka berdua, amarahnya seperti disiram bensin, berkobar semakin besar, hampir menghanguskan akal sehatnya."Miana!" Pada akhirnya dia tak mampu menahan diri, berteriak dengan marah. Suaranya sarat dengan emosi dan kemarahan yang terpendam. Saat itu, dia bukan lagi Henry yang biasanya tenang
Melihat Miana tampak lemas, Giyan khawatir akan kesehatannya. Ekspresinya seketika berubah dingin, dia melangkah maju dan menarik Miana ke belakangnya, lalu menatap Henry dan berkata, "Pak Henry, kalian sudah bercerai, apa hakmu mengatur-ngatur hidup mantan istri?"Henry datang dengan penuh kemarahan untuk menginterogasi Miana, terlihat agak konyol.Dengan nada mencibir, Henry berkata, "Wanita yang sudah kubuang, kamu juga tertarik? Ini semacam warisan Keluarga Ferno, ya?"Khawatir Miana akan sakit hati mendengar itu, tatapan Giyan terhadap Henry makin tajam dan dingin. Ekspresi lembut biasanya kini sudah tidak terlihat. "Dengan sifat Pak Henry seperti itu, nggak heran ingin Miana ingin bercerai denganmu!""Sekalipun sudah bercerai, dia tetap milikku. Pak Giyan menginginkannya pun harus lihat aku setuju atau nggak!" Karena cemburu, kata-kata yang keluar dari mulutnya sangat menyakitkan untuk didengar.Setiap kata yang diucapkan Henry masuk ke telinga Miana yang berdiri di belakang Giya
Giyan melihat wajah Miana terlihat agak lebih baik, baru menurunkannya dan berkata, "Kalian bicara dulu, aku mau akan pergi telepon sebentar."Miana mengangguk dan melambaikan tangannya ke arahnya.Di mata Henry, sikap mereka terlihat seperti sedang pamer kemesraan, membuat amarahnya makin membara.Berani-beraninya Miana bersikap seperti itu pada Giyan di hadapannya!Setelah Giyan pergi jauh, Miana mendekati Henry.Perasaan tidak nyaman tadi sudah hilang, sekarang emosinya sudah kembali normal.Dia berdiri di depan Henry, perlahan mengangkat kepalanya untuk menatapnya, tersenyum dan berkata, "Kalau kamu merasa rugi membagikan asetmu dalam perceraian, kamu harus menarik kembali semua hadiah, rumah, mobil, dan salon kecantikan yang kamu berikan kepada Janice selama bertahun-tahun ini, lalu kita bisa membagi ulang harta itu!"Dia tidak berencana untuk terus menjadi pengacara, jadi tidak ada masalah apa yang dia lakukan ini akan berdampak dengan reputasinya.Yang penting baginya sekarang a
Miana hanya merasa sikap Henry sangat konyol.Henry boleh membicarakan tentang hubungannya dengan Giyan, tetapi dia tidak boleh berkata sepatah kata pun tentang hubungan Henry dengan Janice.Betapa sombongnya orang seperti itu!"Miana, kalau kamu kembali ke Kompleks Gaillardia, aku akan pulang setiap hari tepat waktu untuk makan malam bersamamu, bagaimana? Kalau kamu setuju, aku nggak akan mempermasalahkan dasi yang kamu berikan kepada Giyan, kita anggap saja selesai!" Henry berbicara sambil menatap mata Miana, ekspresi wajahnya sangat serius.Dia ingin Miana tetap berada di sisinya.Tidak masalah jika harus merendahkan diri sedikit selama tujuannya tercapai."Henry, aku sarankan kamu pergi periksa ke dokter saraf." Melihat Henry membicarakan hal konyol dengan serius seperti itu, Miana hanya ingin tertawa.Menjadi wanita simpanan tidak hanya bisa mendapatkan uang, pekerjaannya juga bebas.Mungkin wanita lain akan tergoda dengan tawaran itu.Sayangnya, Miana sekarang tidak punya sedikit
Amanda tidak pernah meragukan Miana.Dia hanya meragukan dirinya sendiri."Duduklah, kita diskusikan lagi," ujar Miana dengan suara lembut, sambil mengangkat cangkir kopinya dan mengaduknya perlahan."Oke!" Amanda menarik kursi dan duduk di depannya, kemudian mereka mulai berdiskusi.Diskusi mereka selesai tepat sebelum waktu yang ditentukan.Amanda segera mengemas dokumen-dokumen dengan rapi, lalu dia dan Miana meninggalkan kantor bersama-sama.Kendati sudah empat tahun meninggalkan Kota Jirya, Miana tetap menjadi sosok yang dihormati dan diingat.Setibanya di pengadilan, banyak wajah akrab yang menyapanya dengan antusias.Pemandangan itu membuat Amanda teringat pertama kali dia berada di pengadilan.Saat itu, tubuhnya gemetar karena gugup, tetapi Miana segera membantunya duduk dan menenangkan dirinya.Setelah beberapa saat, sidang hari ini pun dimulai.Sidang berlangsung penuh ketegangan, kedua belah pihak saling beradu argumentasi dalam perdebatan sengit, masing-masing mengupayakan
Menurut Miana, reaksi Ariz terasa sedikit berlebihan.Sepertinya Ariz juga menyadari hal itu, lalu mencoba untuk tenang sebelum bertanya, "Apa yang terjadi dengan Bu Sherry? Kenapa dia dirawat di rumah sakit?"Dalam beberapa hari terakhir, dia menganggap Sherry sedang dalam perjalanan bisnis karena tidak bisa dihubungi.Namun, dia tidak pernah menduga bahwa Sherry sebenarnya berada di rumah sakit.Miana memandangnya, mempertimbangkan ucapan sebelum mengungkapkan berita berat itu. Dengan suara pelan, dia berkata, "Dia mengalami kecelakaan mobil, kehilangan salah satu kakinya, dan kini dirawat di rumah sakit."Wajah Ariz memucat, seolah sulit mencerna informasi itu, sebelum akhirnya bertanya, "Bagaimana ... keadaannya sekarang?'"'Kehilangan salah satu kaki, dia pasti sangat terpukul.''Aku bahkan sama sekali nggak menyadari apa yang sebenarnya terjadi.'"Dia memang terlihat biasa saja, tapi aku yakin hatinya nggak sepenuhnya tenang," ujar Miana, sorot matanya tajam memperhatikan Ariz, m
Selesai berbicara dengan kepala sekolah, Miana menuju tempat parkir dan sebuah mobil Maybach sengaja menghalangi mobilnya.Dia berjalan mendekat dan mengetuk kaca mobil ituBegitu kaca jendela mobil diturunkan, wajah dingin Henry terlihat."Tolong pindahkan mobilmu," ujar Miana yang masih dengan nada sopan."Masuklah, aku akan mengantarmu," ujar Henry dengan nada tegas.Miana mengernyit dan nada bicaranya berubah ketus, "Aku bawa mobil sendiri, nggak perlu kamu antar. Kalau ada yang ingin kamu bicarakan, langsung saja!"Dia pikir, setelah kejadian semalam, Henry tidak akan mengusiknya untuk sementara waktu.Dia sungguh tidak menyangka, pagi ini, Henry muncul lagi.Benar-benar pria tidak tahu malu!"Kapan kamu akan membawa putra kita dan tinggal bersamaku?" Henry memandang wajah Miana yang begitu dekat, dan perasaan yang lama terpendam dalam dirinya mengalir kembali dengan kuat.Dia mencintai Miana.Namun, Miana tidak mencintainya lagi."Henry, bisakah kamu bertindak normal?" Miana mera
Sherry dan Miana bertukar pandang, lalu dia melambaikan tangan kepada Nevan sambil berkata, "Baiklah, kamu pergilah ke taman kanak-kanak. Jangan lupa dengarkan gurumu dengan baik, ya. Ibu angkat pasti akan merindukanmu!"Miana tertawa mendengar perkataan Sherry.Nevan menggembungkan pipinya, memberungut marah. Matanya memerah menahan amarah, lalu dia mengentakkan kakinya beberapa kali dengan keras sebelum bergegas keluar."Dia benaran marah?" tanya Sherry kepada Miana.Miana tersenyum sambil menjawab, "Tentu saja dia marah. Baginya, Kamu itu adalah harapannya, dan ternyata kamu membuatnya kecewa. Jangan khawatir, dia anak yang mudah dibujuk. Sebentar lagi dia akan kembali ceria.""Baguslah kalau begitu. Jangan buang waktu lagi, kamu cepat pergi bujuk dia." Sherry akhirnya merasa lega."Setelah selesai sarapan, kamu kembali istirahat saja. Nanti aku akan mengirim Ariz ke sini," ujar Miana sambil melambaikan tangan kepada Sherry, sebelum dia berbalik dan pergi.Di pos suster, Nevan sedan
Pada hari itu, Sherry keluar dari kantor dekan dengan tergesa-gesa, lalu tertabrak sepeda Ariz dan terjatuh ke tanah.Ariz segera memarkir sepedanya dengan baik, lalu mengendong Sherry ke klinik kampus.Setelah itu, Ariz tetap bersikeras mengantar Sherry kembali ke perusahaan, meskipun Sherry terus meyakinkan bahwa dirinya baik-baik saja.Hari pertama Ariz bergabung di perusahaan, barulah Sherry sadar bahwa Ariz adalah orang yang menabraknya waktu itu.Sejak saat itu, Ariz tetap berada di sisinya hingga kini.Dalam beberapa tahun kebersamaan mereka, Sherry merasa sangat bersyukur atas keputusan yang dia buat pada hari itu."Kalau begitu, minta Ariz ke Universitas Jirya dan carikan orang berbakat seperti dirinya untuk membantu perkembangan perusahaan kita ke depannya." Miana sangat puas dengan kemampuan Ariz. Dia percaya, dengan Ariz bertanggung jawab atas perekrutan, hasilnya akan sangat memuaskan. Selain itu, dia memang sudah berencana merekrut orang baru untuk belajar darinya."Baikl
"Begitu aku bangun pagi ini, aku langsung menyadari kalau informasi lokasi adikmu nggak lagi dapat dilacak. Aku mencoba beberapa cara untuk menemukannya, tetapi hasilnya nihil. Akhirnya, aku meretas ponselnya dan memeriksa riwayat panggilan. Panggilan terakhirnya adalah kepada Nyonya Besar keluarga Jirgan."Miana menyipitkan matanya, sementara otaknya bekerja keras menyusun setiap petunjuk yang telah dia dapatkan.'Untuk apa Celine mencari Felica?''Hubungan mereka sangat dekat?'"Bos, apa masih perlu mencari keberadaannya?""Tetap cari!" Miana merasa ada sesuatu yang tidak beres.'Ke mana Celine pergi?'"Oke, aku akan segera mencarinya! Lalu, bagaimana dengan penyelidikan kecelakaan Sherry?""Begitu urusanku selesai, aku akan langsung mengecek ulang informasi tentang orang itu untuk memastikan identitas aslinya.""Baiklah."Setelah menutup telepon, Miana bersandar di dinding. Kekhawatiran membanjiri pikirannya.Tiba-tiba, terdengar suara Nevan dari kamar perawatan. "Ibu, cepat masuk!"
Perawat sibuk bekerja, menyeka tangan Sherry dengan lembut.Ketika Nevan masuk ke kamar perawatan, suaranya yang ceria memecah keheningan."Ibu angkat, aku datang!" serunya sambil berlari kecil menuju ranjang.Mendengar suara ceria Nevan, senyum langsung menghiasi wajah Sherry. Dia menoleh kepada perawat dan berkata dengan lembut, "Kamu siapkan sarapan dulu."Perawat mengangguk dan berjalan keluar ruangan.Dengan langkah-langkah kecil yang penuh semangat, Nevan tiba di sisi ranjang. Sepasang mata jernihnya menatap Sherry yang sedang berbaring, dan dia bertanya dengan suara manis, "Apakah Ibu merindukan?"Sherry merasa hatinya terisi kebahagiaan, dia tertawa sambil meraih tangan Nevan. "Tentu saja sangat merindukanmu!"Nevan berjinjit, berusaha memanjat ke ranjang, tetapi tinggi tubuhnya membuatnya kesulitan. Dengan senyum kecil, dia menundukkan kepala dan memberikan ciuman hangat di punggung tangan Sherry. "Aku juga merindukan Ibu angkat!"Miana menyaksikan interaksi hangat antara Neva
Miana tertegun.Dia pernah memikirkan kemungkinan menikah dengan Giyan suatu hari nanti.Namun, tidak terlintas dalam benaknya bahwa Giyan akan menyatakannya pada waktu seperti sekarang.Ekspresi tertegun Miana membuat Giyan merasa sedikit kecewa, tetapi dia tetap mempertahankan senyumnya. "Aku hanya bercanda! Aku nggak bermaksud memaksamu untuk menikah! Sore nanti, kalau kamu punya waktu, aku bisa membawamu melihat rumah itu. Kalau kamu merasa cocok, kita bisa langsung pindah besok, bagaimana?"Dia tidak yakin apakah Henry masih memiliki tempat di hati Miana, tetapi dia sangat menyadari bahwa perasaan Miana terhadapnya belum cukup kuat untuk membangun masa depan bersama.Tentu saja, ini membuat hatinya terasa perih.Namun, dia tahu bahwa memaksakan sesuatu bukanlah jawabannya.Yang bisa dia lakukan hanyalah menunggu Miana siap."Giyan ...." Miana menyadari bahwa senyum di wajah Giyan terlihat dipaksakan, membuat hatinya diliputi rasa bersalah. Namun, dia tahu bahwa dia harus jujur. "M
Miana dengan penuh hati-hati menggeser Nevan ke samping dan bangkit dari ranjang.Setelah mencuci muka dan bersiap-siap, dia turun ke lantai bawah.Giyan sudah menyiapkan sarapan dan sedang membersihkan ruang tamu."Kenapa bangun sepagi ini? Tidur lagi saja sebentar," ujar Giyan, sembari menghentikan penyedot debu. Tatapan lembutnya tertuju pada Miana, dan suaranya tetap penuh kehangatan."Nggak deh, terlalu banyak yang harus aku kerjakan hari ini," ujar Miana dengan lembut, sambil mendekat dan merangkul pinggang Giyan."Kalau begitu, kamu sarapan dulu. Aku akan pergi membangunkan Nevan," ujar Giyan dengan suara yang agak serak, lalu mencium kening Miana."Oke, kamu pergi bangunkan dia," ujar Miana sambil menyandarkan wajahnya ke dada Giyan.Dengan Giyan di sisinya, semuanya tampak begitu damai dan hangat.Hidup dalam momen ini terasa begitu menyenangkan."Kamu makanlah, aku naik ke atas sekarang." Giyan mencubit pipi Miana dengan lembut.Miana menyadari telinga Giyan yang agak merah,